Ujaran Kebencian dalam Olahraga Harus Dihentikan

Seminar olahraga UNOCT dan Kemenpora
Sumber :
  • GGN Foundation

Bali, VIVA – Ujaran kebencian memiliki potensi memantik hal buruk terjadi. Di olahraga, perilaku seperti itu harus segera dihentikan, jika tidak akan sangat bahaya.

Gagasan itu muncul dalam seminar olahraga internasional yang digagas oleh United Nations Office of Counter-Terrorism (UNOCT) bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Republik Indoensia di Kartika Plaza Hotel, Bali pada 1-3 Oktober 2024.

Seminar yang bertajuk "Harnessing the Power of Sports and its Values to Strengthen Social Cohesion and Impact on Community Resilience" itu mendatangkan sejumlah pembicara, mulai dari UNOCT, Kemenpora, PSSI, AFC, FIFA, UEFA, Premier League, Serie A, NGO, hingga akademisi.

Thaddeus Barker-Mill selaku Programme Support Officer, Global Sports Programme, UNOCT berbicara mengenai bahayanya ujaran kebencian dalam pertandingan olahraga. Dia memaparkan perbedan antara ujaran kebencian dan diskriminasi.

Ujaran kebencian menuru Barker-Mill berbentuk lisan, tulisan, dan perilaku yang menyerang kelompok tertentu. Sementara diskriminasi mengarah kepada isu migran, disabilitas, dan gender.

Sidik Tualeka, security officer Persebaya Surabaya (tengah)

Photo :
  • GGN Foundation

"PBB mendefinisikan ujaran kebencian sebagai jenis komunikasi apapun, yang digunakan dengan tujuan menyerang orang-orang berdasarkan agama atau etnis tertentu. Ujaran kebencian adalah tanda peringatan. Semakin besar ujaran kebencian, maka ekstremismenya akan semakin besar," kata Barker-Mill.

Apa yang disampaikan Barker-Mill ini menjadi salah satu fokus utama grup diskusi yang ada di seminar. Di Indonesia, terutama dalam sepakbola, masih sering terdengar nyanyian yang liriknya ujaran kebencian.

Security Officer Persebaya Surabaya, Sidik Tualeka dalam pemaparan hasil diskusi grup mendesak PSSI agar segera membuat peraturan mengenai hal ini. Karena kalau dibiarkan, sepakbola Indonesia yang akan terkena dampak negatifnya.

"Hate speech dianggap lumrah oleh suporter Indonesia, karena jika tanpa hate speech, pikirnya pertandingan tidak berjalan dengan panas. Perangkat pertandingan berhak menegur tribun jika ada hate speech, apapun itu, walaupun konteksnya mendukung tim sendiri," ujarnya.