Pria kelahiran Tasikmalaya ini memecahkan rekor Rektor Universitas Indonesia. Selain rektor termuda, guru besar Departemen Sosiologi FISIP UI ini juga mendobrak tradisi yang selalu dipilih dari ilmu eksak.
Masa kecil Gumilar Rusliwa Somantri dihabiskan di kota kelahirannya. Dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menangah Atas, ia selesaikan di Tasikmalaya, Jawa Barat. Lulus SMA, tahun 1982, Gumilar hijrah ke Jakarta untuk meneruskan studinya di Jurusan Sosiologi, Universitas Indonesia.
Ketekunan Gumilar dalam belajar tak sia-sia. Pada tahun 1989, pria kelahiran 11 Maret 1963 ini berhasil memperoleh gelar sarjana. Semangat belajarnya terus menggelora. Ia pun meneruskannya studinya hingga ke luar negeri. Gumilar akhirnya menggondol gelar doktor dari Fakultas Sosiologi, Universitaet Bielefeld, Jerman, pada usia 32 tahun.
Setelah bergelar doktor,ia meneruskan kembali aktivitasnya mengajar di Universitas Indonesia. Gumilar memiliki keahlian dalam riset-riset perkotaan dan urbanisasi, globalisasi, masalah kemiskinan hingga kajian masyarakat post-kolonial (sociology beyond society).
Selain memiliki reputasi intelektual, ia juga memiliki kemampuan manajerial yang baik. Pada tahun 1997, Gumilar dipercaya sebaga Wakil Direktur Pusat Studi Jepang UI. Kariernya terus beranjut. Keilmuannya dalam bidang Sosiologi Perkotaan mengantarkan dirinya menjadi Dekan FISIP Universitas Indonesia pada usia 39 tahun.
Namanya memang belum banyak dikenal masyarakat kala itu. Ia lebih banyak menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai peneliti dan juga dosen UI. Seiring perjalanan waktu, nama dan karier Gumilar mulai dikenal banyak orang. Sebagai seorang peneliti yang berdedikasi, Gumilar melahirkan beberapa karya tulisan salah satunya Migration Within Cities (Jakarta, FE-UI Press, 2007).
Manajerial yang bagus dalam mengelola FISIP UI, pada 2007, ia dicalonkan sebagai Rektor UI bersaing dengan 6 calon lainnya. Terpilihnya Gumilar Rusliwa Somantri sebagai rektor memecahkan rekor tersendiri. Saat itu, ia menjadi rektor UI termuda dengan usia 44 tahun sekaligus memutus tradisi rektor UI selalu dari Ilmu eksak.
Pada tahun 2011, Gumilar sempat menuai kontroversi karena memberikan gelar Doktor Honoris Causa kepada Raja Arab bin Abdul-Aziz Al Saud. Hal tersebut menimbulkan pro dan kontra di dalam tubuh Universitas Indonesia. Gumilar pada tahun ini pun mengakhiri tugasnya sebagai Rektor UI sebelum waktunya karena perseteruannya dengan Majelis Wali Amanat (MWA) UI.
Selang dua tahun tak menjabat lagi, terjadi kehebohan di UI karena ada dugaan korupsi pengadaan dan instalasi IT Perpustakaan UI. Sebagai mantan rektor UI, Gumilar ikut terseret dan harus memenuhi panggilan pemeriksaan KPK sebagai saksi untuk tersangka mantan wakil rektor Tafsir Nurchamid.
Akhir tahun 2014 setelah melalui persidangan demi persidangan, nama Gumilar pun lolos dari kasus dugaan korupsi pengadaan dan instalasi IT Perpustakaan UI tersebut. Padahal Tafsir Nurchamid yang kala itu sudah berstatus terdakwa sempat memberikan Apple iMac dan iPad kepada Gumilar meski sudah dikembalikan sebelum proses penyidikan.
PENDIDIKAN
SMA, Tasikmalaya, Jawa Barat, (1982)
Jurusan Sosiologi, FISIP UI (1989)
Doktor, Fakultas Sosiologi, Universitaet Bielefeld, Jerman (1995)
KARIER
Wakil Direktur Pusat Studi Jepang UI (1997-2003)
Sekretaris Majelis Wali Amanat (2001-2002)
Dekan FISIP Universitas Indonesia (2002-2007)
Rektor Universitas Indonesia (2007-2011)
KARYA TULIS
“A Study of Socioeconomic and Cultural Changes among Rice Farmers in Indonesia”, dalam Hidetoshi Kato, Seven Farmers in Asia, Comparative Rural Sociology (2000)
“Looking at the Gigantic Kampung: Urban Hierarchy and General Trends of Intra-City Migration in Jakarta” (2000)
“Building Community in Jakarta”, dalam Naoki Yoshihara dan Raphaela Dwianto (eds), Structures and Changes of Grassroots in Japan and Indonesia (2002)
“Towards Democracy Beyond Societies: A Study of Internet Practices in Indonesian Politics”, dalam Indrajit Banerjee (ed), Rhetoric and Reality: The Internet Challenge for Democracy in Asia (2003)
“Patterns of Intra-City Migration in Tokyo’s and Jakarta’s Suburban Areas”, dalam Hiroyoshi Kano Growing Metropolitan Suburbia: A Comparative Sociological Study on Tokyo and Jakarta (2004)
“Urban Expansion and Sub-urbanization in the Capital Cities: A Comparative Study on Tokyo and Jakarta”, dalam Hiroyoshi Kano Growing Metropolitan Suburbia: A Comparative Sociological Study on Tokyo and Jakarta (2004)
Buku Ilmu Sosial di Persimpangan Jalan (Jakarta: FISIP-UI Press, 2006)
Migration Within Cities (Jakarta, FE-UI Press, 2007)