Pola Asuh Anak Penting Diketahui Sejak Remaja

Genbest Talk, Kamis (20/07)
Sumber :
  • Kemenkominfo

VIVA – Pola asuh menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi tumbuh kembang anak. Jika pola asuh terganggu maka anak akan terancam mengalami stunting, atau kondisi gagal tumbuh yang salah satu akibatnya dapat menghambat perkembangan kognitif dan menurunkan kecerdasan anak. 

Hal tersebut disampaikan Ketua Tim Informasi Komunikasi Kesehatan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Marroli J Indarto dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Genbest Talk “Gizi Seimbang, Bekal Ortu Pahami Tumbuh Kembang,”,  yang dihadiri para remaja di Kabupaten Indramayu, Kamis (20/7). Menurut Marroli, pola asuh yang baik kepada anak dapat dilakukan seperti dengan memberi kasih sayang; menyediakan lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi tumbuh kembang anak; melakukan pengasuhan tanpa kekerasan; serta memberikan teladan yang baik dari orang tua. 
Ia menambahkan, pemerintah saat ini gencar mengkampanyekan pencegahan stunting guna menghadapi bonus demografi, yaitu masa dimana penduduk usia produktif akan lebih besar dibanding usia nonproduktif. “Harapan kita tentunya semakin dini teman-teman mengetahui mengenai stunting, nantinya saat memasuki masa bonus demografi yang puncaknya pada (tahun) 2030 nanti anak-anak dari kalian akan menjadi anak yang kompetitif, bisa bersaing baik di Indonesia maupun luar negeri,” ujarnya.

Menurut Marroli, pengetahuan yang cukup tentang stunting akan menjadikan mereka orang tua yang siap membesarkan generasi bebas stunting. Selain pola asuh, ia juga menekankan, pentingnya para remaja untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga kebersihan diri untuk mencegah stunting.

“Dengan lebih dini mengetahui tentang stunting, remaja lebih mengetahui tentang bagaimana mengatur gizi seimbang, diet yang baik, ataupun menerapkan pola hidup bersih,” katanya.

Dokter Spesialis Anak, Kurniawan Satria Denta menyampaikan peran orang tua sangatlah penting dalam memutus mata rantai stunting.

“Kalau anak tanggung jawab jelas orang tuanya, karena dalam tumbuh kembang salah satu faktor terpenting itu bonding (kedekatan emosional) ke orang tuanya, itu hal yang penting,” jelas Kurniawan.

Ia menambahkan, salah satu momen yang sangat krusial dalam tumbuh kembang anak adalah dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu saat kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Menurutnya jika dalam kurun waktu tersebut pola asuh yang diberikan salah, maka dampaknya akan dirasakan seumur hidup.

“Stunting itu pada dasarnya gagal tumbuh, yang gagal tumbuh itu anak di 1000 hari pertama. Karena kalau gagal tumbuh, kita tidak hanya bicara soal fisiknya yang pendek, namun kemampuan otaknya, kemampuan dia berkembang seperti beradaptasi dengan lingkungannya,” ujarnya.

Fase 1000 HPK harus sangat diperhatikan karena saat bayi lahir pembentukan organ-organnya tidak berhenti. Menurut Kurniawan, setidaknya perlu waktu 2 tahun bagi bayi untuk tumbuh sempurna secara fisik sebagai manusia.

Kepala Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Indramayu, Agung Rahayu menjelaskan terdapat 4 sasaran keluarga beresiko stunting yang menjadi perhatian pemerintah.

“Ada empat sasaran keluarga beresiko stunting, pertama yaitu calon pengantin, kedua ibu hamil,  ketiga ibu menyusui dan yang terakhir baduta atau anak di bawah dua tahun,” jelas Agung.

Ia pun menekankan pentingnya peran orang tua dalam menekan angka stunting yang tidak bisa dilepaskan dari pola makan dan pola asuh. 

Terkait penyebab stunting di Indramayu, menurutnya banyak dikarenakan kurangnya pengasuhan anak lantaran kebanyakan warga yang menjadi tenaga kerja di luar negeri. 

“Di Indramayu tingkat TKI (Tenaga Kerja Indonesia) cukup tinggi sehingga anak dititipkan kepada neneknya, biasanya di desa-desa kakek neneknya tidak paham terkait pola makan, sehingga pola makanya tidak terjaga dan pola asuhnya juga kurang,” jelas Agung.

Laporan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka prevalensi stunting di Jawa Barat mengalami penurunan dari 24,5 persen di tahun 2021 menjadi 20,2 persen di tahun 2022. Untuk Kabupaten Indramayu angka prevalensi stunting masih sebesar 21,1 persen. Angka ini masih jauh dari target stunting yang ditetapkan Presiden Joko Widodo yakni 14 persen di tahun 2024. 

Terkait dengan kampanye penurunan stunting, Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui Kampanye Genbest (Generasi Bersih dan Sehat) yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting. 

Genbest Talk yang diadakan di Kabupaten Indramayu Jawa Barat ini merupakan bagian dari kampanye Genbest. Genbest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. 

Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.