Tanggapan Perbasi Soal Pungutan Terhadap Orang Tua Atlet
- Wirawan Kusuma/VIVAbola
VIVA.co.id – Para orang tua atlet basket yang ternaungi oleh Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) Kota Bandung menyesalkan adanya pungutan oleh pengurus menjelang even kejuaraan sejak 2016.
Menyikapi hal tersebut, Ketua Perbasi Kota Bandung, Jajat Sudrajat membantah adanya praktek pungutan. Semuanya merupakan sumbangsih sukarela dari orang tua atlet yang terpilih mengikuti even.
"Pada seleksi pertama kita gak ngomong duit," kata Jajat dalam konferensi pers di Bandung Jawa Barat, Kamis, 23 Februari 2017.
Setelah seleksi, menurutnya, orang tua dikumpulkan dan didampingi oleh asisten manajer yang menyatakan bahwa kondisi keuangan untuk ikut kejuaraan belum memadai.
"Ini sudah terpilih kita punya uang sekian dari KONI Kota Bandung. Kalau memang bapak ibu mau membantu silakan, tapi kalau tidak, kita tidak jadi berangkat," katanya.
Setelah itu, lanjut Jajat, para orang tua berunding, dan sumbangsih pun terjadi. Pihaknya menegaskan, tidak ada unsur pemaksaan dalam bentuk apapun, sekalipun memberikan patokan dana yang harus diberikan oleh orang tua.
"Saya lepas dengan manajer, mereka berunding. Jadi tidak ada paksaan 'pak sekian - sekian', gak ada. Jadi gak ada paksaan," tegasnya.
Diwartakan sebelumya, salah seorang perwakilan orang tua atlet, Rachmanto Sudardjat mengatakan, pungutan itu terjadi menjelang sejumlah even, seperti Kejurda 2016 di Cimahi dengan pungutan sebesar Rp750 ribu dan Kejurnas di Jakarta dengan pungutan sebesar Rp2,5 juta.
"Alasannya sih karena ketika itu Pengcab belum mendapatkan dana dari pemerintah dalam hal ini KONI Kota Bandung. Untuk pungutan Kejurnas 2016 itu, statusnya sebagai pinjaman," kata Rachmanto kepada wartawan saat menggelar konferensi pers di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung Jawa Barat, Rabu 22 Februari 2017.
Rachmanto mengaku, pihaknya telah melakukan observasi ke daerah lain, seperti Indramayu dan Cirebon. Hasilnya, pengiriman atlet atas nama daerah tidak dipungut uang. Malah atlet yang bersangkutan difasilitasi.
Menurutnya, kondisi itu sebenarnya dikeluhkan oleh sejumlah orang tua lainnya. Hanya saja, mereka tidak berani untuk mempertanyakan dan menyampaikannya kepada publik.
"Padahal sebenarnya saya sudah sempat membantu dengan mencari sponsor sampai akhirnya ada bantuan dari Perbanas sebesar Rp7,5 juta. Tapi tidak tahu ini larinya kemana, soalnya untuk Kejurnas sendiri kita orang tua membayar Rp2,5 juta," katanya.
Dia berharap ada tindaklanjut dari Pengcab Kota Bandung maupun Pengprov Perbasi Jabar terhadap hal itu. "Selama tiga tahun ini kondisi itu tidak berubah, tetap ada pungutan dan seleksi yang dilakukan tidak transparan," katanya.