Bikin Melongo, Cinta Laura Ungkap Hal Mengejutkan Tentang Siswa-siswi di Indonesia

Cinta Laura, Foto: Isra Berlian
Sumber :
  • VIVA.co.id/Isra Berlian

VIVA Showbiz – Cinta Laura, salah satu publik figur yang cukup concern dengan pendidikan di Tanah Air. Wanita yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Columbia dengan dua gelar ini juga menyoroti tentang masalah tentang kualitas siswa-siswi di Tanah Air.

Salah satu yang cukup menarik perhatiannya adalah tindakan perjokian untuk skripsi yang belakangan ramai diperbincangkan di media sosial X (dulunya Twitter).

"Bagaimana gelisahnya aku tentang pendidikan di Indonesia. Baru-baru ini yang hits di X ngomongin bagaimana mahasiswa-mahasiswi Indonesia dalam pengerjaan skripsi, bukannya mengerjakan sendiri tapi menghire joki untuk melakukan itu semua," ungkap Cinta Laura saat ditemui awak media di kawasan Senayan Jakarta Pusat, Rabu 24 Juli 2024. 

Tak hanya itu saja, Cinta Laura juga menyoroti tentang tingkat pemahaman siswa-siswi di tanah air yang tergolong rendah. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Dalam sebuah tes internasional yang dilakukan terhadap siswa-siswi di bangku sekolah SMP dan SMA ditemukan data bahwa mayoritas pemahaman siswa-siswi di Idonesia ada di level 1 atau 2.

Level tersebut menunjukkan pemahaman yang dimiliki siswa-siswi di Indonesia sangat minim. 

"Enggak cuman itu, ada sebuah tes PISA tes internasional yang diberikan kepada siswa-siswi di bangku SMP, SMA dari berbagai negara di dunia. Dari tingkat 1-6, 6 artinya pemahaman tingkat tinggi, dan 1 artinya pemahaman sangat minim. Hanya kurang dari 1 persen siswa-siswi Indonesia mencapai level 5 atau 6, mayoritas hanya level 1 dan 2," jelasnya.

Cinta Laura juga kembali dibuat terkejut dengan pemberitaan lainnya soal kemampuan berpikir kreatif mahasiswa-mahasiswi di Indonesia.

Berdasarkan survei online yanng dilakukan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa Indonesia berada di bawah 2 persen.

Communication Ambassador of 10Th World Water Forum Cinta Laura

Photo :
  • VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)

"Enggak hanya itu kemarin aku liat artikel online dimana mahasiswa-mahasiswi di Indonesia yang ditest, menurut hasil survei kemampuan berpikir kreatif di bawah 2 persen mampu. Kalau di Singapura di atas 50 persen memiliki kemampuan berpikir kreatif," kata dia.

Cinta sendiri mengungkap fakta-fakta tentang kualitas siswa-siswi di Indonesia ini cukup memprihatinkan. Padahal Indonesia sendiri sudah mencanangkan program Indonesia Emas di tahun 2045 mendatang. 

"Ini bukannya aku mau menjelek-jelekkan sistem pendidikan di Indonesia, sama sekali tidak. Malahan harapan terbesar aku adalah bagaimana generasi Indonesia mampu berkompetisi dan sukses dalam bidang apapun yang mereka geluti bukan hanya di negara kita bahkan di kancah internasional," kata dia.

Cinta Laura

Photo :
  • Instagram @claurakiehl

"Tapi dengan kerapuhan pendidikan yang ada itu membuat aku sangat resah dan takut, karena kita punya banyak sekali goals-goals 2045 nanti,” tambah Cinta Laura.

“Penduduk kita juga banyak, generasi makin berpengaruh dalam setiap sendi kehidupan kita. Tapi apa yang akan terjadi kalau kompetensi kita tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan," terangnya.

Melihat kerapuhan pendidikan di Indonesia, cinta melihat festival IDEA Fest 2024 yang direncanakan digelar pada September 2024 mendatang ini bisa memberikan segelintir manfaat untuk generasi muda di Tanah Air.

Sebab kata Cinta untuk tahun ini, acara IDEA Fest 2024 akan menampilkan sejumlah pembicara yang terampil di bidangnya.

Dengan begitu secara tidak langsung diharapkan bisa membantu siswa-siswi untuk belajar supaya lebih kritis. 

"Nah dengan adanya acara seperti Ideafest, dengan tamu-tamu yang dihadirkan pun teman-teman lihat sosok-sosok dunia online maupun perfilman yang mungkin diidolakan banyak masyarakat Indonesia,” ucap Cinta Laura.

“Dan lewat output kreatif, mau itu podcast, mau itu talkshow, mau itu games. Mungkin inilah cara terbaik jaman sekarang untuk generasi muda mereka belajar," jelasnya.

Cinta Laura menambahkan, "Jadi mereka tidak cepat bosan dan tidak merasa didikter atau dipaksa untuk harus mempercaya atau mengerti sesuatu. Tapi dengan sendirinya mereka menyerap informasi yang menurut mereka menarik dan mengambil keputusan sendiri dalam bagaimana mereka ingin berpikir dan melihat dunia," ujar wanita blesteran Jerman ini.