Memulai kariernya di media, Salim Said memantapkan dirinya sebagai dosen dan pengamat militer. Pada usianya 75 tahun, ia mendapatkan penghargaan PAB 2018.
Salim Said dikenal sebagai seorang pengamat sekaligus penulis yang telah menelurkan banyak buku bertema film, politik, dan militer. Hobi menulisnya telah terasah sejak masih remaja.
Pria kelahiran Parepare, 10 November 1943 ini sempat mengambil jurusan Psikologi di Universitas Indonesia, namun tak berlanjut. Salim Said memilih Sosiologi di universitas yang sama dan lulus pada tahun 1976.
Setelah itu, Salim terbang ke Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikannya di Ohio State University. Ia meraih 3 gelar sekaligus di sana, yakni magister Hubungan Internasional, Ilmu Politik, dan doktor Ilmu Politik.
Sejak lulus dari Ohio University, Salim dikenal sebagai pengamat militer. Hal itu karena desertasi doktornya mengambil judul Sejarah dan Politik Tentara Indonesia.
Padahal sebelumnya, mantan redaktur Tempo ini jauh lebih dikenal sebagai kritikus film. Bahkan, sekembalinya dari Amerika, saat berusia 39 tahun, ia merilis salah satu buku tentang film bertajuk Profil Dunia Film Indonesia.
Salim yang pernah sebagai anggota Dewan Film Nasional dan Dewan Kesenian Jakarta ini sering berpartisipasi dalam diskusi bertemakan film, sejarah, sosial, hingga politik nasional hingga internasional.
Salim Said juga menjadi dosen di Sekolah Ilmu Sosial Jakarta, FISIP Universitas Indonesia, Dosen Tamu di Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia dan Dosen Tamu di Tammasat University, Bangkok, Thailand.
Salim pun aktif menciptakan karya-karya cerdas beberapa di antaranya, Dari Festival ke Festival: Film-film Manca Negara dalam Pembicaraan, Militer Indonesia dalam Politik, Tumbuh dan Tumbangnya Dwifungsi: Perkembangan Pemikiran Politik Militer Indonesia, 1958-2000, dan Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian .
Kesuksesannya sebagai penulis tak lepas dari jasa sang ayah. Saat Salim masih kecil, ia pernah meminta dibelikan bola oleh ayahnya, tapi tidak dituruti. Berbeda saat Salim meminta buku, sang ayah pasti mengusahakannya dalam situasi apapun.
Setelah itu, Salim sering mengarang cerita dan dimuat di media massa. Ayahnya pun suka menulis, meski tidak ada satupun karyanya yang dipublikasikan.
Saat menginjak usia 75 tahun, Salim memperoleh Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) di bidang pemikiran sosial. Salim mengisi ruang kosong pengetahuan publik mengenai alam pikiran tentara yang melandasi gerakan politik TNI di Indonesia. (AC/DN) (Photo/VIVA)
KELUARGA
Istri : Herawaty
PENDIDIKAN
Akademi Teater Nasional Indonesia (1964-1965)
S1, Fakultas Psikologi UI (1966-1967, Tak selesai)
S1, Jurusan Sosiologi FISIP (S1) Universitas Indonesia, Jakarta (1976)
S2, Hubungan Internasional Ohio University, Amerika Serikat (1980)
S2, Ilmu Politik Ohio State University, Amerika Serikat (1983)
S3, Ilmu Politik Ohio State University, Amerika Serikat (1985)
KARIER
Wartawan majalah TEMPO (1971-1979)
Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1990-1998)
Dosen di Sekolah Ilmu Sosial Jakarta (1987-1990)
Dosen FISIP Universitas Indonesia (1994)
Dosen Tamu di Universiti Malaya, Kuala Lumpur (1997)
Dosen Tamu di Tammasat University, Bangkok, Thailand (1999)
Profesor Tamu di Ohio University, Amerika Serikat (2001-2002)
Anggota MPR (1998-1999)
KARYA BUKU
Profil Dunia Film Indonesia (1982)
Genesis of Power: General Sudirman and the Indonesian Military in Politics, 1945-49 (1991)
Pantulan Layar Putih: Film Indonesia Dalam Kritik Dan Komentar (1991)
Shadows on the Silver Screen: A Social History of Indonesian Film (1991)
Dari Festival ke Festival: Film-film Manca Negara dalam Pembicaraan (1994)
Militer Indonesia dalam Politik (2001)
Wawancara Tentang Tentara dan Politik (2001)
Tumbuh dan Tumbangnya Dwifungsi: Perkembangan Pemikiran Politik Militer Indonesia, 1958-2000 (2002)
Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian (2013)
Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto (2016)
Gestapu 65: PKI, Aidit, Sukarno dan Soeharto
Sejarah Sosial Film Indonesia