Pengalaman Setya Novanto selama empat belas tahun sebagai pengusaha mengantarkannya menjadi anggota dewan dan pengurus partai. Puncaknya, ia terpilih menjadi Ketua DPR RI dan Ketua Umum DPP Partai Golkar.
Pria kelahiran Bandung, 12 November 1955, ini dari pasangan R. Soewondo Mangunratsongko dan Julia Maria Sulastri. Novanto berasal dari keluarga besar. Dia anak kelima dari delapan bersaudara.
Pada usia TK dan SD, Novanto menghabiskan di Bandung. Setelah itu, orang tuanya pindah ke Surabaya. Semua keluarga Novanto ikut ke Surabaya. Getirnya kehidupan Novanto mulai terasa. Bapak dan ibunya tidak ada kecocokan dan memilih berpisah. Akibatnya, Novanto dan saudaranya memilih ikut ibunya tinggal di Jakarta.
Novanto menyelesaikan SMP dan SMA di Jakarta. Setelah itu, Novanto kembali ke Surabaya untuk kuliah. Meski bapaknya ada di Surabaya, ia memilih sewa kontrakan untuk tinggal di Surabaya. Novanto ingin mandiri. Untuk biaya kuliah juga dia harus menguras tenaga dan pikirannya. Mulai dari jualan beras dan madu di pasar, jadi model, hingga sales mobil.
Puncak kariernya di Surabaya saat ia ditunjuk sebagai Kepala Penjualan mobil untuk seluruh Indonesia Timur. Berkat keuletannya belajar dan bekerja, Novanto meraih gelar sarjana muda dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Pendidikan bagi Novanto penting. Untuk menyelesaikan sarjana penuhnya, ia kembali ke Jakarta, kuliah di Universitas Trisakti. Sementara biaya hidupnya, lagi-lagi Novanto putar otak. Karena uang tabungan dari Surabaya hanya cukup untuk biaya daftar kuliah.
Akhirnya, ia membuka jasa foto copy, salah satunya menjual buku kuliah copian ke mahasiswa. Dari kelebihan uang ini, Novanto mendirikan kantin di kampus. Perjuangannya sukses, ia akhirnya, menjadi sarjana penuh pada usia 29 tahun.
Sukses kuliah, ia buktikan juga di dunia kerja. Setelah menyandang sarjana ekonomi, Novanto dipercaya untuk mengelola sebuah SPBU di Cikokol, Tangerang. Di bawah pengelolaannya, SPBU ini berkembang pesat. Keberhasilan ini menantang Novanto untuk lebih maju lagi.
Ia memutuskan untuk membangun perusahaan sendiri dalam bidang lain bersama teman-temannya. Kerja kerasnya membawa kesuksesan Novanto dalam bidang lain; perternakan, pengadaan bahan baku tekstil, kertas, kontraktor bangunan, industri pabrik kayu, transportasi, perdagangan, lapangan golf bertaraf internasional, dan bisnis hotel.
Setelah 14 tahun berkiprah di dunia bisnis dengan jatuh bangunya, dia tertarik ke dunia politik. Dia mulai bersama temannya menerbitkan buku "Manajemen Soeharto". Sayang, buku ini hanya beredar sebentar karena Presiden Soeharto baru lengser setelah 32 tahun memimpin negeri ini.
Saat itu, ada larangan beredar buku Soeharto pasca kerusuhan tragedi Mei 1997. Pada usia 42 tahun itu, Novanto makin tertantang dengan dunia politik. Dia pun mulai bergabung dengan Organisasi Bahumas Kosgoro dan PPK Kosgoro 1957, dan menjadi anggota Partai Golkar, serta organisasi kemasyarakatan lainnya.
Karier politiknya berlanjut. Pada pemilu 1999, Novanto terpilih menjadi anggota DPR dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada pemilu berikutnya, tiga kali berturut-turut dia kembali terpilih menjadi anggota DPR. Jabatannya di DPR terus menaik. Mulai dari anggota, bendahara, hingga ketua Fraksi Partai Golkar. Puncaknya, 2 Oktober 2014, ia terpilih sebagai Ketua DPR RI 2014-2019.
Setahun menjalani sebagai ketua DPR, ia dilaporkan kasus "Papa Minta Saham" Freeport ke MKD DPR. Ia pun akhirnya mengundurkan diri dari jabatan ketua dan digantikan oleh Ade Komarudin. Keduanya dari Fraksi Partai Golkar (FPG). Setya Novanto sendiri diberi jabatan Ketua FPG periode 2015-2019. Karier politiknya tak berhenti, pada Munaslub Golkar di Bali, ia terpilih menjadi Ketua Umum DPP Golkar periode 2016-2019.
Setahun berselang setelah pengunduran dirinya, ia kembali menjadi orang nomor satu DPR. Namanya diajukan kembali oleh Fraksi Golkar karena kasus "Papa Minta Saham" terbukti cacat hukum menurut Mahkamah Konstitusi. Ia pun dilantik menjadi ketua DPR RI 2016-2019.
Meski sudah menjadi ketua Golkar dan DPR, kasus hukum tetap mengintainya. Kasus korupsi E-KTP menyeret Novanto ke rumah tahanan KPK. Selama proses persidangan sebagai terdakwa, Novanto mundur dari jabatannya di Golkar dan DPR RI.
Dalam putusan majelis hakim, pada 24 April 2018, Novanto divonis 15 tahun penjara. Tak hanya itu, hak politiknya pun dicabut selama lima tahun. (DN) (Photo/Antara)
KELUARGA
Istri : Deisti Astriani, S.H.
Anak : Reza Herwindo
Dwina Michaela
Gavriel Putranto
PENDIDIKAN
TK Dewi Sartika Bandung
SD Negeri 5 Bandung (1967)
SMP Negeri 73 Tebet Jakarta (1967-1970)
SMA Negeri 9 Jakarta (1970-1973)
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi (1979)
Universitas Trisakti Jakarta, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Management (1983)
KARIER
Sales Mobil
Kepala Penjualan mobil untuk seluruh Indonesia Timur
PT. Mulia Intan Lestari, Jakarta-Presiden Direktur (1999 – 2000)
NOVA GROUP, Jakarta- Presiden Komisaris (1998 – 2004)
Founder Tee Box Cafe, Jakarta (1996 – sekarang)
PT. Bogamakmur Arthawijaya, Jakarta-Komisaris (1996 – sekarang)
PT. Dwimarunda Makmur, Jakarta-Direktur (1992 – 2000)
PT. Solusindo Mitra Sejati, Jakarta-Komisaris (1992 – 1996)
PT. Menara Wenang, Jakarta-Komisaris (1992 – 2003)
PT. Orienta Sari Mahkota-Komisaris (1992 – 2003)
PT. Bukit Granit Mining Mandiri, Batam-Komisaris (1990 – 2004)
PT. Dwisetia Indo Lestari, Batam-Komisaris (1987 – 2004)
PT. Nagoya Plaza Hotel, Batam-Presiden Komisaris (1987 – 2004)
Anggota DPR-RI dari Partai Golkar (1999 – 2004, 2004 – 2009, 2009 – 2014)
Bendahrara Fraksi Partai Golkar
Ketua Fraksi Partai Golkar (2009 – 2014)
Ketua DPR RI (2014 – 2015)
Ketua Umum DPP Golkar (2016-2017)
Ketua DPR RI (2016-2017)