Atlet AS yang Didiskualifikasi karena Berhijab, Didukung Para Senator

Noor wore a Nike hijab designed specifically for professional athletes - Facebook/Noor Alexandria Abukaram
Sumber :
  • bbc

Seorang pelajar berusia 16 tahun di Ohio, Amerika Serikat mendapatkan dukungan dari senator dan berbagai pihak setelah menyatakan ia didiskualifikasi dalam lomba lari karena pakai jilbab.

Noor Abukaram, 16, mengatakan ia baru diberitahu bahwa pakaiannya melanggar aturan setelah melintas lari di garis finis dalam lomba lari.

Di tengah kontroversi ini, asosiasi sekolah menengah, Ohio High School Athletic Association (OHSAA) mengatakan mereka tengah mempertimbangkan untuk memberikan perkecualian dalam peraturan terkait agama untuk lomba berikutnya.

Cerita tentang Noor yang diunggah di Facebook memicu debat tentang baju yang dapat dikenakan dalam olahraga dan diskriminasi.

Noor mengatakan ia senang mendapatkan dukungan melalui media sosial termasuk dari mereka yang membagikan cerita yang sama.

Isu ini jug amendapat perhatian dari calon presiden, Senator Elizabeth Warren, yang mencuit, "Saya dukung kamu Noor."

"Setiap anak harus merasa aman dan disambut baik di sekolah - dan pelajar Muslim tidak boleh ditolak berpartisipasi dalam aktivitas sekolah,"tulis Warren.

Noor sendiri mengatakan jilbabnya tak pernah menjadi masalah sebelumnya. Lomba hari Sabtu (19/10) lalu itu merupakan yang ketujuh baginya. Ia juga ikut dalam tim sepak bola tanpa masalah.

Ia mengatakan ikut lari dengan mengenakan blus lengan panjang, legging dan jilbab Nike yang juga digunakan oleh banyak atlet profesional termasuk dalam Olympiade.

Noor ikut lomba dengan tim sekolahnya Silvania Northview dan jilbab tak pernah menjadi masalah sampai tingkat penyelenggaraan di daerah, Findlay, sekitar 220 km dari Cleveland, Ohio.

Saat para petugas meneliti timnya, mereka mengatakan salah seorang anggota tim melanggar aturan dan mengizinkannya untuk ganti baju, kata Noor di unggahan Facebooknya.

Tetapi kata Noor, para petugas tidak memberikan info apapun tentang jilbabnya.

Setelah menyelesaikan lomba lari 5km dengan waktu terbaiknya, Noor mengatakan ia terkejut karena namanya tak ada di papan. Anggota timnya mengatakan ia didiskualifikasi karena jilbabnya.

"Saya merasa seperti ditabrak truk dan dipukul," kata Noor kepada program BBC Outside Source.

"Langkah ini diskiriminatif terhadap agama saya," tambahnya.

Noor mengatakan ia merasa "terhina" setelah lomba lari karena para petugas tidak mengatakan apa pun sebelum lomba.

"Saya merasa seperti badut yang berlari di lomba itu dan saya hanya berlari untuk para petugas itu," katanya.

Pelatihya tidak meminta perkecualian namun telah mengajukan permintaan untuk lomba tingkat regional dan OHSAA telah menerimanya.

Peraturan asosiasi tidak menyinggung secara khusus tentang jilbab, namun menyebutkan bahwa memakai tutup kepala perlu mengajukan surat, menurut laporan media lokal.

OHSAA mengatakan kepada BBC, mereka tengah meninjau ulang peraturan spesifik terkait agama sehingga mereka yang menggunakan jilbab tidak perlu izin khusus."

"Bila pelatih telah mendapatkan surat perkecualian, maka kejadian ini dapat dihindari," kata petugas OHSAA.

Noor sendiri mengatakan surat pengecualian untuk yang memakai jilbab sebenarnya tidak perlu.

"Mereka tidak perlu mengubah peraturan hanya untuk saya. Saya hanya lari seperti lainnya. Saya mulai di posisi yang sama dan selesai di garis finis yan gsama," kata Noor.

Namun ia mengatakan mendapatkan banyak reaksi positif dari komunitasnya dan juga dari seluruh Amerika Serikat.

Unggahan sepupunya di Facebook disukai lebih dari 2.000 kali dan dibagikan lebih dari 3.000 sampai Jumat (25/10).

Saya senang karena saya memutuksan untuk bercerita ke semua dan isu ini menimbukan dialog. Banyak orang yang bercerita tentang pengalaman serupa," kata Noor.

Kontroversi di seputar atlet yang memakai jilbab bukan hal yang baru.

Tahun lalu, seorang pemain basket di Philadelphia, Pennsylvania, diminta membatalkan partisipasi karena memakai jilbab, langkah yang menimbulkan perubahan peraturan.

Kasus lain menyangkut atlet perempuan terjadi bulan lalu, saat seorang perenang di Anchorage, Alaska didiskualifikasi setelah menang lomba dengan alasan dengan pakaian itu, pantatnya terlalu kelihatan.

Keputusan itu dibatalkan setelah kemarahan publik.