Profil Noe Letto, Putuskan Pindah Agama Usai Bertanya Soal Setan

Noe Letto
Sumber :
  • Instagram @sinausabrangmdp

VIVA Showbiz – Sabrang Mowo Damar Panuluh Noe Letto sempat menjadi perbincangan hangat publik setelah mengaku pindah agama. Ia mengatakan bila pada awalnya ia adalah seorang atheis karena tidak bisa menemukan ajaran agama yang baik. Atheis adalah sebutan untuk orang-orang yang tidak meyakini keberadaan Tuhan dan meyakini bahwa Tuhan itu tidak ada. 

Tidak disangka, setelah menjadi seorang atheis, Noe Letto menemukan satu titik terang dalam hidupnya. Bukan lewat orang lain, melainkan dalam masa sulitnya ketika menjadi seorang gelandangan di Kanada. Ketika itu, ia tidak mempunyai uang yang cukup sampai tinggal di Masjid. Lalu, dia masuk Islam setelah bertanya soal setan  kepada seorang Syekh di masjid itu.

"Seandainya setan berkembang biaknya membelah diri gimana? Jadi makhluk yang baru pun melakukan dosa seperti makhluk sebelumnya. Wah ketampar saya disitu, berati kemampuan saya memahami agama bukan dari limitasi agama. Tetapi limitasi pemahaman dan data yang saya miliki," ucap Noe Letto dikutip dari IntipSeleb. 

Lantas, seperti apa profil Noe Letto, simak ulasan selengkapnya berikut ini. 

Profil Noe Letto

Musisi Sabrang Mowo Damar Panuluh atau Noe Letto

Photo :
  • VIVA.co.id/ Catur Edi (Yogyakarta)

Noe Letto lahir dengan nama asli Sabrang Mowo Damar Panuluh di Yogyakarta pada 19 Juni 1979. Semasa kecil, dia harus merantau ke Lampung karena perceraian kedua orang tuanya hingga akhirnya kembali ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 7 Yogyakarta. Setelah itu, Noe melanjutkan pendidikan di University of Alberta, Kanada. 

Dari universitas tersebut, ia mendapatkan dua gelar sekaligus yaitu sarjana matematika dan fisika. Baru setelah lulus kuliah, Noe pulang ke Yogyakarta dan merintis kariernya di dunia musik. Ia ternyata tidak hanya bermain musik, tapi juga mengikuti jejak dakwah sang ayah, Emha Ainun Najib di Rumah Maiyah, Yogyakarta. 

Musik dalam Kehidupan Noe Letto

Noe Letto

Photo :
  • IG @letto.official

Noe Letto tak pernah membayangkan bahwa bermain musik akan menjadi salah satu jalan hidupnya. Musik pertamanya yang menggetarkan kalbu adalah saat pamannya menghadiahi kaset yang berisi lagu-lagu Queen. Sejak saat itu, ia memiliki cita-cita untuk menciptakan musik yang bisa menggetarkan hati orang lain. 

Setelah kembali dari Kanada, Noe Letto sering bermain musik di Studio Kiai Kanjeng, grup musik pimpinan Novi Budianto yang merupakan sahabat dekat Cak Nun. Dari sana, dia belajar teknik membuat musik, seperti mixing, mastering, sampai memproduksi dan menulis lagu. Ia kemudian banyak menulis lirik lagu yang tertuang dalam album Letto, Truth, Cri, and Lie. 

Di waktu yang sama, ia juga menjalin kembali hubungan persahabatannya semasa SMA dengan Patub, Arian, dan Dhedot. Keempatnya sepakat untuk membuat grup bernama Letto tahun 2004. Dalam sebuah sesi wawancara, para personel mengaku tak mempunyai makna khusus dalam musik mereka. Ia bahkan sempat berujar bahwa melet adalah gaya mereka. 

Al Quran dan Media Sosial

Noe Letto

Photo :
  • Instagram @sinausabrangmdp

Noe mengikuti jejak sang ayah untuk berdakwah di Rumah Maiyah, Yogyakarta. Rumah Maiyah ini mengajarkan konsep-konsep agama yang dapat membuat laku kehidupan menjadi lebih ringan, seperti percaya kepada takdir Allah dan tidak berharap kepada manusia. Bahkan, ia yang menimba ilmu di Kanada pun meyakini bahwa sumber pengetahuan dari Al Quran. 

Hubungan antara Al Quran dan sains ibarat dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Dalam Al Quran ada beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu pengetahuan dan sains. Dalam sebuah kesempatan, Noe memberi nasihat kepada sang wakil presiden menyikapi fenomena di media sosial. Menurut dia, fenomena di media sosial menimbulkan perpecahan yang harus menjadi perhatian lebih.