Kaleidoskop 2021: AS Penguasa Olimpiade, Merah Putih Dilarang Berkibar
- Instagram: badminton.ina
VIVA – Tahun 2021 menjadi pembuktian dari Amerika Serikat bahwa mereka adalah penguasa di bidang olahraga. Dalam ajang olahraga internasional empat tahunan, yakni Olimpiade Tokyo 2020, AS mengukuhkan diri sebagai juara umum.
Atlet-atlet dari Negeri Paman Sam berhasil menyabet medali terbanyak, yakni 39 emas, 41 perak, dan 33 perunggu. China berada di peringkat kedua dengan perolehan 38 emas, 32 perak, dan 18 perunggu.
China awalnya ada di urutan puncak. Tapi, pada hari terakhir penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020, Amerika Serikat melesat. Mereka menambah tiga medali emas.
Tuan rumah Jepang berada di peringkat ketiga. Total ada 27 medali emas, 14 perak, dan 17 perunggu yang didapatkan oleh para atletnya. Disusul oleh Britania Raya yang menempati peringkat keempat. 22 medali emas, 21 perak, dan 22 perunggu jadi catatannya.
Adapun Indonesia menempati peringkat ke-55 pada gelaran kali ini. Satu medali emas, satu perak, dan tiga perunggu yang dipersembahkan wakil Tanah Air.
Negara Asia Tenggara yang menempat ranking lebih baik dari Indonesia adalah Filipina. Mereka ada di urutan 50 dengan raihan satu medali emas, satu perak, dan satu perunggu.
Di tahun 2021 juga menjadi ajang pembuktian bagi Indonesia mampu menyelenggarakan kegiatan besar di tengah pandemi COVID-19. Di tahun ini, Indonesia sukses menggelar Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 di Papua.
Keberhasilan PON XX juga dapat menjadi modal bagi Indonesia untuk penyelenggaraan kegiatan besar lainnya seperti Superbike Mandalika dan lainnya.
Namun, di akhir tahun, Indonesia mendapatkan kabar buruk. Atlet Indonesia yang juara tak bisa mengibarkan bendera Merah Putih. Hal itu lantaran Indonesia dijatuhi sanksi karena tidak memenuhi standar Badan Anti-Doping Internasional (WADA).
Lalu, apa saja yang terjadi di kancah olaharaga internasional dan nasional selama 2021 yang menjadi sorotan. Berikut ulasannya:
1. PON Papua
Setelah mengalami penundaan di tahun 2020, Pekan Olahraga Nasional (PON) akhirnya digelar di Papua pada 2-15 Oktober 2021.
Jawa Barat pulang dengan status juara umum dengan raihan 133 medali emas, 105 perak dan 115 perunggu dengan total 353 keping medali.
Jawa Barat unggul atas Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur diperingkat pertama dan kedua. DKI mengumpulkan 110 medali emas, 91 perak dan 100 perunggu. Sementara Jawa Timur juga mengoleksi 110 medali emas, 89 medali perak dan 88 perunggu.
Papua sebagai tuan rumah finish di peringkat 4, dengan raihan 93 medali emas, 66 perak dan 102 perunggu.
Selain memastikan Jawa Barat sebagai juara umum, dilansir situs resmi PON, sebanyak 90 rekor baru juga telah terlahir di PON XX dari cabang olahraga Akuatik, Atletik, Selam, Menembak, disiplin Angkat Besi dan Angkat Berat
Jumlah rekor yang pecah di cabang olahraga Atletik sebanyak 15 rekor. Di cabor ini, atlet lempar lembing Jawa Tengah, Atina Nur Kamil mengawinkan rekor PON dan nasional dengan jauh lemparan 51,26 meter.
Pelari 400 meter putri asal Sumatera Selatan, Sri Mayasari juga membuat rekor PON sekaligus rekor Nasional yang sudah tercatat selama 37 tahun.
Sri mencatatkan finish dengan waktu 53,32 detik, lebih cepat dari pelari Emma Tahapary dengan waktu 54,20 detik. Dari cabor Selam tercatat ada 5 rekor yang sudah dipecahkan dengan 4 di antaranya dibuat oleh Peselam Jawa Timur. Di kolam Akuatik, 28 rekor telah dibukukan dari disiplin renang.
Perenang yang memperkuat Papua, Farrel Armandio Tangkas kembali membuat rekor PON di nomor spesialisnya 200 meter gaya punggung putra. Sementara perenang putra DKI Jakarta Gagarin Nathaniel membuat 2 rekor di nomor 200 meter gaya dada putra dan 100 meter gaya dada putra.
Perenang Jawa Timur, Adinda Larasati Dewi juga mencatatkan 2 rekor sekaligus yakni di nomor 100 meter gaya kupu-kupu putri dan nomor 800 meter gaya bebas putri.
Rekannya sesama perenang putri Jawa Timur, Patrisia Yosita Hapsari membukukan rekor PON dan Nasional di nomor 100 meter gaya freestyle putri.
Perenang putri DKI Jakarta, Angel Gabriel Yus juga memecahkan rekor PON dan Nasional di nomor 50 meter gaya kupu-kupu putri.
Dari disiplin Angkat Besi, 17 rekor juga sudah dipecahkan. Sebanyak 3 atlet telah mencatatkan hattrick rekor. Di antaranya atlet putri Jawa Barat, Tsabita Alfia R yang memecahkan rekor kelas 67 kg putri dengan total angkatan 212 kg, snatch (97 kg) dan C&J (115 kg).
Atlet putra Sulawesi Selatan yang meraih medali perunggu Olimpiade Tokyo, Rahmat Erwin Abdullah juga membuat rekor di kelas 81 kg dengan total angkatan seberat 340 kg, snatch (150 kg) dan C&J (190 kg).
Hattrick rekor dua atlet tersebut juga disusul oleh lifter Jawa Barat, Carrel Julius yang memecahkan rekor di kelas 109 kg dengan angkatan 333 kg, snatch (148 kg) dan C&J (185 kg).
Rekor juga tercipta di cabang olahraga menembak sebanyak 5 rekor, diikuti Angkat Berat dengan total 20 rekor.
2. Prestasi Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020
Kontingen Indonesia menyudahi Olimpiade 2020 Tokyo di peringkat 55 dalam klasemen perolehan medali. Indonesia mengumpulkan satu medali emas, satu medali perak, dan tiga medali perunggu.
Secara peringkat, posisi Tim Merah Putih melorot jauh dari yang ditorehkan pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Kala itu, Indonesia finis di urutan 46 dengan satu medali emas dan dua medali perak.
Jika dilihat secara peringkat, prestasi Indonesia memang menurun drastis. Namun, bila melirik perolehan medali, Indonesia jauh melampaui capaian edisi 2016 lalu dengan raihan lima medali pada Olimpiade Tokyo.
Di Olimpiade 2020 Tokyo, negara Asia Tenggara terbaik kedua setelah Filipina yang finis di urutan 50 dengan rincian satu medali emas, dua medali perak, dan satu medali perunggu.
3. AS Juara Umum Olimpiade Tokyo 2020
Olimpiade Tokyo 2020 rampung pada Minggu 8 Agustus 2021. Amerika Serikat menjadi juara umum pada perhelatan olahraga akbar di dunia kali ini.
Kontingen Negeri Paman Sam memimpin klasemen perolehan medali dengan koleksi 39 medali emas, 41 perak, dan 33 perunggu. Jumlah itu juga menjadikan mereka menjadi tim yang paling banyak mendapat medali dengan total 113.
AS pun berhasil mempertahankan status mereka sebagai juara bertahan usai menjadi yang terbaik di Olimpiade 2016, di Rio de Janeiro, Brasil.
Namun, perolehan medali mereka pada Olimpiade Tokyo tak sebanyak di Rio. Sebelumnya AS mengumpulkan total 121 medali dengan rincian 46 emas, 37 perak dan 38 perunggu.
Adapun posisi kedua ditempati oleh China. Kontingen mereka membukukan 38 medali emas, 32 perak, dan 18 perunggu sepanjang Olimpiade Tokyo 2020.
China awalnya ada di urutan puncak. Tapi, pada hari terakhir penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020, Amerika Serikat melesat. Mereka menambah tiga medali emas.
Sedangkan tuan rumah Jepang berada di peringkat ketiga. Total ada 27 medali emas, 14 perak, dan 17 perunggu yang didapatkan oleh para atletnya.
4. Sanski WADA untuk Indonesia
Bahagia dan sedih bercampur aduk kala tim bulutangkis Indonesia berhasil menjuarai Piala Thomas 2020. Bagaimana tidak, setelah 17 tahun gagal, pebulutangkis putra Indonesia akhirnya bisa kembali membawa pulang trofi ke Tanah Air.
Namun, yang menyakitkan adalah ketika perayaan juara, bendera Merah Putih tak bisa berkibar. Pasalnya, Badan Anti-Doping Dunia (WADA) menjatuhkan sanksi kepada Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI).
WADA memberikan sanksi kepada LADI bersama Thailand dan Korea Selatan karena dianggap gagal memenuhi target tes doping tahunan.
Sanksi dari WADA membuat Indonesia tak bisa memakai bendera Merah Putih di ajang olahraga internasional. Seperti yang dialami Rusia pada Olimpiade 2020.
Dampak sanksi WADA yang diberikan awal Oktober 2021 ini langsung terlihat di final Thomas Cup 2020. Saat Indonesia menjadi juara, yang dikibarkan bendera Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dan bukannya bendera Merah Putih.
Tak bisanya bendera Merah Putih berkibar saat Indonesia juara Thomas Cup 2020 membuat geram masyarakat. Di media sosial banyak yang kecewa dengan kejadian ini.
Menteri pemuda dan olahraga (Menpora), Zainudin Amali kemudian membentuk Gugus Tugas Percepatan Penyelesaian Sanksi Badan Antidoping Dunia (WADA) yang diketuai oleh Raja Sapta Oktohari.
Pada 7 Desember 2021, Gugus Tugas Percepatan Penyelesaian Sanksi bertolak ke kantor WADA di Swiss.
Okto yang juga sebagai Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) optimistis sanksi WADA kepada LADI bisa dicabut secepatnya pada Maret 2022.
“Tentu masih ada pekerjaan rumah yang harus dikerjakan LADI. Tapi, dengan progres saat ini kami sangat optimistis triwulan awal sanksi WADA untuk LADI bisa ditangguhkan. Kami tengah berusaha memperjuangkannya, apalagi agenda olahraga 2022 sangat padat,” kata Okto dalam rilis pers KOI, Jumat.
Indonesia akan menghadapi kalender olahraga 2022 yang padat, yakni SEA Games (12-23 Mei), Islamic Solidarity Games (9-18 Agustus), Asian Games (10-25 September), dan Asian Youth Games (20-28 Desember).
Selain itu, ada pula kejuaraan single event, seperti FIBA Asia Cup 2022 (12-24 Juli), IFSC Climbing World Cup (24-26 September), IESF 14th Esports World Championships 2022 (20-27 November) serta rangkaian turnamen bulu tangkis.
Sanksi LADI juga harus segera ditangguhkan apabila Indonesia ingin menjadi tuan rumah ASEAN Para Games menggantikan Vietnam yang hanya akan menggelar SEA Games pada Mei tahun depan.
“Presiden NPC Indonesia (Senny Marbun) juga sudah menelepon saya. Beliau meminta langsung agar sanksi LADI bisa segera ditangguhkan, sehingga Indonesia bisa menyelenggarakan ASEAN Para Games..Vietnam juga mundur sehingga kasihan atlet-atlet disabilitas kita jika tidak ada event dua penyelenggaraan beruntun,” ucap Okto.