Memulai bisnis dari meneruskan kios ayahnya, Djoko Susanto alias Kwok Kwie Fo mengembangkannya dengan konsep minimarket. Bersama Putera Sampoerna ia berhasil mendirikan Alfamart.
Siapa pun pasti sudah familiar mendengar nama Alfamart. Minimarket ini telah tersebar di berbagai wilayah Indonesia khususnya Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi. Tercatat lebih dari 10.300 toko dan 31 gudang telah beroperasi. Tentu saja, di balik kemajuan Alfamart, ada nahkoda hebat yang telah bersusah payah membangun bisnis ini dari nol, ia adalah Djoko Susanto.
Pria kelahiran 1950 dengan nama lahir Kwok Kwie Fo ini telah memulai bisnis sejak usianya masih 17 tahun. Ia tidak melanjutkan sekolah dan mulai mengurusi kios orang tuanya di Pasar Arjuna, Jakarta. Kios yang bernama Sumber Bahagia itu menjual berbagai bahan makanan.
Hingga beberapa waktu kemudian, Djoko berpikir untuk menjajakan rokok di kiosnya dan mendapat respon positif. Para pengecer, pengusaha grosir, dan perokok menjadi pelanggan tetapnya.
Keberhasilan Djoko merangkul banyak pelanggan menarik perhatian Putera Sampoerna yang memiliki perusahaan tembakau dan cengkeh terbesar di tanah air kala itu. Mereka bertemu tahun 1980 dan 5 tahun kemudian mereka pun sepakat untuk bekerja sama. Mereka membangun 15 kios rokok di beberapa titik di Jakarta.
Pada 27 Agustus 1989, beridirilah Alfa Toko Gudang Rabat yang didirikan oleh Djoko Susanto dan Putera Sampoerna. Lalu, pada tahun 1994 berdirilah Alfa Minimart yang selanjutnya dikenal dengan Alfamart.
Djoko memilih memakai nama Alfa Karena dinilai netral. Ia juga pernah berkata, penamaan Sampoerna Mart kurang menjual, tapi nama Alfa, sebuah merk yang lebih dikenal dan teruji.
Kerja sama Djoko Susanto dan Putera Sampoerna berakhir pada tahun 2005 ketika Sampoerna menjual bisnis tembakau berserta anak perusahaannya (termasuk 70% saham Sampoerna yang ada di Alfamart) kepada Philip Moris International.
Philip yang tidak tertarik dengan bisnis retail pun menjual saham tersebut ke Djoko dan Northstar. Pada tahun 2010, Djoko membeli Northstar sehingga ia memiliki 65% saham perusahaan.
Di tahun 2007, Djoko juga mendirikan Alfamidi dan sukses bersama Alfamart. Namun, tak semua bisnisnya mulus. Alfa Supermarket terpaksa dijual ke Carrefour Karena omzetnya kurang memuaskan. Selanjutnya, Ia pun fokus dengan bisnis retail-nya.
Saham tersebut diperdagangkan sehingga dalam kurun waktu setahun Djoko berhasil meraup keuntungan 2 kali lipat. Hal inilah yang membuat Djoko masuk ke dalam jajaran 50 orang terkaya versi majalah Forbes. Pada tahun 2015, anak keenam dari sepuluh bersaudara ini menduduki peringkat 22. Sedangkan di tahun 2016, Ia memperoleh peringkat ke 14.
KARIER
Mengurus Kios Sumber Bahagia (1967)
Pendiri dan Penasehat Yayasan Pendidikan Bunda Mulia (1986)
Pendiri Alfa Toko Gudang Rabat (1989)
Pendiri Alfamart (1994)
Pendiri Alfamidi (2007)