Juri X Factor Juga Dipecat Setelah Bully Penampilan Kontestan
- YouTube
VIVA – Video juri dalam audisi kontest dangdut yang mengomentari penampilan salah satu peserta asal Bau bau, Waode Sofia ditahap seleksi awal tengah mendapat sorotan luas. Iis Dahlia sebagai juri mendapat kecaman karena dianggap terlalu berlebihan mengomentari pakaian peserta 16 tahun tersebut.
Kejadian serupa juga pernah terjadi di ajang X Factor New Zealand pada 2015 silam. Pasangan juri Natalia Kills dan Willy Moon dipecat setelah memberikan komentar terlampau pedas terhadap pakaian salah satu kontestannya.
Kejadian ini menimpa Joe Irvine usai membawakan lagu milik Michael Buble ‘Cry Me A River’. Bukan mengomentari teknik bernyanyi, Natalia justru menilai setelan jas yang digunakan Irvine tidak kreatif karena dianggap menduplikasi suaminya, Willy Moon.
“Sebagai seorang artis yang mendewakan kreativitas dan kekayaan intelektual, aku merasa sangat jijik melihat kamu banyak meniru gaya suamiku. Dari Rambut hingga kaki apakah kamu tidak punya harga diri sama sekali?” ujar Natalia Kills di acara yang disiarkan secara langsung tersebut.
Tidak berhenti di situ, WIlly Moon juga menyamakan Irvine dengan karakter psikopat. “Kamu seperti Norman Bates menggunakan pakaian ibunya. Terlihat menakutkan dan aku merasa kamu akan menjait wajah seseorang ke kulitmu lalu membunuh semua penonton,” katanya.
Dilansir dari laman Guardian, Jumat 20 Juli 2018 komentar tersebut langsung mendapat kecaman luas dari masyarakat. Bahkan Ed Sheeran juga sempat memberi dukungan untuk Irvine lewat Twitter.
Akhirnya pihak penyiaran Media Works memutuskan memecat suami istri tersebut. “Semua juri X Factors seharusnya memberikan masukan membangun. Kami tidak akan mentoleransi komentar menjatuhkan seperti itu,” kata Mark Weldon selaku Chief Executive.
Walaupun begitu ada juga pihak yang merasa Natalia Kills dan Willy Moon hanya alat untuk mendongkrak rating program tersebut. “Dari sisi panggung hiburan kita telah kehilangan keindahan dari Natalia Kills dan Willy Moon. Mereka memang aneh dan sulit puas, namun mereka adalah dinamit bagi panggung televisi,” tutur Duncan Greive, editor New Zealand TV.