Banyak Artis Korea Bunuh Diri, Ada Apa?
- Facebook.com/pg/shinee
VIVA – Kematian Kim Jonghyun, vokalis utama boyband SHINee asal Korea Selatan, cukup menggemparkan dunia. Jonghyun ditemukan tewas pada Senin, 18 Desember 2017 sore. Menurut polisi, Jonghyun tewas akibat menghirup karbon monoksida yang dibakar di tungku apartemennya.
Aksi bunuh diri Jonghyun menambah daftar panjang selebriti Korea yang memutuskan bunuh diri. Beberapa di antaranya, Lee Eun-ju, U Nee, Jeong Da-bin, Ahn Jae-hwan, Choi Jin-sil, Choi Jin-young dan Park Yong-ha.
Dilansir dari laman Chosun, media berbasis di Korea Selatan, meski tidak ada statistik yang akurat, selebriti Korea tampaknya lebih cenderung bunuh diri daripada selebriti di Amerika, Eropa, atau Jepang. Padahal umumnya selebriti di berbagai negara mengalami tekanan yang sama, sebagai imbas dari ketenaran dan gaya hidup tak teratur. Lantas, apa yang mendorong banyak selebriti Korea melakukan bunuh diri?
Di luar perbincangan tentang selebriti, Korea menjadi negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia. Menurut data Organization for Economic Cooperation and Development pada tahun 2015, untuk setiap 100.000 warga Korea, 29,1 orang di antaranya melakukan bunuh diri. Para ahli mengatakan selebriti bunuh diri dapat memberikan wawasan mengapa orang Korea lebih cenderung mengakhiri nyawa mereka sendiri.
"Orang Korea cenderung membentuk identitas diri mereka melalui bagaimana mereka diterima orang lain. Mereka bisa menyerah dan membuat pilihan drastis saat merasa tidak dapat lagi menunjukkan sisi terbaiknya kepada orang lain," kata Hwang Sang-min, seorang psikolog di Universitas Yonsei.
"Dan kecenderungan itu lebih kuat di kalangan selebriti, yang mata pencahariannya bergantung pada popularitas mereka."
Di samping itu, kurangnya program konseling terkait dengan kondisi mental juga menjadi salah satu sebab banyak selebriti Korea melakukan bunuh diri. Mencari bantuan psikiater mungkin hal biasa di kalangan masyarakat Korea, namun di kalangan selebriti memang masih tabu.
Dilansir dari Chosun, seorang CEO agensi hiburan Korea yang enggan menyebutkan namanya, pernah mengatakan seorang penyanyi yang dipekerjakan oleh agensinya sempat menunjukkan tanda-tanda depresi. Dia menolak keluar dari rumah karena desas-desus yang tidak berdasar yang beredar di Internet.
Hal itu akhirnya membuat penyanyi tersebut enggan mendapatkan bantuan psikiater karena khawatir menimbulkan lebih banyak rumor.
Sementara itu, agen hiburan besar di Amerika dan Jepang mempekerjakan penasihat profesional dan secara teratur memeriksa kesehatan psikologis klien high-profile mereka.
Salah satu sumber tekanan lainnya pada selebriti adalah internet, di mana setiap detail kehidupan pribadi mereka adalah makanan untuk gosip atau komentar jahat.
"Saya menyadari bahwa selebriti akhir-akhir ini harus waspada terhadap banyak hal," kata seorang aktris papan atas.
"Fakta bahwa Korea adalah salah satu negara yang populer di dunia adalah sumber tekanan yang luar biasa bagi selebriti Korea," kata Kang Tae-kyu, direktur agensi Music Farm.
Selain itu, beberapa ahli menyebutkan perilaku peniru sebagai alasan di balik meningkatnya kasus bunuh diri di kalangan selebriti. Tapi masalah yang lebih besar lagi adalah dampak bunuh diri selebriti terhadap orang biasa.
"Ketika orang-orang terkenal melakukan bunuh diri, orang-orang yang biasa memandang mereka merasa tidak memiliki alasan untuk hidup, sehingga mereka menganggap lebih baik memutuskan bunuh diri" kata Oh Kang-seob, seorang psikiater di Rumah Sakit Samsung Kangbuk.
"Pemikiran seperti itu menyebar dan benar-benar menaikkan tingkat bunuh diri. Itulah mengapa selebriti bunuh diri bahkan lebih mengkhawatirkan. "