Eko Yuli Irawan Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Catatannya Makin Mentereng

lifter nasional, Eko Yuli Irawan
Sumber :
  • NOC Indonesia

Jakarta – Eko Yuli Irawan akan mewakili Indonesia di cabang olahraga angkat besi Olimpiade 2024 Paris. Ini akan jadi penampilan lifter asal Metro, Lampung itu di ajang Olimpiade.

Eko Yuli berhasil merebut tiket ke Olimpiade Paris berkat penampilan di International Weightlifting World Cup di Phuket, Thailand, kemarin. Dia mencatatkan angkatan snatch 133kg. Sayangnya pada angkatan clean and jerk, dia tak bisa menyelesaikan angkatan karena cedera lutut yang belum sembuh 100 persen.

Meski begitu, Eko menempati urutan ketiga Olympic Qualification Ranking dengan total angkatan 300kg. Catatan ini diraih Eko saat tampil di Kejuaraan Dunia Angkat Besi (IWF World Weightlifting Champhionship) di Bogota, Kolumbia 2022 lalu. 

“Alhamdulillah, bersyukur masih dikasih kesempatan sama Tuhan Yang Maha Kuasa buat ikut OIimpiade lagi untuk kelima kali,” ucap Eko Yuli.

Eko Yuli Irawan mentas di Asian Games 2023 Hangzhou

Photo :
  • Dok. Komite Olimpiade Indonesia

Keberhasilan Eko Yuli menembus Olimpiade 2024 Paris sekaligus mengalahkan lifter Indonesia lain, Ricko Saputra yang masuk dalam daftar karena mengemas angkatan 298kg. Tapi ada aturan dari IWF yang menegaskan satu negara cuma bisa kirim satu wakil dan itu diambil dari total angkatan tertinggi.

“Tidak cuma Indonesia, China, Malaysia, Thailand juga menjadikan World Cup ini sebagai seleknas mereka untuk menentukan atlet terbaik yang bisa lolos. Jadi tadi saya bermain aman saja untuk bisa lolos,” ujar Eko. 

“Ini last olympic buat saya kalau melihat persaingannya sekarang. Saya mau pulih dulu lututnya, mau berusaha sembuh dulu masih ada tiga bulan ke depan. Recovery lutut bisa selesai supaya nanti di Paris 2024 bisa main lebih lepas dan maksimal supaya hasilnya juga bisa maksimal,” imbuhnya. 

Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari menyambut gembira keberhasilan Eko Yuli. Apalagi ini jadi catatan sejarah baru buat olahraga Indonesia, di mana seorang atlet tampil di lima edisi Olimpiade atau quintrick.

Ketua NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari

Photo :
  • NOC Indonesia

“Selamat dan luar biasa atas sejarah baru buat Indonesia lewat capaian quintrick tampil di Olimpiade dari Eko. Konsistensinya patut mendapatkan apresiasi dan menjadi motivasi buat atlet-atlet lain,” ungkap Okto.

Olimpiade 2008 Beijing menjadi debut Eko Yuli pada pesta olahraga bergengsi dunia ini dan berhasil merebut medali perunggu. Selang empat tahun kemudian di London 2012, dia kembali dapat medali perunggu.

Capaian Eko Yuli naik di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Di mana ketika itu dia berhasil membawa pulang medali perak. Capaian yang sama didapat lifter berusia 34 tahun itu saat tampil di Olimpiade 2020 Tokyo.

“Angkat besi selalu tidak pernah mengecewakan bangsa Indonesia. Selalu menjadi cabor yang tidak pernah absen untuk mengirimkan wakilnya dan selalu menyumbangkan medali di Olimpiade. Doa kita semua, masyarakat Indonesia, semoga di Paris 2024 ini bisa pecah telur untuk medali emas,” tutur Okto. 

Raja Sapta Oktohari bersama Eko Yuli Irawan

Photo :
  • Dok. Komite Olimpiade Indonesia

Dikatakan Okto, kini sudah waktunya Indonesia memiliki recovery center untuk bisa memenuhi kebutuhan atlet yang rawan cedera, seperti yang dialami Eko selama ini. Recovery center merupakan salah satu elemen penting guna percepatan pemulihan atlet berbasis sport science yang lengkap dan terpadu dan Indonesia belum punya itu. 

“Kebutuhan terhadap pusat pemulihan atlet elite atau elite athletes recovery center sangat mendesak mengingat banyaknya potensi cedera pada atlet unggulan kita. Recovery is part of training. Saya sudah minta langsung kepada Menpora dan katanya mau dibuat di Cibubur. Dibutuhkan peralatan dan SDM yang sangat profesional agar bisa mencegah dan mengatasi cedera atlet,” tegasnya. 

Total, sudah delapan atlet dipastikan lolos ke Paris 2024. Mereka adalah dua atlet dari panahan, Desak Made Rita Kusuma Dewi dan Rahmad Adi Mulyono dari sports climbing, Rifda Irfanaluthfi (Artistic Gymnastics),  Fathur Gustafian (Menembak), dan Rio Waida (Surfing).