Produser Ungkap Alasan Daenerys Pilih Jadi The Mad Queen

Daenerys Targaryen (Emilia Clarke) dalam Game of Thrones Season 8.
Sumber :
  • HBO

VIVA – Game of Thrones (GoT) Season 8 Episode 5 berjudul The Bells memiliki banyak kejutan untuk para penggemar. Salah satunya adalah momen kontroversial di mana Daenerys Targaryen (Emilia Clarke) memilih untuk menjadi The Mad Queen dan membakar King's Landing beserta rakyatnya.

Dalam episode yang tayang Senin kemarin, 13 Mei 2019, diceritakan bahwa Tyrion Lannister (Peter Dinklage) berhasil membuat Daenerys setuju untuk menunggu Cersei Lannister (Lena Headey) menyerah sebelum mengambil keputusan besar membakar habis ibu kota Westeros itu.

Tyrion mengatakan, untuk menghindari tewasnya orang-orang tak bersalah, Daenerys dan pasukannya harus menunggu bunyi lonceng yang menandakan Cersei dan orang-orang di King's Landing menyerah, sebelum menyerang kota dan mengambil alih The Red Keep.

Ketika lonceng berbunyi, Daenerys harus menghentikan serangan karena itu artinya Cersei telah menyerah.

Semua berjalan sesuai rencana dan lonceng tersebut pun berbunyi. Namun, nyatanya Daenerys tidak menghentikan serangan. Ia justru membakar seluruh kota beserta The Red Keep dengan api naganya, Drogon dan membunuh ribuan orang tak bersalah.

Di momen tersebut, sangat terlihat bahwa Daenerys telah menjadi The Mad Queen, gelar yang diberikan pada banyak keturunan Targaryen, salah satunya adalah ayah Daenerys, Aerys II Targaryen.

Menurut salah satu produser dan penulis naskah GoT, David Benioff, Daenerys berangkat ke medan perang merasa sangat sendirian. Bahkan, Jon Snow (Kit Harington), orang yang seharusnya paling mencintainya tak mau menunjukkan rasa peduli. Demikian dilansir dari Polygon, Selasa, 14 Mei 2019.

Merasa ditolak, Mother of Dragons itu pun mengatakan pada Jon; satu-satunya yang ia miliki untuk menguasai Westeros adalah rasa takut yang bisa ia ciptakan dalam diri rakyatnya.

"Sejauh pemikirannya, di titik ini, Jon telah mengkhianatinya dengan memberi tahu orang mengenai identitas dirinya sebenarnya," ucap Benioff.

Meski begitu, produser D.B. Weiss mengatakan bahwa Daenerys tidak pergi ke medan perang dengan tujuan menghancurkan seluruh kota.

"Namun, dia melihat The Red Keep, yang mana merupakan rumah yang dibangun keluarganya ketika mereka pertama kali datang ke negara ini 300 tahun lalu," ujar Weiss.

"Momen di mana Daenerys melihat itu, simbol dari semua yang telah dirampas darinya, membuatnya memilih untuk menjadikan ini sebuah pembalasan dendam pribadi," katanya menambahkan.

Meski banyak penggemar yang protes dan mengkritik keras keputusan Benioff dan Weiss mengubah karakter Daenerys yang baik hati dan penuh pengampunan menjadi The Mad Queen, namun kedua produser itu tetap bertahan pada pilihan mereka. Dan mereka punya alasan lain.

Menurut mereka, Daenerys selalu memiliki sisi gelap dan mengerikan seperti sang ayah. Sisi tersebut sudah diperlihatkan beberapa kali di musim-musim GoT sebelumnya. Salah satunya reaksi Daenerys saat ia melihat kakaknya, Viserys tewas di tangan suaminya, Khal Drogo.

"Anda sesuatu yang mengerikan tentang cara Dany (Daenerys) merespons kematian musuh-musuhnya," ucap Weiss.

Namun, produser tidak menampik bahwa perubahan Daenerys menjadi The Mad Queen juga dipicu oleh serangkaian peristiwa yang ia alami sebelumnya, seperti Missandei (Nathalie Emmanuel) yang dibunuh oleh Cersei dan Jon memberi tahu kebenaran tentang identitasnya.

Jika itu semua tidak terjadi, sangat mungkin Daenerys akan memenangkan perang di King's Landing dengan cara yang berbeda. Sayangnya, rasa kehilangan yang dirasakan Daenerys mengambil alih seluruh akal sehatnya, meski saat itu ia telah memenangkan perang. (ase)