MMA Indonesia Menatap Pentas Dunia

Paul Lumihi Cetak Sejarah di One Pride
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Mixed Martial Arts Indonesia menatap pentas dunia. Tak berlebihan, karena memang saat ini olahraga beladiri campuran Indonesia sudah mendapat pengakuan di level internasional.

Komite Olahraga Beladiri Indonesia (KOBI) resmi menjadi anggota Federasi MMA Internasional (IMMAF), pada Senin 5 Februari 2018. Dengan hal tersebut, eksistensi KOBI sudah diakui di mata internasional.

Di Indonesia, KOBI menjadi satu-satunya organisasi MMA yang diakui di pentas internasional. Mereka juga merupakan anggota ke-14 IMMAF dari kawasan Asia.

Ketua Umum KOBI, Anindra Ardiansyah Bakrie, menyatakan visi dan misi yang diusung pihaknya sudah jelas. KOBI, ditegaskan Ardi, berkomitmen untuk bisa meningkatkan kualitas petarung MMA di Indonesia.

Tak cuma di level senior serta profesional, KOBI pun berkonsentrasi untuk mengembangkan para petarung di level usia dini dan amatir. Dan, IMMAF memang berkonsentrasi pada pengembangan para petarung di level usia dini dan amatir.

"KOBI percaya, kompetisi MMA bisa berperan dalam pembangunan karakter individu dan mengembangkan fisik atletnya. Program KOBI bersinergi dengan pemerintah serta memiliki keuntungan sosial dalam perkembangan MMA di Indonesia," kata Ardi.

"Indonesia kaya akan sejarah dalam bidang beladiri. KOBI berniat membangun citra dan mendukung pengembangan usia dini di bidang MMA," lanjut dia.

Gabungnya KOBI ke IMMAF disambut positif oleh sang presiden, Kerrith Brown. Dia mengaku senang dengan gabungnya KOBI.

Di bawah naungan KOBI, Kerrith berharap Indonesia bisa menunjukkan taringnya dalam persaingan internasional.

"Asia jadi kawasan yang sangat besar dalam perkembangan MMA. Terlebih, di benua ini, akan digelar Piala Dunia Junior pertama dan Piala Dunia 2018. Ada juga IMMAF Asia Open. Kami mengucapkan selamat datang kepada anggota ke-14 dari kawasan Asia, yakni KOBI," tutur Kerrith.

Ada keuntungan yang didapat KOBI dengan gabung ke IMMAF. Gabung ke IMMAF, KOBI bisa menjalin hubungan lebih luas dengan negara lain yang juga jadi anggota dalam membangun MMA di Indonesia.

Bukan tak mungkin, KOBI bisa bekerja sama dengan negara lain yang jadi anggota dan bertukar ilmu.

Selain itu, berbagai perangkat pertandingan yang dimiliki KOBI berpotensi mendapatkan pengakuan dari internasional. Hingga kini, KOBI sudah memiliki 50 wasit dan juri bersertifikat nasional.

Barisan wasit dan juri itu memiliki kesempatan untuk mendapatkan sertifikasi internasional dari IMMAF. 

Sebab, mereka memiliki program dalam pengembangan kualitas wasit dengan menggelar sertifikasi di berbagai level. Pun dengan elemen pertandingan lain seperti tim medis dan lainnya. 

***

Menanti Lahirnya Timnas MMA

Gabung ke IMMAF, KOBI tentunya mengemban tugas yang berat. Kenapa? Jawabannya adalah karena mereka harus menyiapkan Timnas MMA Indonesia. 

Pada dasarnya, IMMAF merupakan lembaga yang fokus pada pengembangan MMA usia dini dan amatir. Misi besar IMMAF adalah membawa cabang olahraga beladiri campuran untuk tampil di olimpiade.

Artinya, berbagai event MMA usia dini dan amatir wajib mereka gelar. Pada 2018, setidaknya ada dua gelaran besar yang diselenggarakan IMMAF dan bisa diikuti oleh atlet-atlet yang ada di bawah naungan KOBI.

Kedua event tersebut adalah Kejuaraan Asia dan Piala Dunia Junior. China akan menjadi tuan rumah dua gelaran tersebut pada 3 hingga 8 September 2018.

"Ini kesempatan bagi para petarung, untuk bisa jadi wakil Indonesia. Mereka bisa memakai atribut Merah Putih untuk tampil di ajang tersebut. Artinya, KOBI harus membentuk sebuah Tim Nasional MMA untuk menghadapi dua event itu," terang Chairman One Pride, David Burke, kepada VIVA.

"Pastinya, akan ada motivasi besar dalam diri para petarung muda. Sebab, mereka harus berjuang agar bisa tampil membawa nama Indonesia dan mengangkat martabat negara di pentas dunia," timpal juara kelas straw One Pride, Gunawan.

KOBI tentunya sudah memiliki program mengembangkan bakat para petarung muda dan amatir. Dan Road to One Pride adalah salah satunya.

Ya, Road to One Pride merupakan sistem baru dalam penyaringan petarung untuk berlaga di pentas One Pride. Sistem ini berkonsentrasi pada penyaringan bakat di level amatir. 

Bekerja sama dengan beberapa camp, para petarung amatir dipertemukan dalam sebuah kompetisi. Kemampuan mereka diasah lewat kompetisi. Dengan sistem seperti ini, KOBI beserta One Pride berharap mendapatkan bibit unggul.

Ardi menegaskan, pihaknya memang memfokuskan diri pada pembinaan usia dini sejak akhir 2017. Sebab, dijelaskannya, KOBI menyadari bibit muda merupakan aset utama bagi mereka untuk bicara ke kancah internasional.

"Ketika ingin mengembangkan suatu olahraga, itu harus dikembangkan mulai usia dini. Mudah-mudahan dari level amatir, kami bisa mendapat bibit-bibit muda unggul demi maju ke jenjang yang lebih tinggi," ujarnya kepada VIVA.

"Dan pembinaan usia dini serta amatir juga menjadi tugas KOBI," lanjutnya.

Terkait Timnas MMA, Ardi pun angkat bicara. Pihaknya tak menutup kemungkinan untuk membentuk skuat demi menghadapi dua event pada September 2018.

"Sebab, masih ada waktu menggelar persiapan. Kalau untuk event Maret 2018 belum dulu. Karena waktunya mepet dan kami ingin siapkan tim yang kompetitif," tegas Ardi.

***

Lonjakan Besar

Perjalanan KOBI untuk mendapat pengakuan dunia sebenarnya berlangsung dalam tempo yang singkat. Hanya saja, tetap ada jalan berliku yang harus dihadapi oleh elite-elite MMA nasional demi mendapat legitimasi dari IMMAF.

Berdiri pada 17 November 2015, KOBI merintis jalan dengan membawahi kompetisi One Pride. Di musim pertamanya, 2016, One Pride sudah menarik cukup banyak petarung untuk ikut dalam audisi.

Setidaknya, sebanyak 165 petarung berpartisipasi dalam audisi. Di musim pertamanya pada 2016, One Pride menyelenggarakan 80 pertarungan di level nasional.

Ledakan besar terjadi pada 2017. Di periode ini, minat petarung untuk ikut berlaga di One Pride kian tinggi.

Alhasil, audisi di awal 2017 banjir peserta. Setidaknya, sebanyak 488 petarung ikut dalam audisi ketiga yang digelar selama Februari 2017.

Membeludaknya peserta audisi membuat One Pride dan KOBI harus mencari cara untuk menjaring petarung lebih efektif. Dan, skema Road to One Pride pun lahir. 

Skema pembinaan usia dini lewat Road to One Pride sebenarnya memang metode yang tepat dalam mengembangkan MMA. Sebab, para petarung ditempa lebih dulu kemampuannya lewat tingkat amatir.

Mulai karier dari kompetisi tingkat amatir, tentunya para petarung akan mengalami evolusi yang matang. Sebab, mereka bisa mendapat pengalaman serta berkembang dari tingkat bawah, sebelum tampil di pentas internasional.

"Dengan gabungnya KOBI ke IMMAF, ada prospek jenjang karier bagi para petarung. Idealnya, para petarung memang harus mengawali karier dari tingkat amatir. Dengan demikian, mereka bisa mendapatkan pengalaman, jam terbang, dan mengembangkan diri lebih matang, karena merasakan atmosfer persaingannya," ujar pengamat MMA, Bramono Lunardi, kepada VIVA.

Bramono optimistis dengan gabungnya KOBI ke IMMAF, bakal ada dampak positif dalam perkembangan MMA di Indonesia.

"Ada kejuaraan amatir bertaraf internasional. Petarung MMA amatir Indonesia bisa ikut berpartisipasi di sana. Setelahnya, mereka bisa terjun ke pentas profesional. Saya rasa, ini lonjakan besar. Perkembangan di One Pride saja sudah jauh meningkat. Banyak petarung yang gayanya semakin lengkap," tutur Bramono.

One Pride pun berharap hal yang sama. Dengan kondisi seperti ini, David menantikan lebih banyak lagi petarung matang yang bisa tampil di pentas One Pride.

"Gabungnya KOBI ke IMMAF akan menguntungkan kami. One Pride bisa mendapatkan petarung yang berkualitas karena mereka matang di kompetisi amatir. Lonjakan yang begitu besar bagi One Pride di bawah naungan KOBI. Dalam dua tahun, One Pride sudah menjadi brand MMA nomor satu di Indonesia," jelas David

"Kami sudah menggelar lebih dari 200 bout. Dan, hingga akhir 2018, total kami akan menggelar 500 bout," lanjut dia.

2018 bisa menjadi tahun yang penting bagi MMA Indonesia. Di awal tahun, KOBI sudah mendapat pengakuan internasional. Dan, bukan tak mungkin bakal ada kejutan lagi di sepanjang 2018. Tentunya, semua kejutan tersebut untuk kemajuan olahraga Indonesia, khususnya MMA. (art)