Lewat Web Series Renjana, Kementan Ajak Masyarakat Komsumsi Pangan Lokal
- Kementan
VIVA – Sektor pertanian mampu tumbuh dengan baik disaat sektor lainya melemah akibat berbagai hal. Berdasarkan data yang ada, ekspor pertanian meningkat di atas 15 persen. Di sisi lain, stok beras saat ini mencapai kurang lebih 10 juta ton.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mendorong para ahli pangan untuk memfokuskan program kerjanya pada keamanan dan ketahanan pangan nasional. Menurutnya, sektor pangan merupakan sektor yang sangat penting dalam mengantisipasi kemungkinan buruk dari krisis global.
Mentan Syahrul, menambahkan, saat ini pemerintah terus mensubtitusi pangan lokal melalui pengembangan sorgum, sagu, singkong dan juga produk unggul lainya di tiap-tiap daerah.
Pengembangan tersebut penting dilakukan untuk memperkuat aneka ragam pangan nasional.
"Tidak hanya beras, sagu pun bisa kita olah. Sorgum juga demikian. Itu adalah tanaman kita dari nenek moyang dulu. Dan ini bisa menjadi makanan yang sama dengan beras. Bisa menjadi tepung, bahkan batangnya bisa menjadi gula, bisa menjadi biodiesel. Dan satu kali tanam, bisa dua kali panen," tegas Mentan Syahrul.
Sebagai upaya menyosialisasikan masyarakat mengkonsumi pangan lokal, Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) mengadakan Ngobrol Asyik on the spot (Ngobras OTS) penyuluhan volume 37 agenda launching web series Renjana season 3 dengan tema pangan lokal yang diadakan di Kabupaten Pandenglang Banten, Selasa (13/9).
Pada arahannya, Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengatakan mengantisipasi krisis pangan global dengan cara mengkonsumi pangan lokal. Di Kabupaten Pandeglang, lanjut Dedi, pangan lokal yang dapat diolah jadi pangan, di antaranya talas beneng.
"Ini merupakan proses penyuluhan yang dikemas menjadi sebuah webseries Renjana. Diantara karakter penyuluh yang sesungguhnya adalah bisa membaca pasar. Bagaimana kebutuhan di pasar dan langsung mencoba untuk memasukinya," jelas Dedi.
Selanjutnya Dedi mengatakan bahwa saat ini pangan lokal sudah go internasional. Itu yang ingin diangkat dalam webseries Renjana Season 3 ini. Dengan pangan lokal, dompet tebal dan go internasional”.jelas Dedi.
"Diharapkan peasn terkait penanganan krisis pangan global ini dapat sampai ke masyarakat luas terutama milenial melalui penayangan webseries Renjana ini. Dan 70 persen penonton dari webseries Renjana yaitu penonton milenial," ujar Dedi.
Seketarisn Daerah (Sekda) Kabupaten Pandeglang, Taufik Hidayat yang hadir pada acara ini mengucapkan terima kasih dan turut berbangga dapat berkontribusi mengekspor olahan pangan lokal untuk menambah pendapatan masyarakat di Kabupaten Pandeglang.
"Lokasi Kabupaten Pandeglang lengkap, ada daerah yang dingin dan ada yang panas, sehingga cocok untuk dijadikan lokasi pertanian, tinggal masyarakatnya yang bisa memanfaatkan lokasi di Kab. Pandeglang. Selain itu, bisa dijadikan lokasi wisata," jelas Taufik Hidayat.
Seketaris Daerah (Sekda) menambahkan bahwa Pemda akan membuat sebuah kegiatan, membawa Teh Yoyoh untuk menjelaskan kepada Camat lingkup Kab. Pandeglang terkait talas beneng ini. Karena masih banyak yang belum mengetahui terkait talas beneng khas Pandeglang ini.
Narasumber Ngobras yang merupakan sutradara web series renjana, Ilham Sukmono mengatakan Konsen dari season ini adalah pangan lokal untuk ketahanan pangan nasional. Tertarik dengan talas beneng, sehingga memutuskan untuk memilih Kabupaten Pandeglang untuk dijadikan lokasi shooting.
"Cerita dari season 3 berbeda dari season sebelumnya dan yang paling spesial adalah penampilan dari Prof. Dedi," ujar Ilham Sukmono.
Pemain utama web series Renjana, Fizzabella tidak menyangka bisa menjadi pemeran utama dalam webseries Renjana yang berhubungan dengan pertanian dan mulai tertarik di dunia pertanian. "Saat ini saya sudah mulai mengkonsumsi pangan lokal. Ketika tubuh tidak kelebihan gula, menjadi tidak bermalas-malasan. Pangan lokal memiliki energinya namun rendah gula," ujar Fizzabella.
Monasalsa, pemeran penyuluh pertanian mengatakan bahwa di awal berfikiran bahwa pertanian harus kotor-kotoran, namun setelah mengikuti webseries Renjana ini pikiran tersebut hilang. "Pertanian tidak hanya kotor-kotoran, bisa dengan cara lain yang lebih modern," ujar Monasalsa.
Lebih lanjut monasalsa mengatakan bahwa setelah selesai shooting, menghubungi Yoyoh, yang merupakan penyuluh kabupaten untuk memesan olahan pangan lokal dan mulai promosikan kepada teman-teman bahwa pangan lokal menyehatkan dan bisa diolah menjadi makanan yang lezat.
“Setelah berperan menjadi penyuluh, sekarang mengetahui bahwa sulit juga menjadi seorang penyuluh, banyak lika likunya. Perjalanan menuju lokasinya pun sulit dijangkau”. jelas Monasalsa.
Yoyoh, penyuluh pertanian kabupaten Pandenglang merasa bangga karena Kementan sangat mendukung Kecamatan Cipeucang untuk pengolahan pangan lokal khususnya talas beneng. "Talas beneng bisa diolah menjadi beras talas, tepung talas, brownies, lapis, mie, emping, makaroni, rengginang dan kue kering. Bisa pesan online melalui instagram dan facebook," jelas Yoyoh.
Lebih lanjut pada agenda Ngobras yoyoh menjelaskan bahwa sasaran penyuluhan adalah kelompok tani. Kelompok Wanita Tani (KWT) mengelola pekarangan dan mengelola hasil pertanian. Banyak kasus pada saat panen harga turun. Oleh karena itu, ada inisiatif untuk mengolah hasil panen agar mendapatkan hasil yang lebih tinggi. Yang penting berani mencoba dan berani memulai.
"Banyak hal yang bisa diambil dari webseries Renjana ini. Untuk penyuluh di seluruh Indonesia harus tetap semangat dengan segala keterbatasannya. Harus bisa memanfaatkan berbagai peluang. Pemda Kab. Pandeglang sangat mendukung kegiatan penyuluh," pungkas Yoyoh.