Cegah Stunting, Kemkominfo Sosialisasikan Bahaya Pernikahan Dini
VIVA – Indonesia tengah memasuki fase bonus demografi. Potensi yang akan didapat dari bonus demografi dapat menjadi sia-sia apabila sumber daya manusia mengalami stunting. Salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya stunting adalah pernikahan di usia dini. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Wiryanta dalam forum Kepoin Genbest bertajuk “Terlalu Dini Dipersunting, Bisa Bikin Stunting?” di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat (23/07).
“Harus kita pahami bersama pernikahan dini di usia muda memiliki pengaruh terhadap terjadinya stunting. Remaja yang nantinya menjadi calon orangtua di masa depan, jika kesiapan dan kesehatan tidak diedukasi sejak sekarang, maka akan berdampak buruk di masa mendatang,” ujar Wiryanta.
Wiryanta menambahkan saat ini pemerintah tengah berupaya mengakselerasi pencegahan stunting dengan memberikan pemahaman bahaya stunting pada para calon orangtua khususnya remaja putri sebagai upaya mencapai target penurunan stunting di tahun 2024, salah satunya melalui forum Kepoin Genbest.
“Presiden Joko Widodo telah menargetkan di tahun 2024, angka stunting di Indonesia turun menjadi 14 persen. Oleh karena itulah kegiatan ini dilakukan sebagai langkah memberi awareness dan pengetahuan kepada remaja untuk cegah stunting,” imbuh Wiryanta.
Dalam kesempatan yang sama, Plt. Deputi Bidang ADPIN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Ir. Dwi Listyawardani, M.Sc., Dip.Com, memaparkan, maraknya pernikahan dini yang disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya adalah faktor tradisi, ekonomi, serta pergaulan bebas dan kehamilan. Masih banyak orang tua yang menikahkan anaknya karena budaya dan ingin terbebas dari beban ekonomi.
“Namun, di era saat ini faktor terbesar penyebab pernikahan dini adalah pergaulan bebas dan kehamilan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu remaja harus memahami fungsi keluarga sebelum melakukan pernikahan dini karena ada banyak konsekuensi yang harus ditanggung dari pernikahan dini,” ujar Dwi.
Oleh sebab itu, Dwi menganjurkan idealnya remaja putri menikah dengan usia minimal 21 tahun, dikarenakan pada usia dibawah itu, organ reproduksi perempuan masih mengalami perkembangan sehingga belum siap mengalami kehamilan.
Selain itu, Dwi menyampaikan jika seorang mengalami kehamilan pada usia remaja maka akan berisiko terjadi stunting pada bayi nantinya.
“Remaja yang masih pada masa pertumbuhan lalu mengalami kehamilan, maka akan terjadi perebutan gizi pada ibu dan janin,” papar Dwi.
Ia pun menyarankan kepada para remaja untuk melakukan perencanaan terkait pernikahan dan kehamilan agar siap secara mental maupun finansial.
Dokter Spesialis Gizi, dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi., Sp.GK. menimpali, usia yang ideal untuk menikah dan mengalami kehamilan adalah pada rentang 21 hingga 35 tahun jika dilihat dari sisi nutrisi.
“Usia remaja adalah usia dimana seseorang mengalami percepatan pertumbuhan. Apabila pada masa itu remaja mengalami kehamilan maka pertumbuhannya pun akan terganggu dan perkembangan janin dalam kandungannya pun akan terhambat juga,” ujarnya.
Dokter yang menyelesaikan studi spesialis Gizi Klinik di Universitas Indonesia ini menuturkan, stunting adalah sebuah lingkaran siklus. Ibu yang stunting, akan melahirkan generasi yang stunting juga. Oleh karena itu, penting bagi para remaja teredukasi dan memutuskan siklus stunting ini.
dr. Juwalita mengimbau kepada remaja untuk dapat memilih informasi yang benar dan baik untuk dijadikan informasi karena akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil di masa depan.
“Informasi yang didapatkan akan mempengaruhi para remaja untuk menentukan keputusan, tidak hanya mengambil keputusan tentang kehidupan dan pendidikan tetapi juga kesehatan. Rencanakan masa depan yang lebih baik lagi, baik dalam melakukan perencanaan pernikahan dan mengambil bagian dalam memutuskan rantai stunting mulai dari sekarang” tutup dr. Juwalita.
Forum Kepoin Genbest sendiri merupakan salah satu rangkaian kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas sunting. GenBest ingin mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari.
GenBest melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, dan videografik.