Ini Alasan Masyarakat Diminta Tidak Pilih-pilih Vaksin

Menko Marves Luhut Pandjaitan tinjau vaksinasi massal di Stadion Pakansari
Sumber :
  • VIVA/Muhammad AR

VIVA – Masyarakat diminta tidak memilih-milih jenis atau merk vaksin tertentu dalam program vaksinasi nasional. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. DR. dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi. mengatakan pada dasarnya semua vaksin sama baiknya.

Prof Soedjarmiko meminta masyarakat tidak menunggu atau menunda vaksinasi karena hanya ingin divaksin dengan merk tertentu. Untuk itu, Prof. Miko mengajak semua kalangan, anak di atas 12 tahun, semua dewasa, dan juga lansia untuk segera divaksin agar diri dan keluarga terlindungi dari COVID-19.

“Kalau menunda-nunda atau menunggu memilih vaksin lain, itu berbahaya karena bisa tertular COVID-19 dan bisa menyebar di keluarga, jangan sampai menyesal," tegas Prof. Miko, sapaan Prof. Soedjatmiko.

Prof. Miko juga meminta anak dan orang dewasa, meski sudah divaksin untuk tidak bepergian dan berkerumun dengan siapapun dan di manapun, kecuali sangat penting. Anak dan orang dewasa harus selalu memakai masker menutupi hidung, mulut, dagu, pipi, dimanapun.

“Karena ketika masker dipakai dengan benar, saat itu juga bisa melindungi 70-90%," katanya.

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate kembali menegaskan, semua vaksin yang digunakan di tanah air telah melewati berbagai pengujian untuk memastikan keamanan, khasiat, dan juga mutu.

"Pengujian elah dilakukan Badan POM dan juga para ahli lainnya untuk memastikan semua vaksin aman, berkhasiat, dan juga memiliki mutu baik," ujar Johnny.

Menkominfo memastikan pemerintah terus berupaya memenuhi kebutuhan vaksinasi nasional. Pemerintah telah bekerja sama baik bilateral maupun multilateral untuk menjamin ketersediaan vaksin. "Pemerintah juga mendorong produksi vaksin Merah Putih sebagai upaya kemandirian bangsa," kata Johnny.

Indonesia akan kedatangan 50 juta dosis vaksin Pfizer yang disebut BNT 162b2 melalui kerja sama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan PT Pfizer Indonesia dan BioNTech SE.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan Izin Penggunaan Darurat (EUA) bagi vaksin produksi PT Pfizer dan BioNTech SE pada Rabu (14/7/2021) lalu.

Vaksin yang diproduksi oleh Pfizer dan BioNTech dibuat dengan menggunakan platform messenger RNA (mRNA).

Platform ini adalah pengembangan metode baru. Metode ini berbeda dengan vaksin umumnya seperti vaksin Sinovac yang dikembangkan dari virus yang dilemahkan yang disebut inactivated viruses.

Sebelumnya, Kepala Badan POM Dr. Penny K. Lukito, MCP memastikan, pihak selalu melakukan pengujian dan mengkaji terhadap semua vaksin yang masuk ke Indonesia. Badan POM juga menjamin bahwa semuanya adalah aman, berkhasiat dan bermutu.

Penny menjelaskan, dalam proses pengkajian untuk menilai khasiat dan keamanan vaksin COVID-19, Badan POM melakukannya bersama Tim Ahli Komite Nasional Penilai Obat, Indonesian Technical Advisory on Immunization (ITAGI), dan para Ahli terkait lainnya.

Sebelum didistribusikan dan digunakan, menurut Penny, Badan POM melakukan pengawalan mutu melalui sampling dan pengujian di Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan dalam rangka lot release.

Penny mengatakan Badan POM juga terus mengawasi jalannya vaksinasi di Indonesia agar pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dapat berjalan lancar dan aman, melalui kegiatan pengawasan pasca disetujui suatu EUA vaksin COVID-19.

“Kami melakukan pengawasan di jalur distribusi hingga pelayanan kesehatan dan juga melakukan sampling dan pengujian dalam rangka pengawasan mutu serta surveilan keamanan vaksin atau pemantauan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) bersama Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan seluruh Indonesia," ujar Penny.

Penny meminta, masyarakat jangan ragu untuk vaksinasi agar tidak terinfeksi dan menjadi sakit. Kalaupun terinfeksi, vaksinasi mengurangi risiko sakit berat.

“Selain vaksinasi, yang tidak boleh dilupakan adalah disiplin pada protokol kesehatan, terutama memakai masker dan mematuhi aturan pembatasan mobilitas yang ditetapkan pemerintah," kata Penny.