Tim Balap Sepeda Indonesia Realistis Pasang Target di ATC 2019

Asian Track Championship (ATC) 2019
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Putra Haryo Kurniawan

VIVA – Tim Nasional Balap Sepeda Indonesia memilih untuk realistis dalam menatap persaingan di Asian Track Champioship (ATC) 2019. Awalnya, Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) menargetkan satu emas dari sektor putri di nomor sprint.

Akan tetapi, Pelatih Timnas Balap Sepeda, Dadang Haris Purnomo menegaskan pergeseran target harus dilakukan karena cukup banyak pembalap papan atas yang turun di ATC 2019. Kendati pesertanya hanya diikuti dari kawasan Asia, namun banyak kontestan yang sudah berada level dunia.

"Kami harus realistis karena China saja menurunkan pembalap rangking papan atas dunia di tim sprint. Lalu, pembalap rangking satu dunia asal Hong Kong juga tampil di nomor keirin. Jadi (target perunggu) itu kami katakan realistisnya," kata Dadang kepada wartawan, Selasa 8 Januari 2019.

Melansir data dari Federasi Balap Sepeda Internasional (UCI), peringkat satu dunia di nomor keirin putri saat ini dihuni oleh pembalap Hong Kong, Lee Wai Sze dengan 3350 poin. Ia juga menempati rangking dua pada nomor sprint perorangan, di bawah pembalap Australia, Stephanie Morton.

Selain itu, Lee juga sudah cukup akrab dengan venue Jakarta International Velodrome saat sukses meraih dua medali emas ketika tampil di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.

Ia berhasil menyabet podium tertinggi setelah menjadi yang tercepat di nomor sprint perorangan dan keirin. Saat itu, Lee unggul dari wakil Korea Selatan dan China.

Sedangkan, China menduduki rangking ketiga dunia pada nomor tim sprint putri, di bawah Jerman dan Rusia. Artinya, China merupakan peringkat pertama di kawasan Asia.

Untuk sektor putra, Indonesia juga perlu mewaspadai Jepang. Sebab, pembalap Negeri Sakura seperti Kawabata Tomoyuki menduduki rangking ketiga dengan koleksi 2335 poin pada kategori keirin putra.

"Walaupun ATC ini kejuaraan tingkat Asia, tapi mayoritas pembalap yang turun di sini sudah berkompetisi di level dunia. Semua negara berlomba bagaimana mengirim atlet menuju Olimpiade Tokyo 2020 karena ini merupakan turnamen perburuan poin," jelasnya.