Penunjukan putra asal Padang Arcandra Tahar di kabinet Joko Widodo sempat bikin gaduh negeri ini. Namanya muncul sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggantikan Sudirman Said. Namun, 20 hari masa kerjanya, Arcandra diberhentikan presiden karena terbukti sebagai warga Amerika Serikat (AS).
Pemberhentiannya sebagai menteri tak membuat Arcandra berkecil hati. Ia justru yakin bahwa dirinya orang Indonesia meski memiliki pasport AS. Bersamaan dengan itu, berdasarkan proses hukum, pemerintah memutuskan bahwa Arcandra berstatus warga negara Indonesia. Tepat dua bulan meninggalkan jabatan menteri, ia dipanggil kembali masuk kabinet, tapi sebagai wakil menteri mendampingi Iganasius Jonan sebagai menterinya.
"Ini adalah keputusan terbaik yang diambil oleh Bapak Presiden dan saya siap untuk mengabdi di manapun dan kapanpun," kata Arcandra usai dilantik di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/10/2016).
Tampaknya pemerintah sudah ngebet dengan kemampuan Arcandra di bidang energi. Ia ahlinya. Arcandra telah malang melintang bekerja di berbagai perusahaan migas di Negeri Paman Sam. Arcandra Tahar menjadi ahli dalam kilang lepas pantai atau sering disebut offshore. Dia telah memiliki pengalaman lebih dari 14 tahun di bidang hidrodinamika dan offshore.
Arcandra Tahar lahir di Padang, 10 Oktober 1970 dari pasangan Taharuddin dan Zuraida. ini dikenal sebagai sosok yang sederhana. Masa-masa remaja ia habiskan di Jalan Hamka, Parupuk Tabing, Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat.
Soal pendidikan, Anak ketujuh dari delapan bersaudara ini, terbilang memiliki pendidikan yang lengkap. Ia bersekolah di SD Angkasa Pura. Lalu, menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMP Tabing yang kini dikenal sebagai SMP Negeri 13 Padang tahun 1986 dan lanjut ke SMA Negeri 2 Padang. Selanjutnya, Pria yang akrab disapa “Bang Ican” ini pun hijrah ke tanah Jawa untuk melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), Jurusan Teknik Mesin dan lulus pada tahun 1994.
Setelah lulus kuliah, Arcandra Tahar sempat bekerja di Andersen Consulting yang merupakan salah satu perusahaan konsultan finance di Jakarta. Pada tahun 1996, dia meraih beasiswa kuliah di Texas A&M University of America dari PT Timah dengan jurusan Ocean Engineering.
Setelah mendapat gelar Master, Arcandra ingin kembali ke tanah air. Namun, keadaan PT. Timah yang memberikannya beasiswa sedang kesulitan. Maka dari itu, Arcandra tetap bertahan di Amerika dengan melanjutkan studi S3 di Universitas yang sama sambil bekerja.
Arcandra Tahar dikenal cerdas. Ia memiliki kurang lebih 6 hak paten. Salah satunya, teknologi floating platform di Amerika. Meski demikian, hal tersebut tidak membuatnya congkak. Ia tetap rendah diri dan tidak pernah meremehkan orang lain.
Setelah malang melintang bekerja di berbagai perusahaan migas di Negeri Paman Sam, Arcandra Tahar menjadi ahli dalam kilang lepas pantai atau sering disebut offshore. Dia telah memiliki pengalaman lebih dari 14 tahun di bidang hidrodinamika dan offshore
Dia juga pernah bekerja sebagai Asisten Peneliti Offshore Technology Research Center (1997-2001), Technical Advisor Noble Denton (2000), Peneliti Technip Offshore (2001-2006), Terakhir, ia sukses menjabat sebagai Presiden Petroneering di Houston (2013-2016). Petroneering yaitu sebuah perusahaan yang fokus dalam bidang pengembangan teknologi, rekayasa, dan desain pengembangan rancang bangun eksplorasi migas lepas pantai.
Selain itu, ayah dari dua anak ini juga telah bekerja dengan penemu dari pengeboran dan produksi sistem mengambang dan compliant, Spar, TLP, Compliant Tower, Apung Menara dan Multi Colum Floater selama 13 tahun terakhir.
Meski Arcandra Tahar lebih banyak tinggal di Amerika, hampir 20 tahun lamanya, namun ia juga pernah ke Indonesia menjadi salah satu pembicara dalam acara Pertamina EP dalam rangka untuk memaksimalkan lapangan offshore L-Parigi pada tahun 2014 silam. Arcandra jugalah yang menjadi sosok di balik keberhasilan Presiden Joko Widodo dalam negosiasi untuk menarik kembali Blok Masela kembali ke tangan Indonesia, dengan memutuskan eksplorasi harus onshore bukan offshore.
Dalam laman situs web ESDM, perombakan (reshuffle) Kabinet Jilid II pada tanggal 27 Juli 2016 lalu, Presiden Joko Widodo memberikan kepercayaannya kepada Arcandra Tahar untuk menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggantikan Sudirman Said. Ia masuk ke dalam kabinet kerja melalui jalur profesional, bukan partai.
Memasuki dua minggu hari kerjanya, isu status kewarganegaraan Arcandra Tahar muncul di media sosial. Ia diduga telah menjadi warga Amerika Serikat (AS) karena telah memiliki paspor AS selain paspor Indonesia. Tepat pada hari kerjanya ke 20 hari, bertepatan 15 Agustus 2016, Presiden Joko Widodo memanggil dan memberhentikannya dari jabatan menteri ESDM karena sudah menjadi warga Amerika.
KELUARGA
Orang Tua : Taharuddin dan Zuraida
PENDIDIKAN
SD Angkasa Pura (1983)
SMP Negeri 13 Padang (1983-1986)
SMA Negeri 2 Padang (1986-1989)
ITB Teknik Mesin (1989-1994)
Texas A&M University Ocean Engineering (1996-1998)
Texas A&M Univeristy Ocean Engineering (Doctor of Philosophy) (1998-2001)
KARIER
Asisten Peneliti Offshore Technology Research Center (1997-2001)
Technical Advisor Noble Denton (2000)
Peneliti Technip Offshore (2001-2006)
Hydronynamics Lead FloaTec LLC (2006-2007)
Principal dan Presiden Asia Pasific AGR Deepwater Development System (2007-2009)
Principal Horton Wison Deepwater (2009-2013)
Presiden Petroneering, Houston (2013-2016)
Wakil Menteri ESDM Indonesia (14 Oktober 2016)