Synchronize Festival 2019: Bukan Sekadar Festival, Tapi Sebuah Gerakan
- Synchronize Festival
VIVA – Penyelenggaraan Synchronize Festival 2019 sebagai wadah pemersatu bangsa tidak hanya bagi para musisi besar dan legenda. Synchronize Festival 2019 juga diharapkan menjadi etalase pengembangan bagi musisi pendatang baru untuk mempertunjukkan karya terbaiknya. Kurasi dan susunan penampil yang diatur sedemikian rupa nyatanya mampu menyatukan penikmat musik Indonesia.
Gemuruh penonton semakin keras terdengar saat penampilan Sheila On 7 muncul, terlihat dari antusias pengunjung yang memadati Dynamic Stage pada hari terakhir gelaran Synchronize Festival 2019. Penggemar Sheila yang berasal dari banyak daerah ini berhasil terhibur dengan karya-karya yang membangkitkan semangat para penonton.
Tak henti di pengunjung saja, bahkan para pekerja yang bertugas di Synchronize Fest pun tampak bersuka cita menyaksikan penampilan dari band-band yang tampil. Seperti halnya yang tercatut pada halaman Twitter @kolonigigs_ tertangkap video petugas kebersihan Synchronize Fest sedang berjoget dan bernyanyi saat Sheila on 7 di atas panggung, hingga video tersebut menjadi viral di media sosial.
Dilanjutkan dengan penampilan Noah, band dari era 2000-an ini berhasil tampil maksimal di atas panggung. Ditambah lagi dukungan set panggung dan visual yang interaktif. Penampilan pamungkas Noah sekaligus menutup rangkaian kemeriahan di Dynamic Stage di hari ketiga Synchronize Festival.
Tak hanya itu, nuansa kenangan juga dihadirkan dari penampilan berjoget ala Diskopantera. Spinning lagu yang dilakukan dari kombinasi lagu hits 80an, 90an sampai 2000an berhasil menyedot perhatian penonton dan mengajak semua penonton berjingkrak sebagai penutup di area District Stage.
Keseruan tak hanya berasal dari panggung utama. Panggung yang lebih intim, yaitu di Gigs Stage dan XYZ Stage, juga memberikan pengalaman berbeda. Sebut saja Skandal, The Dissland, Begundal Lowokwaru hingga Dieunderdogg - Emo Revival yang sukses membawa spirit pergerakan kancah musik bawah tanah.
Penampilan Berbeza, Grup band yang berkonsep gimik vokalis dengan aksen Bahasa Malaysia mampu memberikan warna yang berbeda dengan karyanya Amy Search, Iklim, hingga Slam. Kesempatan pertama Berbeza ini dimanfaatkan untuk untuk memperkenalkan single terbarunya berjudul KL-Jakarta.
Tidak kalah menarik, grup qasidah asal Semarang yang sudah eksis sejak berdiri pada 1975 Nasida Ria disambut antusias publik dari sore hari di area festival. Irama qasidah yang khas dengan konsep musik modern dibalut organ tunggal, sajian Nasida Ria menambah suasana kemeriahan pada hari terakhir gelaran Synchronize Festival 2019.
Tak ada satupun penampil yang tampak kendur menyajikan penampilan terbaik mereka di Synchronize Fest hingga hampir di keenam panggung Synchronize Fest selalu dipadati penonton yang hadir di Festival. Hal ini berkat antusias yang begitu luar biasa dari para pengunjung yang datang untuk memberikan sorak terbaiknya kepada idolanya di atas panggung.
Penonton Setia Synchronize Semakin Terbentuk
Synchronize Festival, dilihat secara branding, semakin kuat melekat di benak penikmat musik Indonesia. Konsistensi memberikan kesan yang bahagia dan puas setelah menonton Synchronize Festival 2019. Rundown yang diatur dengan sedemikan rupa membuat ciri khas festival ini akan menjadi pengalaman unik bagi pengunjung setia dari tahun ke tahun.
Hal ini juga terlihat dari barisan yang mengular dari para pengunjung yang rela antre sejak sore hingga malam hari untuk memiliki official merchandise Synchronize Festival. Mulai dari topi, t-shirt, lanyard hingga korek api laris terjual habis sejak hari pertama.
Besarnya minat penonton sejak penyelenggaraan yang pertama kali pada tahun 2016 semakin membentuk pasar yang kuat. Hal ini menjadi spirit tersendiri bagi Synchronize Festival untuk terus eksis dan berdampak positif melalui program Green Movement.
“Kami ingin memberikan pengalaman yang maksimal bagi siapapun. Mulai dari penampil, stage dan dukungan tata cahaya atau visual yang atraktif. Hingga pada tahun ini adalah tahun pertama adanya Green Movement di Synchronize Fest. Hal ini bukanlah hal yang mudah untuk diterapkan, namun animo penonton untuk membawa tumbler pribadi disambut positif, dapat dilihat dari barisan penonton yang berbaris rapi di water station. Perlahan namun pasti, movement ini merupakan bentuk tanggung jawab penyelenggara dan juga merupakan tanggung jawab kita bersama yang hadir di Synchronize Fest," tegas David Karto selaku Festival Director Synchronize Festival 2019.
Target pasar yang semakin terbentuk ini juga ditegaskan oleh Hendra Noor Saleh selaku Supervisor Synchronize Festival 2019. "Target market Synchronize Festival sudah semakin terbentuk, sejak tahun pertama. Generasi Y & Z menjadi dominasi penonton, tapi Generasi X (20% dari total pengunjung) juga masih ada yang tidak mau ketinggalan menyaksikan festival musik ini," pungkasnya.
Nampak hingga sampai saat ini gaung dan atmosfir serunya Synchronize Fest masih begitu terasa di jaringan media sosial yang tak henti-henti mengharumkan 3 hari penyelenggaaraan festival. “Terima kasih Synchronize Fest untuk sebuah creative movement yang begitu keren dan berkesan, sukses terus tahun depan datang lagi,” komentar netizen asal Majalengka dengan akun @kreatings di kolom Instagram yang merupakan salah satu dari ribuan komentar di media sosial @SynchronizeFest.
Synchronize Fest bukanlah sekadar festival biasa. Semoga spirit ini dapat terus membara bagi tiap-tiap orang yang telah hadir dan mendukung suksesnya gelaran ini. Sampai jumpa di Synchronize Festival 2020!