Kecintaannya kepada Indonesia, pria keturunan Tionghoa ini membuktikannya dengan menjadi sosok yang lengkap. Seniman, budayawan, hingga pengusaha melekat pada diri Jaya Suprana ini.
Pria kelahiran Denpasar, Bali, 27 Januari 1949 ini diadopsi oleh pasangan Lambang Suprana dan Lily Suprana. Meski berdarah Tionghoa, namun ia dibesarkan di keluarga Jawa. Ia tinggal di Semarang, Jawa Tengah. Memasuki usia remaja, Jaya Suprana hijrah ke Jerman untuk mengenyam pendidikan menengah dan perguruan tinggi dengan fokus studi musik.
Setelah lulus, ia pun berkesperimen menciptakan karya musiknya sendiri lewat keahliannya sebagai pianis dan komposer. Dunia seni ini mengantarkan Jaya Suprana terjun ke dunia entertainment. Ia pun dibuatkan sebuah program televisi sebagai presenter acara talkshow Jaya Suprana Show.
Selain berkarya di dunia seni dan hiburan, pria lulusan Folkwanghochschule Essen, Jerman ini pun ikut mengelola PT Jamu Jago sebagai Direktur Marketing. Jaya Suprana merupakan generasi ketiga penerus perusahaan yang dicetuskan tahun 1918 oleh TK Suprana tersebut.
Tak lama setelah itu, pria yang memiliki nama lain Phoa Kok Tjiang ini pun dipercaya untuk memimpin perusahaan pengolah jamu tradisional tertua di Indonesia itu.
Kesibukannya dalam dunia bisnis, tak melupakan Jaya Suprana peduli akan perkembangan dan prestasi Indonesia. Pada 27 Januari 1990, Jaya Suprana mendirikan Museum Rekor Indonesia, yang sekarang dikenal dengan nama Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) di Semarang. Ia berharap dengan MURI anak bangsa mau menghargai hasil karya dalam negeri sendiri.
Berbagai rekor superlatif yang berhasil dicetak bangsa Indonesia telah dimuat dalam buku Rekor MURI yang disunting oleh Aylawati Sarwono selaku Direktur Museum Rekor Indonesa.
Tak cukup di sana, Pada tahun 2009, Jaya Suprana bersama Aylawati Sarwono mendirikan sekolah seni Jaya Suprana School of Performing Arts di Mall of Indonesia, Jakarta Utara.
Sebagai guru di sekolah seninya, Jaya Suprana yang terkenal humoris dan supel akan bermetamorfosis menjadi sosok guru yang galak. Ia mendidik murid-muridnya dengan penuh disiplin dan tantangan.
Di sisi lain, meski non-muslim, Jaya Suprana sangat concern akan keberagaman budaya dan agama di Indonesia. Ia aktif sebagai tokoh lintas agama yang sangat toleran dan peduli akan agama lainnya. Berkat karyanya, ia pun menjadi sosok yang lengkap sebagai pengusaha, komponis, pianis, penulis, pembicara, presenter, kartunis, kelirumolog, dan humorolog. (*)
KELUARGA
Orangtua : Lambang Suprana - Lily Suprana
Istri : Julia Suprana
PENDIDIKAN
Musikhochschule Muenster, Jerman
Folkwanghochschule Essen, Jerman
KARIER
Pianis
Komposer
Penulis
Kartunis
Presenter
Direktur Marketing PT Jamu Jago
Presiden Direktur PT Jamu Jago
CEO dan Penggagas Museum Rekor Indonesia (MURI) (1990-Sekarang)
Pendiri Jaya Suprana School of Performing Arts (2009)
PENGHARGAAN
Freundeskreis des Konservatoriums Muenster, Jerman
Budaya Bhakti Upapradana, bidang Kebudayaan
Duta Kemanusiaan Palang Merah Indonesia, bidang Kemanusiaan:(1991-1992)
Komputer, Best in Personal Computing Award dari Apple Macintosh Inc. (1995)
Tokoh Humor Nasional pilihan pembaca majalah Humor (1996)
Lingkungan hidup: Sahwali Award (1997)
The Best Executive Award (1998)
Trade Leader's Club, Madrid
Institut pour Selection de la Qualite, Belgia