BRI Micro & SME Bisa Jadi Acuan Pengembangan UMKM di Indonesia
VIVA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. terus meneguhkan komitmen untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Yang terbaru, perseroan membuat BRI Micro & SME Index (BMSI) yang telah resmi diluncurkan oleh Direktur Utama BRI Sunarso di Jakarta (12/11). Melalui BMSI, BRI hendak menghadirkan gambaran umum kondisi UMKM di Indonesia setiap kuartal.
BMSI adalah indeks pertama yang merekam kondisi UMKM secara rutin di Indonesia. Melalui indeks ini, bisa diketahui bagaimana kinerja pelaku UMKM pada kuartal tertentu, serta ekspektasi mereka dalam kurun 3 bulan ke depan.
Ekonom BRI Anton Hendranata mengatakan BMSI memegang peran penting untuk pengembangan dan penyaluran pembiayaan serta bantuan terhadap UMKM. Melalui indeks ini, bisa diketahui UMKM sektor apa saja yang tengah tumbuh positif, berpotensi terus berkembang, dan sedang mengalami kesulitan.
“Indeks ini sangat diharapkan bisa mengetahui kinerja usaha dari UMKM, dan bukan hanya mengukur kondisi sekarang, tapi juga melihat kondisi ke depannya apakah akan membaik atau memburuk. Ini sangat penting terutama buat BRI dan terutama kepentingan nasional, karena pengambil kebijakan akan dapat gambaran kondisi UMKM ke depannya, sehingga waktu mengambil kebijakan pedomannya karena indeks ini bisa jadi leading indicator mengukur aktivitas bisnis UMKM,” ujar Anton di Jakarta, Kamis (12/11).
Menurut penjelasan Anton, terdapat 8 indikator kondisi UMKM yang direkam dan ditunjukkan BMSI. Kedelapan indikator itu adalah volume produksi, total nilai jual, rata-rata penjualan, volume pesanan, volume pesanan barang input, volume persediaan barang jadi, rata-rata jumlah karyawan, dan realisasi investasi.
Indikator-indikator ini adalah dasar perhitungan BMSI, yang pada akhirnya bisa menunjukkan apakah kondisi UMKM dalam tren baik atau buruk. Skor yang digunakan dalam indeks ini adalah 0-200. Kondisi UMKM bisa dikatakan positif jika indeks menunjukkan angka di atas 100. Apabila skor kurang dari 100, maka kondisi UMKM sedang memburuk atau dalam tren negatif.
BMSI mengukur kinerja UMKM yang bergerak di 8 sektor yakni pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; pertambangan, penggalian, listrik, gas, air bersih; industri pengolahan, konstruksi, perdagangan besar dan eceran, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, serta jasa.
“Ke depan, BMSI akan dipublikasikan rutin setiap kuartal sebelum perhitungan GDP keluar. Masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan dapat melihat agregat indeks secara terbuka, yang didapat dari hasil survei 3.000 pelaku UMKM dari setiap sektor dan provinsi setiap kuartal. Publikasi yang dilakukan lebih cepat dibanding rilis data GDP membuat indeks ini dapat menjadi acuan pemerintah dan pelaku bisnis saat membuat kebijakan,” ujarnya.
Anton menambahkan, survei yang dilakukan untuk menyusun BMSI menggunakan metode sampling stratified systematic random sampling. Survei indeks ini memiliki tingkat margin of error kurang lebih 2 persen, dan sudah memenuhi kaidah statistik serta metodologi yang ideal.
“Pada intinya indeks ini merekam kondisi seluruh UMKM dari setiap provinsi, sektor usaha, dan pelaku usaha dari berbagai tingkatan plafon kredit. Secara statistik, penyusunan BMSI sudah sesuai kaidah dan metodologinya mirip seperti yang digunakan BPS dan BI, serta negara-negara lain,” katanya.
Berdasarkan publikasi BMSI pertama di kuartal III/2020, terlihat bahwa kondisi pelaku usaha mikro dan kecil saat ini sudah mulai bangkit. Indeks UMKM naik dari 65,5 menjadi 84,4 per September 2020. BSMI juga merekam ekspektasi pelaku UMKM yang meningkat hingga 109,3 untuk kuartal IV/2020. Peningkatan ini menandakan adanya optimisme pengusaha akan perbaikan kondisi ekonomi mulai akhir tahun ini.
“Indeks ini kami launching untuk digunakan sebagai alat ukur aktivitas bisnis UMKM, dan kami buat sebagai bentuk kepedulian BRI terhadap aktivitas UMKM Indonesia, serta menjadi leading indicator pertama di Indonesia yang mengukur aktivitas UMKM,” ujar Sunarso kemarin.
“Mayoritas UMKM di Indonesia ini kan financing dari BRI. Maka kalau kita gunakan data di BRI sebenarnya cukup representatif untuk menyimpulkan kondisi UMKM nasional. Kalau kemudian indeks menyatakan positif, maka bisa dikatakan mencerminkan bahwa UMKM yang jadi nasabah BRI kinerja keuangannya membaik,” tutup Sunarso.