Semasa Hidup DJ Avicii Merasa Terbebani Popularitas
- Reuters
VIVA – Meninggalnya Avicii menorehkan luka yang dalam bagi para penggemar musik electronic dance di seluruh dunia. DJ asal Swedia bernama asli Tim Bergling tersebut ditemukan dalam keadaan meninggal di Kota Muscat, Oman, pada 20 April 2018 waktu setempat.
Dilansir dari laman The Washington Post, pada tahun 2016 Avicii memutuskan untuk pensiun dari panggung pertunjukkan lima tahun setelah lagunya yang berjudul Levels membuat kariernya meroket. Dalam surat yang ditulisnya untuk penggemar, Avicii merasa perlu mengubah definisi sukses dalam hidupnya.
“Dua minggu yang lalu aku menghabiskan waktu menyusuri jalanan AS bersama teman-teman dan tim untuk melihat hal-hal dalam pemikiran yang baru. Hal itu sangat membuatku sadar bahwa aku butuh mengubah kesusahan yang selama ini aku alami,” tulis pencipta lagu Wake Me Up tersebut yang kemudian menjadi kata-kata terakhirnya.
Sebelum menjalani operasi pengangkatan usus buntu dan batu empedu pada 2014, sejak usianya 21 Avicii mengaku sudah mengalami pancreatitis akibat kebiasaan minum minuman alkohol.
“Bagiku ini adalah hal penting yang harus aku lakukan demi kesehatanku,” terangnya kepada Billboard mengenai keputusan pensiun.
Avicii merasa bersyukur atas karier dan kesempatan besar dalam hidupnya sejauh ini. Namun selain karena kendala kesehatan, gaya hidup sebagai seorang artis terkenal ternyata juga membuatnya lelah.
“Festival (musik) itu bukan untukku. Bukan soal pertunjukkan atau musiknya, tapi maksudku adalah hal-hal yang menyelimutinya. Sisi lain sebagai seorang artis rasanya tidak membuatku nyaman. Aku sebenarnya orang yang introvert itulah mengapa jadi terasa berat. Aku terlalu banyak menyerap hal negatif,” ungkap satu dari 6 DJ dengan bayaran termahal di dunia tersebut. (ren)