Heni Sri Sundani

Ciamis, 2 Mei 19873
s/d
Sekarang

Perempuan asal Ciamis ini rela menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) untuk mengejar mimpi besarnya. Ia ingin menjadi seorang sarjana, tak cukup di sana mimpinya, ia pun kembali ke Indonesia menjadi guru di kampung. Kini Heni Sri Sundani dikenal sebagai Penggagas Gerakan Anak Petani Cerdas.

Mengajar anak-anak petani merupakan bagian dari keseharian Heni. Aktivis kelahiran 2 Mei 1987 ini sudah menjadi guru bagi anak-anak kurang mampu sejak 2011 lalu. Usai menyelesaikan kuliahnya di St.Mary’s University, Hong Kong, Heni memilih pulang ke kampung halamannya di Ciamis, Jawa Barat. 

Aktivitas itu ia lanjutkan saat pindah ke Bogor  pada 2012. Di Kota Hujan ini ia sempat mengajar di sekolah swasta elite dengan gaji selangit. Namun, ia meninggalkan sekolah mewah itu dan memilih mengajar anak-anak petani. “Karena yang saya ajari, anak-anaknya sangat menghargai ilmu. Sangat menghargai guru. Mereka sangat ingin sekolah,” ujarnya kepada VIVA.co.di, Rabu, 12 Oktober 2016.

Bukan sekadar itu, ia memilih keluar. Heni merasakan pengalaman hidup pahitnya dalam menempuh pendidikan. Anak-anak kampung lebih membutuhkan pendidikan. Ia tak ingin nasib buruknya menimpa anak-anak lain. Heni mengaku berasal dari keluarga tak mampu. Sejak kecil ia hanya diasuh oleh neneknya karena orangtuanya bercerai dan ibunya bekerja di luar kota. Tiap hari dia harus berjalan selama satu jam untuk bisa ke sekolah dengan berjalan kaki.

Setelah tamat SD dengan nilai Ujian Nasional tertinggi di sekolahnya. Heni memutuskan melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Ia memilih melanjutkan sekolah ke SMP. Pilihan yang tidak biasa bagi anak miskin di kampungnya saat itu.

Tak hanya itu, Keputusannya ingin sekolah lagi juga dicibir banyak tetangganya. Mereka mengatakan jika ia pasti tak akan bisa menyelesaikan sekolahnya. Apalagi, saat itu ibunya tak lagi bekerja sebagai buruh pabrik karena neneknya sudah mulai sakit-sakitan.Tapi Heni tetap optimistis.

Berbekal uang pesangon ibunya, Heni mendaftar ke SMP yang berada di kecamatan di tempat ia tinggal. Sekolah yang jaraknya dua kali lipat lebih jauh dibandingkan SD di desa. Namun, tekad Heni sudah bulat. Dia harus menempuh perjalanan selama dua jam berjalan kaki saat berangkat sekolah dan dua jam saat pulang.

Lulus SMP, Heni memutuskan melanjutkan sekolah di SMK. Agar bisa sekolah, dia bekerja serabutan mulai dari jadi ART, jualan jilbab hingga menawarkan jasa mengetik kepada teman-temannya. Akhirnya Heni bisa menyelesaikan sekolahnya di SMK.

Lagi-lagi, setelah lulus SMK, ia tetap punya tekad kuat ingin meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Ia ingin menjadi sarjana untuk bisa menjadi guru. Bingung dengan biaya kuliah, ia punya pilihan mengejutkan. Heni memutuskan menjadi TKW.

Namun, rencana itu ditentang ibu dan neneknya. Setelah melalui proses yang sangat panjang, dari mulai merayu nenek dan ibunya hingga proses belajar di Balai Latihan Kerja selama hampir 4 bulan, Heni berhasil terbang ke Hong Kong sebagai baby sitter.

Bekerja di Hongkong, Heni betul-betul menggunakan kesempatan itu untuk belajar selain menjadi baby sitter. Setiap bulan Heni selalu mengalokasikan gajiku untuk membeli buku-buku. Sehingga selama 6 tahun di Hong Kong, ia memiliki lebih dari 3000 buku. Ia kemudian daftar kuliah di kampus Saint Mary’s University. Jika sebelumnya ia mengambil kuliah Diploma-3 IT, kali ini ia memutuskan untuk kuliah di jurusan Bisnis.

Setelah cita-citanya tercapai menjadi sarjana, ia kembali ke Indonesia  memenuhi permintaan neneknya dan tentunya juga panggilan jiwa Heni. Ia pun menjadi guru bagi anak-anak kampung.  Saat ini ada sekitar 1500 anak petani dari berbagai kampung belajar di tempatnya.

Lagi-lagi, Heni tidak berhenti di bidang pendidikan anak-anak semata. Tapi membantu keluarga petani dan masyarakat sekitar dengan membuat sebuah komunitas yang diberi nama AgroEdu Jampang. Komunitas ini bisa menjadi wadah bagi para petani dan keluarganya untuk sama-sama mendapatkan edukasi, pelatihan kemandirian, akses kepada layanan kesehatan dan sosial agar bisa hidup lebih baik.(*)

KELUARGA
Suami            : Adita Ginantika

PENDIDIKAN
SD Lulus
SMP,Lulus
SMK Lulus
Entrepreneurial Management di Saint Mary’s University Hong Kong (2009)
Magister Management di Bumiputera School of Business (2016)

KARIER
TKW Hong Kong (2005-2011)
Pendiri Komunitas Gerakan Anak Petani Cerdas
Pendiri AgroEdu Komunitas Jampang



Berita Terkait

Farida Nurhan, Mantan TKW Jadi Youtuber Sukses Hingga Bangun Istana

Gosip

22 Januari 2022

Sosok Risma, TKW Tidak Lulus SD Sukses Jadi Miliarder

Bisnis

6 Januari 2022

5 Fakta TKW Jadi Tiktokers dan Sukses Raup Jutaan Rupiah di Arab Saudi

Inspirasi & Unik

22 Desember 2021

Kisah Farida Nurhan, Mantan TKW Sukses Jadi Pengusaha dan Food Vlogger

Gosip

2 April 2021

Memilih untuk Mengabdi

Sorot

28 Oktober 2016
Share :