Jazz Gunung Bromo Tertutup Kabut, Musisi Lenyap Tak Terlihat

Jazz Gunung Bromo
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Tak selamanya, pagelaran musik di alam terbuka berjalan mulus. Jazz Gunung Bromo, misalnya. Kabut pegunungan pernah menyelimuti arena pagelaran tahunan itu sampai panggung hilang dari pandangan penonton. Pernah pula hujan mengguyur. Tetapi, justru karena 'usilan' alami itu pula keasyikan Jazz Gunung membawa kesan mendalam.

Direktur Jazz Gunung Bromo Indonesia, Bagas Adyatmono mengatakan, kendala alam memang jadi pertimbangan pagelaran musik dengan konsep alam terbuka. 

"Cemas kadang ada, tapi begitulah seni pertunjukan terbuka," katanya saat konferensi pers Jazz Gunung 2018 di Rehat Bromo Kecamatan Sakapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada Rabu, 9 Mei 2018. 

Sembilan tahun Jazz Gunung Bromo digelar, ada saja kejadian alamiah menyertai. Suatu waktu, cerita Bagas, sore saat penampilan musisi baru dimulai, tiba-tiba kabut tebal menyelimuti panggung sampai-sampai penonton tak bisa melihat pemain di atas panggung. 

"Saya lupa itu Jazz Gunung ke berapa," ujarnya. 

Pernah pula hujan tiba-tiba mengguyur kala konser musik berlangsung malam hari. Pagelaran terpaksa dihentikan sampai hujan reda. 

"Waktu itu dinginnya minta ampun. Musik dilanjutkan sampai tengah malam. Kadang awan tidak ada sama sekali, sehingga langit cerah dan taburan bintang tampak jelas. Jadi, beda-beda suasana alam setiap tahunnya," tutur Bagas. 

Jazz Bromo kali ini digelar selama tiga hari, yakni pada Jumat sampai Minggu, 27-29 Juli 2018 di Jiwa Jawa Resort. Bagas tidak bisa memprediksi suasana alam maupun cuaca, saat festival musik berlangsung nanti. Hal yang pasti, menurutnya, Gunung Bromo memiliki keunikan alam sendiri. 

"Justru di situ serunya," ujarnya. 

Sejumlah musisi nasional akan dihadirkan pada pagelaran musik tahunan ini. Di antaranya, Barry Likumahuwa, Tohpati Bertiga, dan Andre Hehanusa. Ada juga penampilan Surabaya All Stars: Tribute to Bubi Chen. Tidak hanya Jazz, genre musik lain juga akan dimainkan dalam pagelaran ini, seperti pop, keroncong, reggae, funk, dub, dan lainnya. 

Empat kategori tiket untuk 2.000 penonton disiapkan panitia, yakni VVIP (Rp1.050.000), VIP B (Rp700 ribu), VIP A (Rp600 ribu), dan kelas Festival (Rp450 ribu). Saat ini, 70 persen tiket sudah terjual. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, tiket tak pernah ada sisa. 

"Kadang empat bulan sebelum acara sudah sold out, kadang sold out pada last minute," tandas Bagas.