Tonjolkan Teknik, One Pride MMA Jauhi Kesan Olahraga Brutal
- Nur Faishal (Surabaya)/ VIVA.co.id
VIVA.co.id - Meski tergolong tarung bebas, ajang One Pride Mixed Martial Arts (MMA) Indonesia betul-betul ingin jauh dari kesan brutal. Karena itu penilaian yang paling ditonjolkan ialah dalam hal teknik mengalahkan lawan.
"Ada empat penilaian. Pukulan, tendangan, bantingan, dan sparing. Tapi yang juri paling lihat tekniknya, bukan power. Kita ingin hilangkan kesan olahraga ini brutal," kata Fransino Tirta, Presiden Direktur PT Merah Putih Berkibar, regulator One Pride MMA, saat memberikan pengarahan kepada peserta audisi ajang ini, di Hall Main Ibis Styles Hotel, Surabaya, Minggu, 28 Februari 2016.
Ada tiga juri dalam audisi ini. Para juri merupakan mantan juara tarung campuran profesional. Mereka ialah Fransino Tirta, Linson Simanjuntak, dan David. Audisi juga diawasi oleh dokter olahraga, dr. Junaidi. "Para juri semuanya pernah juara," kata Fransino.
Ada 34 calon petarung yang lolos cek kesehatan dan mengikuti seleksi teknik bertarung. Mereka berasal dari berbagai macam cabang atau aliran seni bela diri. Ada dari Wushu, Muay Thai, dan Karate. Masing-masing cabang memiliki andalan teknik sendiri. "Kalau Muay Thai lebih ke tinju dan tendangan," kata salah satu peserta.
Pengamatan VIVA.co.id, semua peserta audisi terlihat semangat mengikuti tahap demi tahap seleksi. Masing-masing didampingi oleh pelatih sasana atau klub tempat peserta berlatih. Bahkan, ada juga peserta yang didampingi oleh orang tuanya.
One Pride MMA merupakan program baru tvOne yang disiarkan sejak Januari 2016 lalu. Ajang ini membuka jalan bagi para ahli bela diri Indonesia, untuk meniti karier sebagai petarung proesional seni bela diri campuran (MMA).
Peserta yang lolos seleksi di audisi Surabaya akan digabung dengan audisi di Jakarta, yang akan digelar pada 5 Maret 2016 nanti. Dari audisi di dua kota ini nanti akan dipilih 16 petarung terbaik untuk maju ke babak selanjutnya.