Lahir dari keluarga ulama besar, Alwi Shihab tertantang memenuhi janji orang tuanya. Berkat keilmuannya ini, ia terjun ke dunia usaha dan politik. Puncaknya, Alwi menjadi menteri.
Pria kelahiran Rappang, Sulawesi Selatan, 19 Agustus 1946 ini putra ketujuh dari 13 bersaudara dari pasangan Abdurrahman Shihab dan Asma Aburisyi. Ayahnya adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir dan berkontribui dalam mendirikan Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan IAIN Alauddin Ujungpandang (UIN Makassar).
Alwi menghabiskan masa kecil dan remajanya di Makassar, Malang, dan Kairo, Sejak kecil, Ia telah diajarkan nilai-nilai religius. Hal ini terbukti saat Alwi berusia 10 tahun, Ia dilepas untuk mondok di Pesantren Darul Nashihin, Lawang, Malang Jawa Timur.
Selepas mondok di Malang, saat berusia 20 tahun, Alwi Shihab melanjutkan studi ke Mesir untuk mengambil jurusan Akidah Filsafat di Universitas Al-Azhar. Lulus dari sini, Alwi berkicumpung di dunia usaha dan meraih kesuksesan.
Namun, di tengah kesibukannya bisnis, Alwi Shihab masih teringat pesan ayahnya soal pendidikan. Jangan pulang ke Indonesia kalau belum meraih gelar doktor. Pesan itulah kemudian mendorong Alwi melanjutkan pendidikannya. Saat usianya memasuki 41 tahun, ia melanjutkan program doktor di Universitas Ain Syam, Mesir. Pada tahun 1990, ia memperoleh gelar doktor dengan disertasi berjudul “Islamic Sufism and Its Impact on Indonesian Contemporary Sufism”.
Alwi tak lelah untuk menempa dirinya. Adik dari Quraish Shihab ini pun hijrah ke Negeri Paman Sam bersama keluarga untuk riset sekaligus untuk memperdalam ilmu yang dimiliki terasa kurang. Paman dari presenter Najwa Shihab ini pun menyelesaikan program S3 di Universitas Temple, Amerika dengan disertasi berjudul “The Muhammadiyah Movement and Its Controversy with Christian Mission in Indonesia” pada tahun 1995.
Pada tahun itu pula, Alwi mengikuti program post-doctorate” di Harvard University. Ia juga mendapatkan tawaran mengajar agama Islam di Hartford Seminary.
Karier Alwi sebagai akademisi kian naik. Saat masih mengajar di Hartford Seminary, pada tahun 1998, Alwi juga diminta mengajar di Harvard Divinity School. Tak sampai di sana, ia juga dipercaya sebaga dewan penasehat (advisory board) di Harvard Center for the Study of World Religion.
Sukses di dunia akademisi, pada tahun 1988, Abdurahman Wahid alias Gus Dur mengajak Alwi Shihab untuk mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Meski pada awalnya menolak, namun akhirnya Alwi setuju. Inilah langkah awal Alwi Shihab terjun ke dunia politik.
Pada Pemilu 1999, Pemilu pertama Era Reformasi, ia terpilih menjadi anggota DPR-RI dari Partai Kebangkitan Bangsa. Namun, Alwi tidak menyelesaikannya hingga tuntas karena diminta menjadi menteri oleh Presiden Abdurrahman Wahid.
Presiden terpilih Gus Dur, pada tahun 1999, Alwi dipercaya sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia. Ia memangku jabatan tersebut pada 1999 hingga 2001 bersamaan lengsernya Gus Dur.
Pada tahun 2002, Alwi Shihab dipercaya sebagai Ketua Umum PKB hingga 2005 menggantikan Matori Abdul Jalil. Pada Pemilu 2004, PKB memperoleh posisi ketiga dengan raihan 12.002.885 suara (10,61 persen) dan mendapat 52 kursi DPR RI.
Sukses perolehan suara PKB mempengaruhi karier Alwi. Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengangkat Alwi sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Di sini, ia hanya setahun dari 2004-2005. Posisinya diigantikan oleh Aburizal Bakrie.
Tak lagi menjadi menteri, ia diberi amanah oleh SBY sebagai Utusan Khusus Timur Tengah. Ia mengemban amanah tersebut selama 5 tahun terhitung sejak 2006. Allwi bertugas untuk mengembangkan, memperkuat, dan memperdalam kerja sama Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah. Kinerjanya pun diberi apresiasi oleh SBY. (*)
KELUARGA
Orang Tua : Abdurrahman Shihab dan Asma Aburisyi
Istri : Ashraf Shahab
Anak : Muhammad Rizvi Shihab
Samira Shihab
S. Samy Shihab
PENDIDIKAN
Pondok Pesantren Darul Nashihin, Lawang, Malang Jawa Timur (1956)
Strata 1 Akidah Filsafat di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir (1968)
Doktorat Universitas Ain Syam, Mesir (1990)
Universitas Temple, Amerika Serikat (1995)
KARIER
Presiden Direktur Glass Priangan Factory, Cianjur (1975-1979)
Presiden Direktur Alfa Contracting Company, Jeddah (1979-1982)
Presiden Direktur PT. Prima Advera, Jakarta (1982-1986)
Pendiri Yayasan Darul Qur'an, Jakarta (1982)
Komisaris Eagle Tripelti, Jakarta (1986-1990)
University of Aweroes, Jakarta, Penceramah (1985 -1988)
Komisaris PT Dhafco Manunggal Sejati, Jakarta (1986)
Temple University Department of Religion, USA, assistant Professor (1993 -1995)
Philadelphia College of Textile & Science (spiritual Development Program), USA – Penceramah (1994 -1995)
Harford Seminary, Harford, Connecticut, USA, Professor (1996)
Harvard University - Divinity School, USA, Professor (1998)
Anggota DPR RI (1999)
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (1999 – 2000)
Dosen Pasca Sarjana Universitas Indonesia (2002)
Dosen Universitas Islam Kadiri, Kediri, Jawa Timur (2002)
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) (2002 – 2005)
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (2004 – 2005)
Utusan Khusus Presiden untuk Negara-negara Timur Tengah (2005 – 2011)