Sindir Artis yang Lebay Pakai Jasa Asisten Pribadi, Cinta Laura: Hampir Kayak Tuhan!

Cinta Laura
Sumber :
  • IG @claurakiehl

Jakarta, VIVA –  Dunia hiburan memang penuh dengan kemewahan dan sorotan, menjadikan kehidupan para selebriti seperti mimpi bagi banyak orang. Namun, ada satu fenomena di kalangan selebriti yang memunculkan pro dan kontra, yaitu "star syndrome" perasaan superioritas yang muncul karena ketenaran. Hal ini mendapat sorotan tajam ketika Cinta Laura, seorang aktris dan penyanyi cerdas yang dikenal dengan prinsipnya, menyampaikan pandangannya tentang perilaku sejumlah artis yang berlebihan dalam memanfaatkan asisten pribadi.

Dalam sebuah wawancara di program For Your Pagi (FYP), Cinta mengutarakan pandangannya tentang "star syndrome" yang ia lihat di kalangan artis tanah air. Ketika ditanya apakah ia pernah mengalami sindrom tersebut, Cinta menjawab, “Enggak, dan aku bersyukur banget enggak.” Jawaban tegas ini hanya awal dari perspektif lebih dalam yang kemudian ia ungkapkan, yang langsung menarik perhatian publik.

Dalam wawancara tersebut, Cinta menyampaikan bahwa ia sering kali melihat public figure di Indonesia yang tampil dengan asisten dalam jumlah yang tidak sedikit. Bahkan, ada yang membawa hingga tujuh asisten untuk tugas-tugas kecil seperti membawa tas, mengenakan sepatu, atau sekadar membantu hal-hal sederhana. “Kadang-kadang aku sering melihat public figure di negara kita tuh, kalo ke acara bisa bawa 7 asisten. Satu pegang tas, satu pake sepatu, satu megangin apalah ini,” ungkap Cinta.

Bagi Cinta, keberadaan asisten dalam jumlah banyak untuk tugas yang sangat minimal terasa berlebihan. Lebih jauh lagi, ia merasa sedih melihat bahwa beberapa artis ini hampir merasa “hampir kayak Tuhan” dengan sikap yang begitu eksklusif. Bagi Cinta, popularitas dan pencapaian tidak semestinya membuat seseorang merasa lebih tinggi dari orang lain. Justru, ia percaya bahwa hidup seharusnya diisi dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, terlepas dari seberapa besar pencapaian yang telah diraih.

Pernyataan Cinta Laura tersebut langsung memicu perdebatan di media sosial. Sebagian netizen setuju dengan Cinta dan merasa bahwa membawa banyak asisten hanya untuk hal-hal kecil adalah contoh dari gaya hidup yang berlebihan. Mereka melihatnya sebagai sikap yang kurang peka terhadap kondisi masyarakat yang saat ini masih banyak yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Namun, ada juga netizen yang memberikan pandangan lain. Mereka berpendapat bahwa memiliki banyak asisten justru membuka lapangan kerja dan memberi penghasilan bagi orang lain. "Bukannya itu malah membuka lapangan pekerjaan ya? Mengurangi angka pengangguran karena udah mau berbagi rezeki,” komentar seorang netizen. Bagi kelompok ini, apa yang dilakukan oleh para selebriti yang memiliki banyak asisten bukanlah masalah, selama mereka menggaji asisten-asisten tersebut dengan layak dan memberikan mereka peluang untuk bekerja.

Di tengah hiruk-pikuk perdebatan antara gaya hidup mewah dan membuka lapangan kerja, Cinta Laura memberikan perspektif yang berbeda. Meskipun ia memiliki banyak pencapaian di industri hiburan, ia merasa bahwa dirinya hanyalah "spek yang sangat kecil di dunia ini." Sikap rendah hati ini menunjukkan kesadaran Cinta akan pentingnya memelihara kesederhanaan, sekaligus mengingatkan bahwa kesuksesan dan popularitas bukanlah alasan untuk merasa lebih dari orang lain.

Bagi Cinta, popularitas harus diiringi dengan tanggung jawab sosial dan sikap rendah hati. Ia percaya bahwa walaupun kita mencapai banyak hal, proses belajar dan berkembang tidak pernah berhenti. Melalui pernyataannya ini, Cinta ingin menunjukkan bahwa pencapaian besar tidak harus disertai dengan gaya hidup yang berlebihan. Justru, kesederhanaan adalah bentuk keberdayaan yang seharusnya menjadi panutan, terutama bagi generasi muda yang mengidolakan para selebriti.

Cinta Laura, melalui pandangannya yang unik ini, mengajarkan kepada kita pentingnya rendah hati di tengah kesuksesan. Di dunia yang semakin materialistis, sikap Cinta adalah angin segar yang mengajak kita untuk menilai kesuksesan dengan cara yang berbeda. Bagi Cinta, menjadi populer bukanlah alasan untuk merasa superior. Ia tetap menekankan pentingnya kesadaran untuk terus belajar dan memperbaiki diri, meskipun sudah mencapai banyak hal dalam hidupnya.

Bagi Cinta, star syndrome adalah jebakan yang bisa membuat seseorang kehilangan makna hidup jika tidak diiringi dengan kesadaran akan tanggung jawab sosial. Ia ingin menunjukkan bahwa kesuksesan tidak perlu dibuktikan dengan entourage atau kemewahan yang berlebihan, tetapi melalui pencapaian yang berdampak positif bagi banyak orang.