Kehilangan Sang Bunda, Bella Fawzi Masih Terus Pulihkan Kondisi Mentalnya

Bella Fawzi, Marissa Haque dan Chiki Fawzi
Sumber :
  • Instagram

Jakarta, VIVA – Kehilangan orang yang kita cintai adalah salah satu peristiwa paling menyakitkan yang dapat dialami oleh siapa pun. Dalam podcast Melaney Ricardo Bella Fawzi; Aku Kaya Diprank Tuhan Rasanya”, Bella Fawzi berbagi pengalaman pribadinya setelah kehilangan sang ibu.

Cerita ini penuh dengan refleksi mendalam tentang duka, kesedihan, dan pentingnya menjaga kesehatan mental di tengah-tengah cobaan hidup. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Kehilangan dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

Kesehatan mental sering kali terganggu ketika seseorang menghadapi kehilangan yang besar. Bella Fawzi, putri dari aktris Marissa Haque, bercerita bagaimana perasaan kosong menghinggapinya setelah kepergian ibunya yang tiba-tiba.

Meskipun sang ibu tidak menunjukkan tanda-tanda sakit serius, kepergiannya dalam tidur membawa rasa syok mendalam bagi Bella dan keluarganya.

Bella mengaku, “Seperti separuh jiwaku diambil,” menandakan betapa besar dampak kehilangan tersebut terhadap kesejahteraan emosional dan mentalnya.

Bella Fawzi dan Marissa Haque

Photo :
  • dok.ist

Duka semacam ini sering kali menimbulkan rasa ketidakberdayaan. Dalam momen-momen itu, seseorang bisa merasa seakan seluruh dunia mereka runtuh. Bella pun merasakan hal ini.

Bangun tidur tanpa ibunya di dekatnya adalah hal yang sangat sulit. Ia mengatakan, “Bangun tuh kayak kerasa enggak ada ibu tuh kayak, Ya Allah kok sakit banget ya...”

Menghadapi Rasa Kehilangan dan Pentingnya Support System

Salah satu aspek penting dalam menjaga kesehatan mental saat berduka adalah keberadaan support system, yaitu keluarga dan teman-teman yang memberikan dukungan. Bella memiliki ayah dan saudaranya yang saling mendukung satu sama lain di tengah rasa kehilangan.

“Aku tuh enggak tahu mungkin jenis depresi itu ada tingkatan-tingkatannya, tapi itu lebih kayak emang separuh jiwa gue tuh udah diambil aja,” ujarnya.

Perasaan seperti yang dialami Bella sangat umum dialami oleh mereka yang kehilangan orang yang dicintai. Dalam situasi ini, penting bagi kita untuk berbicara dengan orang lain yang peduli pada kita.

Dengan berbagi rasa, perasaan berat dapat berkurang meski tidak sepenuhnya hilang.

Bella menunjukkan pentingnya saling berbagi dukungan, “Aku berusaha kayak jalanin hidup, beraktivitas, kerja, tapi kayak ada sesuatu yang diambil dari aku,” ujarnya.

Kebingungan dan Proses Adaptasi Emosi

Bella Fawzi bersama ibunda Marissa Haque

Photo :
  • dok.ist

Kehilangan ibunya memicu refleksi mendalam pada Bella tentang makna kehidupan dan kematian. Ia berbicara tentang kebingungannya saat berhadapan dengan rasa kosong yang mengikutinya setiap hari. 

Rasa syok dan penolakan adalah reaksi alami ketika seseorang pertama kali mendengar kabar meninggalnya orang terdekat. Bella pun bercerita bahwa saat pertama kali mendengar kabar kepergian ibunya, ia merasa seperti berada dalam mimpi buruk.

“Astagfirullah ini mimpi enggak sih?” katanya, menunjukkan bagaimana otaknya berusaha memproses kejadian yang tidak terduga tersebut.

Proses adaptasi emosi sangat penting ketika seseorang berada di tengah duka. Bella mencatat, meskipun waktu tidak sepenuhnya menyembuhkan luka, ia berharap waktu akan membantunya beradaptasi dengan rasa kehilangan.

Ini adalah refleksi penting bahwa duka mungkin tidak pernah benar-benar hilang, tetapi manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk belajar hidup berdampingan dengan rasa tersebut.

Pentingnya Kepercayaan dalam Pemulihan Mental

Bella Fawzi

Photo :
  • dok.ist

Dalam proses menghadapi duka, Keagamaan dan spiritual sering kali menjadi sandaran. Bella dan keluarganya, yang berasal dari latar belakang Muslim, mengandalkan doa dan tahajud untuk mendapatkan ketenangan batin. 

Kegiatan ini membantu mereka merasa lebih dekat dengan Tuhan, yang pada gilirannya membantu mereka menerima kenyataan bahwa sang ibu telah pergi.

Bella mengatakan bahwa ayahnya sering bangun untuk melakukan tahajud, berdoa agar ibunya di sana dalam keadaan bahagia.

Dalam banyak budaya, keagamaan atau spiritualitas memainkan peran penting dalam mendukung kesehatan mental selama masa berduka. Aktivitas ini memberikan harapan, mengurangi kecemasan, dan menawarkan makna pada peristiwa kehilangan.

Mengikhlaskan adalah Proses yang Sulit tapi Perlu

Salah satu poin penting yang diangkat oleh Bella adalah kesulitan untuk mengikhlaskan. “Level tertinggi dari mencintai ternyata adalah mengikhlaskan, tapi ikhlas itu susah banget,” katanya.

Kalimat ini menggambarkan betapa sulitnya menerima kenyataan bahwa seseorang yang kita cintai telah pergi selamanya. Ikhlas bukan sesuatu yang bisa dipelajari dengan mudah; itu adalah proses emosional yang membutuhkan waktu dan kesabaran.

Bagi banyak orang, mengikhlaskan adalah proses panjang yang tidak terjadi secara tiba-tiba.

Sebagaimana Bella sebutkan, “Ini bukan ilmu yang kita bisa pelajarin di sekolah, kayak ada S1, S2, S3-nya. Itu ilmu kehidupan”. Ini adalah bagian dari perjalanan setiap individu dalam menghadapi kenyataan hidup dan kematian.

Membangun Kembali Kebahagiaan

Meskipun kehilangan ibunya sangat menyakitkan, Bella bertekad untuk belajar bahagia lagi. Ia menyadari bahwa ibunya pasti ingin ia dan keluarganya melanjutkan hidup dan menemukan kebahagiaan, meski tanpa kehadirannya.

Salah satu pelajaran penting dari cerita Bella adalah bahwa meskipun rasa sakit tidak dapat dihindari, kebahagiaan tetap mungkin untuk dicapai.

Namun, kebahagiaan itu harus didekati dengan kesabaran, dukungan, dan tekad.

Bella juga menyadari bahwa kebahagiaan tidak datang dengan segera, dan proses pemulihan membutuhkan waktu. Dalam percakapan itu, ia menekankan pentingnya tetap berusaha, meskipun sulit.

“Kita tetap berjuang untuk mencari kebahagiaan,” ujarnya, memberikan harapan kepada orang-orang yang mungkin berada dalam situasi serupa.

Kesehatan mental adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan ketika menghadapi kehilangan.

Melalui cerita Bella Fawzi, kita belajar bahwa duka adalah proses yang penuh dengan tantangan emosional, tetapi dengan dukungan keluarga, ritual spiritual, dan tekad untuk bangkit, kita dapat menemukan cara untuk melanjutkan hidup.

Bagaimana kita merawat kesehatan mental kita selama masa-masa sulit seperti ini sangatlah penting, karena itu yang akan membantu kita tetap kuat dan tegar di tengah-tengah badai kehidupan.