KPAI Wajib Paham, Ini Sejarah Krusial Audisi Umum Bulutangkis Djarum
- djarumfoundation.org
VIVA – Masih terus jadi perbincangan hangat, polemik rencana bakal berhentinya program Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis yang digagas PB Djarum. Hal ini tak lain lantaran rekomendasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoal tudingan adanya praktik eksploitasi anak pada kegiatan tersebut.
Memang sangat disayangkan, ekosistem pembinaan bakat-bakat bulutangkis yang dibangun sejak 2006 silam itu kini harus menghadapi tuntutan untuk menghilangkan identitas PB Djarum. Namun, jika hendak bijak mengkaji kembali, jejak bergulirnya program Audisi Umum PB Djarum rupanya tak lepas dari semangat bangkit dan membenahi regenerasi pebulutangkis nasional.
Hal ini terungkap dalam pemaparan Presiden Direktur Djarum Foundation, Victor Rachmat Hartono, dalam buku “50 tahun PB Djarum; Setengah abad PB Djarum - Dari Kudus Menuju Prestasi Dunia”. Lantas, seperti apa tonggak lahirnya program Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis?
PB Djarum merupakan sebuah klub bulutangkis yang lahir di kota Kudus sejak 1969, dan salah satu bentuk program dari Djarum Foundation. Ada lima fokus program dari Djarum Foundation yakni Bakti Olahraga, Bakti Sosial, Bakti Budaya, Bakti Pendidikan dan Bakti Lingkungan.
Bakti Olahraga Djarum Foundation adalah induk dari PB Djarum. Adapun 3 misi utama dari klub bulutangkis PB Djarum adalah pembinaan, prestasi dan pemassalan.
Dan Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis adalah agenda dari misi pembinaan, memupuk semangat untuk terus berprestasi yang diwujudkan dengan memberikan fasilitas-fasilitas modern bagi atlet-atlet muda potensial. Dipantau dan dipenuhi gizi serta nutrisiya, dilatih oleh pelatih-pelatih bertaraf internasional dan berkesempatan untuk mengikuti pertandingan baik di dalam maupun di luar negeri secara gratis.
“Tahun 2004, Indonesia jadi tuan rumah Piala Thomas-Uber, saya ikut menonton langsung di Istora Senayan, Jakarta. Saat itu tim Thomas-Uber Indonesia harus kalah dan tak mampu melaju ke final. Kekalahan itu menggugah saya untuk melakukan sesuatu. Memperbaiki bulutangkis nasional melalui PB Djarum. Saya mulai membicarakan sejarah tim Indonesia bisa berbeda era 1970-an hingga 1990-an,” ungkap pemaparan Victor Hartono.
“Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan penelitian terkait kemunduran prestasi bulutangkis Indonesia. Berbagai upaya agar para pendukung kembali mendorong anak-anak mereka menjadi pemain bulutangkis. Saya menyadari dan mengerti tentang itu, termasuk atlet, perlu uang untuk membangun masa depan. Terkait, perlu dilakukan pembenahan sistem insentif untuk atlet dan perlu adanya sistem pengaman untuk atlet,” tambahnya.
Sebuah bentuk perencanaan program pun langsung dibangun Victor yang mendorong PB Djarum menjangkau lebih luas bakat-bakat bulutangkis terbaik di sejumlah wilayah negeri ini. Skema “jemput bola” pun jadi pilihan tepat konsep besar dari bergulirnya Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis.
“Perlu dilakukan pembenahan sistem insentif untuk atlet dan perlu adanya sistem pengaman untuk atlet. Setelah saya terlibat aktif di PB Djarum, saya mendorong agar klub menggelar audisi umum dengan cara ‘roadshow’ ke beberapa kota. Langkah ini dilakukan sebagai salah satu percobaan PB Djarum untuk menjaring lebih banyak bibit atlet dengan jangkauan yang semakin luas,” jelas Victor.
“Saya sadar bahwa kemuliaan tidak selamanya. Saya dapat menerima bahwa Indonesia dan Djarum tidak akan menang terus, tetapi negara lain juga tidak akan menang terus. Jadi semua orang melakukan yang terbaik. Cuma kalau lagi menang jangan terlalu senang, kalau kalah jangan terlalu patah hati. Masih ada waktu berikutnya,” tegas Victor Hartono. (one)