300 Ribu Hektar Hutan Indonesia Sudah Terbakar Sejak Januari 2019

Taman Nasional Sebangau di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, adalah salah satu pusat kebakaran.
Sumber :
  • abc

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 328 ribu hektar hutan dan lahan di Indonesia sudah terbakar sejak Januari 2019 dan berpotensi terus berlanjut.

Mundurnya musim hujan serta masih banyaknya titik panas di Sumatera dan Kalimantan menjadi salah satu penyebabnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia menganalisa tingkat kerentanan lahan terhadap peristiwa kebakaran masih akan tinggi hingga 21 September 2019.

Berdasarkan analisa kondisi cuaca BMKG, kawasan yang masih rentan terbakar hingga 21 September adalah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sebagian kecil Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.

"Kondisi ini terjadi karena sebagian besar wilayah Indonesia masih mengalami musim kemarau," kata Dwi Rini Endrasari, Humas BMKG.

BMKG memprediksi, awal musim hujan akan mundur 10 hingga 30 hari dari periode semestinya.

Puncak musim hujan, kata BMKG, diprediksi terjadi pada bulan Januari dan Februari tahun depan.

Tonton luasnya kebakaran hutan di Indonesia serta dampaknya bagi warga dan keanekaragaman hayati lewat video ini.

Video Kebakaran Hutan ( Indonesian ) Digunakan untuk "perkebunan kelapa sawit"

Sebagian pengamat dan organisasi lingkungan, baik di dalam dan luar negeri, telah menuduh adanya upaya kesengajaan pembakaran hutan sebagai cara murah untuk membuka lahan.

"Kebakaran yang akan terus terjadi di Indonesia adalah bagian dari proses kebakaran deforestasi, di mana kebakaran di lakukan di hutan hujan tropis atau di hutan sekunder untuk membersihkan lahan, untuk pertanian skala kecil dan besar," kata Professor David Bowman, pakar Pyro-geografi dan ilmu kebakaran di University of Tasmania, kepada ABC.

"Bisa jadi pembakaran ilegal, bisa juga pembakaran yang dilakukan secara luas untuk mencoba membersihkan vegetasi untuk membangun perkebunan seperti minyak sawit."

Indonesia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, yang sebagian besar berasal dari Sumatra dan Kalimantan.


Kebanyakan dari kebakaran yang terjadi sengaja dilakukan untuk membuka lahan yang digunakan untuk perkebunan, seperti kelapa sawit. Reuters: Willy Kurniawan

 

Presiden lebih tekankan pencegahan

Presiden Indonesia Joko Widodo mengunjungi lokasi kebakaran hutan dan lahan di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Kabupaten Pelalawan, Riau, Selasa (17/9),

Dalam kunjungan tersebut ia kembali menekankan pentingnya langkah pencegahan, karena menurutnya penanganan titik api yang terlanjur meluas tak mudah dilakukan.

"Pencegahan itu lebih efektif. Pencegahan itu tidak membutuhkan biaya banyak. Lebih efektif."

Pemerintah Indonesia mengaku telah melakukan berbagai upaya pemadaman.

Sebanyak 52 pesawat pemadam dan 5600 petugas tambahan sudah dikerahkan, namun api juga belum padam sepenuhnya.


Presiden Jokowi mengunjungi lokasi kebakaran hutan di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Kabupaten Pelalawan.

Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden

Sementara itu jumlah titik panas yang terdeteksi pekan lalu mencapai ribuan, berdasarkan hasil pemantauan citra Satelit Himawari-8 dan analisis Geohotspot BMKG,

Di wilayah Sumatera, terpantau ada 1.231 titik. Sementara di Kalimantan terpantau 1.865 titik, di Semenanjung Malaysia 412 titik, dan di Serawak- Sabah 216 titik.

Analisis lain mengatakan, kabut asap yang terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan bisa terpantau dari sistem deteksi berbasis satelit atau yang dikenal GLAD alert.

Menariknya, jumlah kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia sejak awal tahun ini justru menurun jika dibandingkan periode sebelumnya.

Sebuah inisiatif daring berbasis satelit Global Forest Watch menyatakan ada sekitar 7.200 kebakaran hutan di Indonesia dari Januari lalu, menurun drastis bila dibandingkan 19.600 kebakaran di tahun 2015 dalam periode yang sama.

Simak berita-berita lainnya dari ABC Indonesia.