Tak puas dengan perusahan pemerintah, ia mendirikan perusahaan sendiri. Andi Amran Sulaiman berjuang keras dan berkeliling mengenalkan hasil temuannya terkait pertanian. Beragam solusi ia ciptakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Salah satunya pencegahan dari serangan hama tikus.
Satu karya berhasil, ia ciptakan inovasi lainnya. Ia pun menjadi pengusaha terkenal di Sulawesi Selatan. Setelah malang melintang selama 15 tahun di dunia usaha, ia terjun ke dunia politik. Ia menjadi relawan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla saat Pilpres 2014. Pilihannya tak salah. Pasangan ini menang.
Ia pun diangkat menjadi Menteri Pertanian. Ia mewakili menteri dari profesional dan daerah Timur. Andi Amran lahir di Bone, Sulawesi Selatan, 27 April 1968. Ia menikah dengan Martati, dan dikaruniai empat orang anak. Mereka adalah Andi Amar Ma’ruf, Andi Athira, Andi Muh. Anugrah, Andi Humairah.
Masa kecilnya dihabiskan di Kabupaten Bone. Sekitar 500 km jarak tempuh Bone ke Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Dari SMA, ia melanjutkan kuliah ke Makassar di kampus Universitas Hasanuddin dan mengambil Fakultas Pertanian. Pada usia 25 tahun dia menggondol gelar insinyur pertanian.
Setelah lulus, Amran sempat masuk perusahaan pelat merah, PTPN XIV, 1997. Dia pernah menjabat kepala Bagian Logistik di PTPN. Dia mengundurkan diri karena banyak terjadi penyimpangan di perusahaan pemerintah tersebut.
Keluar dari sana tak membuat dirinya kecil hati. Amran membuat beragam karya inovasi dalam hubungannya dengan pertanian sesuai dengan bidang kuliahnya. Ia memulai dari cara menanggulanngi hama tikus, membuat pestisida, dan menanggulangi hama-hama lainnya.
Dia keliling uji coba, presentasi, dan patenkan hasil karyanya. Dia termasuk orang penemu sekaligus penerima Hak Paten Alat Empos Tikus “Alpostran”. Sejak itu dia terus mengembangkan usaha dan melebarkan bidang bisnisnya; produsen pestisida, perkebunan kelapa sawit, gula, tambang nikel, tambang emas, dan SPBU. Semua usahanya dibawah bendera Tiran Group.
Di tengah kesibukannya mengurus bisnisnya, Amran tidak melupakan akan pentingnya pendidikan. Dia mengejar pendidikan ke jenjang S2 dan S3 di kampus almamaternya. Semua diraih dengan predikat sangat memuaskan dan dia dikenal seseorang yang cerdas, inovatif, dan problem solver.
Setelah 15 tahun berkecimpug dunia usaha, dia mencoba aktif untuk menjadi relawan Jokowi-JK pada Pilpres 2014. Dia menjadi koordinator relawan Sahabat Rakyat Kawasan Timur Indonesia (KTI). Jokowi menang dan miminta Amran menjadi menteri pertanian.