Petani Sumsel Sambut Positif Program Serasi 220 Ribu Ha

Dirjen PSP Kementan, Sarwo Edhy.
Sumber :

VIVA – Petani padi lahan pasang surut menyambut baik program Kementerian Pertanian (Kementan) untuk meningkatkan indeks pertanaman dan produktivitas padi pasang surut seluas 220 ribu hektare (ha) di Sumatera Selatan.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy meminta agar lahan pasang surut di Kecamatan Air Sale, Banyuasin seluas 14 ribu ha pada akhir Mei sudah selesai dikerjakan perbaikan kondisinya 100 persen.  

"Target secara nasional, pada bulan Juli bisa 200 ribu ha dan pada Desember 2019 bisa selesai 500 ribu ha," ujar Sarwo Edhy saat sosialisasi Program Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani (Serasi) di Banyuasin, Kamis (11/4).

Dijelaskannya, rawa adalah masa depan Indonesia. Terdapat 10 juta ha yang bisa dijadikan untuk lahan pertanian produktif antara lain di Sumatera Selatan dan Kalsel. 

“Kita fokus untuk penyelesaian program Serasi di Sumsel karena program di sini terbesar,” tambah Sarwo Edhy.

Kementan memang sedang gencar menggarap lahan rawa lebak dan pasang surut. Kementan pun memberikan bantuan alat dan mesin pertanian (Alsintan) berupa excavator (ekskavator), yang diberikan kepada masyarakat tani agar dioptimalkan pemanfaatannya.

“Dengan memanfaatkan ekskavator tersebut, maka lahan rawa dan lebak menjadi produktif, seperti di Sumatera Selatan,” kata Sarwo Edhy.

Untuk lahan rawa, Ditjen PSP telah menyiapkan bantuan 200 unit ekskavator besar dan 14 unit ekskavator mini dari pengadaan tahun 2018. Direncanakan akan dilakukan penambahan sebanyak 30 unit ekskavator mini pada tahun 2019.

Sarwo menyebutkan, Kementan telah menyalurkan bantuan ekskavator sebanyak 69 unit di Provinsi Sumsel. Berdasarkan pantauan, bantuan tersebut bekerja optimal untuk pengerukan saluran irigasi yang mengalami pendangkalan, pembuatan jalan usaha tani dan optimasi lahan rawa lebak dan lahan rawa pasang surut.

“Pemantauan ini sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Alsintan dan ekskavator harus bekerja optimal sehingga lahan rawa menjadi lahan sawah produktif,” ujarnya.

Diharapkan, produksi pangan, khususnya beras, akan meningkat dan kesejahteraan petani tercapai. Dari lahan rawa diharapkan juga dapat memenuhi pangan dunia.

Rohim (48) petani padi dengan lahan sawah pasang surut seluas 3 ha mengatakan, saat ini baru bisa panen sekali dalam setahun dengan produktivitas 4 ton/ha. Dia berharap melalui program Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani (Serasi) bisa tanam padi 3 kali atau paling tidak dua kali tanam dalam setahun.

“Belum dimulai saja, sudah banyak yang melaksanakan dua kali tanam, karena petani ingin bisa tiga kali tanam dalam setahun. Hanya kondisinya perlu perbaikan. Pemerintah sudah mendukung, kita biasanya kekurangan air pada tanam yang kedua. Bisa diambil dari sungai besar dengan pompanisasi ke sungai kecil,” kata Rohim petani padi pasang surut di Desa Srikaton, Kecamatan Air Sale, Banyuasin. 

Sementara, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel Erwin Noor Wibowo mengatakan, menjadi prioritasnya adalah melakukan normalisasi irigasi tersier dan pompanisasi. Dengan target Mei bisa selesai karena biasanya terjadi kekeringan di lahan rawa.  

Melalui program Serasi ini, jelas Erwin, pemerintah daerah Sumsel mentargetkan  bisa meningkatkan IP 100 menjadi IP 200, IP 200 menjadi IP 300, dan yang sudah berhenti di IP 200 atau IP 300. Targetnya adalah meningkatkan produktivitasnya.  

“Akan ada tambahan produksi 600-800 ribu ton beras per tahun dari program Serasi ini,” katanya.

Kegiatan pekerjaan yang dilakukan dalam program Serasi ini, lanjut Erwin, adalah memperbaiki infrastruktur irigasi, pompanisasi, pencucian lahan, rehabilitasi jaringan irigasi terseier dan penguatan aktivitas kelompok untuk menjadi korporasi petani.

Pada musim tanam pertama, petani padi di Sumsel bisa mendapatkan hasil panen sampai 8 ton/ha, namun pada musim tanam kedua petani umumnya hanya dapat 3 ton per ha. Dengan program Serasi ini, diharapkan produktivitas padi pasang surut pada musim tanam kedua bisa mencapai 5 ton per ha.

“Kami juga  menyatukan kelembagaan yang ada agar berkorporasi. Atasi masalah dengan permodalannya dan menguatkan pemasarannya,” pungkas Erwin.