Tak Ada Peran LADI di Asian Games 2018
- Dok. Istimewa
VIVA – Wakil Direktur Medical dan Doping Control INASGOC, dokter Wiweka MARS membantah pernyataan mantan Ketua Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI), Zaini Khadafi Saragih soal keterlibatan di Asian Games 2018.
Dipastikan oleh Wiweka, pihaknya sama sekali tidak pernah bekerja sama dengan LADI sepanjang Asian Games 2018 dilangsungkan. Mereka bekerja langsung di bawah kepemimpinan Erick Thohir selaku Ketua INASGOC dan Deputy Games Operation serta supervisi dari Medical and doping control Komite Olimpiade Asia (OCA).
Saat Asian Games 2018 berlangsung, INASGOC bekerjasama dengan Professional Worldwide Control (PWC) yang merupakan lembaga doping control swasta berkedudukan di Jerman sebagai pelaksana.
"Tidak ada keterlibatan LADI sama sekali di Asian Games 2018. Karena, saya dan team Medical and Doping Control Inasgoc yang merencanakan dan mengendalikan Medical and Doping Control pada saat Asian Games 2018 di bawah pengawasan Pimpinan INASGOC dan supervisi dari Medical and Doping Control OCA," kata Wiweka.
Wiweka bahkan menyebut LADI tidak masuk dalam kepanitiaan Asian Games 2018. Sebab, mereka tidak bisa memenuhi permintaan untuk mengakomodir seluruh anggota LADI untuk masuk dalam struktur.
"Permintaan Zaini ditolak karena INASGOC tidak mau terjadi penumpukan personel. Saat itu, INASGOC hanya menggunakan personel dalam jumlah kecil karena ingin efisien dalam penggunaan anggaran," tuturnya.
Cuma Sebatas Test Event
Yang diakui oleh Wiweka adalah keterlibatan LADI dalam test event Asian Games 2018. Tapi setelah itu kinerja mereka dievaluasi, dan hasilnya tidak memuaskan.
"INASGOC tidak menggunakan LADI karena memang tidak profesional. Makanya, INASGOC mengambil keputusan melakukan kerjasama dengan PWC atas pertimbangan agar pelaksanaan Asian Games 2018 sukses. Apalagi, PWC itu mendapatkan rekomendasi OCA dan IOC," katanya.
Ada juga polemik mengenai penawaran pembelian botol sample urine untuk Asian Games 2018. Ketika itu, distributor dari LADI memberi penawaran, tapi kemudian INASGOC menolaknya. Mereka memilih untuk mengimpor dari Jerman.
"Waktu itu, INASGOC sempat ditawarkan distributor yang biasa digunakan LADI dengan harga sebesar Rp2,5 juta per botol sample urine. Dan, kita memutuskan impor langsung dari Jerman dengan harga jauh lebih murah yakni Rp250 ribu per botol sample urine," katanya.
Perihal LADI ini menjadi sorotan beberapa hari belakangan. Karena akibat kelalaian mereka, kini Indonesia mendapat sanksi dari Badan Anti-Doping Dunia (WADA).