Dunia tulis menulis
mengantarkan Djenar Maesa Ayu tersohor. Ia pun menjadi aktivis perempuan dan
artis film.
Djenar Maesa Ayu adalah
salah satu penulis perempuan Indonesia yang cukup menonjol. Cerpen-cerpennya
yang bernuansa feminin membuat namanya dikenal dan diperhitungkan. Namanya
semakin melambung saat dia terjun ke dunia film.
Djenar mengawali kariernya sebagai penulis cerita pendek (cerpen) dan kemudian
menulis novel. Dia lahir dari keluarga yang dekat dengan seni. Ayahnya
Sjumandjaya adalah seorang penulis dan sutradara terkemuka, sedangkan ibunya
Toety Kirana adalah aktris era 1970-an.
Dari kecil Djenar telah terbiasa dengan aktivitas seperti baca buku sastra, dan
nonton film. Dalam menulis Djenar mengaku berguru pada nama-nama besar seperti
Seno Gumira Ajidarma, Budi Darma, dan Sutardji Coulzum Bachri. Mereka, menurut
Djenar, memperkenalkannya pada keberanian dalam menulis.
Keberaniannya menulis bertema feminisme dianggap sebagai kelanjutan dari
kebangkitan perempuan pengarang era 2000-an. Sejumlah cerpennya dianggap banyak
kritikus sastra sebagai karya yang mengelaborasi tema seksualitas dan dunia
perempuan.
Tak jarang, setiap karyanya terbit, selalu disertai kontroversi. Dia tak segan
memasukan sejumlah tema-tema krusial seksualitas berikut idiom dan frasanya,
seperti hubungan tak lazim dalam dunia seks, dan sejumlah tema pemberontakan
perempuan yang selama ini masih jarang dijamah penulis lain.
Karya-karya Djenar banyak mendobrak tabu dan tak jarang dinilai vulgar. Namun
di sisi lain banyak yang menilai karyanya mencerahkan.
Djenar termasuk perempuan penulis yang produktif. Dalam kurun waktu tujuh
tahun, empat judul buku sudah tergarap, dan tiga di antaranya itu masuk sebagai
shortlist anugerah sastra tahunan Khatulistiwa Literary Award tahun 2002, 2004
dan 2006. Dan setiap buku karyanya selalu termasuk deretan daftar buku
bestseller.
Buku pertama Djenar yang berjudul ‘Mereka Bilang, Saya Monyet!’ telah cetak
ulang sebanyak delapan kali dan masuk dalam nominasi 10 besar buku terbaik
Khatulistiwa Literary Award 2003, selain itu, buku ini juga akan diterbitkan
dalam bahasa Inggris.
Cerpen ‘Waktu Nayla’ menyabet predikat Cerpen Terbaik Kompas 2003, yang
dibukukan bersama cerpen ‘Asmoro’ dalam antologi cerpen pilihan Kompas itu.
Sementara cerpen ‘Menyusu Ayah’ menjadi Cerpen Terbaik 2003 versi Jurnal
Perempuan dan diterjemahkan oleh Richard Oh ke dalam bahasa Inggris dengan
judul ‘Suckling Father’ untuk dimuat kembali dalam Jurnal Perempuan versi
bahasa Inggris, edisi kolaborasi karya terbaik Jurnal Perempuan.
Buku keduanya, ‘Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)’ juga meraih sukses dan
cetak ulang kedua hanya dua hari setelah buku itu diluncurkan pada bulan
Februari 2005. Kumpulan cerpen berhasil ini meraih penghargaan 5 besar
Khatulistiwa Literary Award 2004.
‘Nayla’ adalah novel pertama Djenar yang juga diterbitkan oleh Gramedia Pustaka
Utama. Bukunya yang terbaru berjudul ‘Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta
Pendek’, yang merupakan kumpulan cerpen. Djenar akhirnya mengikuti jejak orang
tuanya dengan terjun ke dunia film. Filmya yang paling terkenal adalah Film
Mereka Bilang, Saya Monyet! Yang digubah dari cerpennya sendiri dan
disutradarainya sendiri.
Menurut Djenar dia membuat film itu karena selalu saja ada niat untuk
menuangkan sisi-sisi keberanian feminis yang berbeda. Berbeda dengan buku dalam
film ini, dia bisa menuangkan kekayaan sastra dalam bentuk visual.
Memang sebagaimana bukunya, film Djenar masih kental dengan feminisme. Karena
itu orang menilai karya kakak musisi Aksan Sjuman itu tak jauh dari tema
tentang seks dan kekerasan seks. Bahkan sisi kehidupan pribadinya juga
dihadirkan dalam filmnya.
Sebelum filmnya yang terkenal, Djenar mengaku telah membuat sebuah film, sayangnya
tak bisa diterima penonton Indonesia. Menurut dia hal itu mungkin memang bukan
pasarnya di Indonesia.
Sukses dalam berkarier sebagai penulis rupanya tidak berbanding lurus dalam
sukses berumah tangga. Djenar akhirnya memilih bercerai dengan suaminya Edi
Widjaya pada 15 Agustus 2005. Dia mengaku banyak perbedaan dengan suaminya yang
membuat rumah tangga yang telah dibina selama 14 tahun akhirnya runtuh.
Djenar mengakui bahwa perbedaan kultur antara keduanya menjadi salah satu
sebab. Kedunya memang dibesarkan dalam kultur yang berbeda. Dia mengaku sejak
pacaran perbedaan kultur ini sudah sering menjadi masalah. Edi sendiri juga
mengakui perbedaan keduanya menyangkut hampir seluruh aspek kehidupan.
Saat menikah dulu keduanya mencoba menyatukan perbedaan itu, namun akhirnya
gagal. Meski berpisah Djenar sepakat untuk tidak mengorbankan anak-anaknya.
Karena itu dia dan Edi sepakat untuk tetap memberikan perhatian ekstra untuk
anak-anak mereka. Setelah bercerai mereka juga sepakat untuk tidak
mempermasalahkan hak asuh anak dan perebutan harta gono-gini.
Dalam perceraiaan itu ayah dan ibu dari Banyu Bening dan Batari Maharni ini
mengaku perceraiannya bukan karena adanya orang ketiga. Tidak ada wanita
idaman lain maupun pria idaman lain.
Bahkan Djenar mengaku kalau Edi adalah sosok suami yang nyaris sempurna,
namun perbedaan memang membuat mereka harus mengakhiri kebersamaannya. Meski
bercerai keduanya juga menolak jika pernikahannya disebut tak bahagia,
pernikahan yang dijalani mereka nilai berjalan bahagia.
Saat bertengkar pasangan ini juga tergolong unik. Sebab mereka tidak pernah
bertengkar dengan kata-kata. Jika bertengkar keduanya selalu menggunakan SMS
atau email.
Setelah lama tak main film, Nama Djenar Maesa Ayu kembali bersinar saat
aktingnya dalam film Kartini. Ia dinobatkan sebagai Pemeran Pembantu Wanita
Terpuji dalam ajang Festival Film Bandung 2017. (LP/AA/DN) (Photo: Instagram/djenarmaesaayu)
KELUARGA
Orang tua : Syuman
Djaya dan Tutie Kirana
Pasangan : Edi Wijaya
(bercerai)
Anak : Banyu Bening
& Batari Maharani
KARIER
Filmografi
Boneka dari Indiana (1990)
Koper (2006)
Mereka BIlang, Saya Monyet! (2007)
Anak-anak Borobudur/Children of Borobudur (2007)
Cinta Setaman (2008)
Melodi (2010)
Purple Love (2011)
Kartini (2017)
Sutradara Film
Mereka Bilang, Saya Monyet! / The Say I'm a Monkey (2008)
Menjadi produser, penulis skenario, dan sutradara film SAIA (2009)
Acara Televisi
Fenomena (TransTV, 2006)
Silat Lidah (AnTV, 2007)
Karya Buku
Mereka Bilang, Saya Monyet!, kumpulan cerpen, 2002
Jangan Main-main Dengan Kelaminmu, kumpulan cerpen , 2003
Naila, novel, 2005
Cerita Pendek tentang Cerita yang Pendek, kumpulan cerpen, 2006
Ranjang, novel, 2008