Moonbin ASTRO Meninggal Diduga Bunuh Diri, Ini Alasan Banyak Idol K-Pop Nekat Akhiri Hidup

Moonbin ASTRO.
Sumber :
  • Instagram @moonbin998

VIVA Showbiz – Kabar duka dari member ASTRO, Moonbin yang meninggal dunia di usianya yang baru menginjak 25 tahun. Kematiannya di usia muda ini diduga lantaran bunuh diri, yang juga kerap dialami para idol K-Pop lainnya.

Melansir laman Soompi, Kantor Polisi Gangnam Seoul telah melaporkan bahwa pada Rabu, 19 April 2023 sekitar pukul 20.10 malam waktu setempat. Moonbin ASTRO ditemukan tewas di kediamannya di distrik Gangnam Seoul oleh manajernya, lalu segera memanggil polisi. Menyusul kabar kematian Moonbin, Lumina Entertainment selaku promotor yang membawa Moonbin dan Sanha Fan Meeting di Jakarta membatalkan acara tersebut. Scroll untuk info selengkapnya.

"Tampaknya Moonbin bunuh diri. Kami saat ini sedang mendiskusikan kemungkinan otopsi untuk menentukan penyebab pasti kematian,” bunyi keterangan polisi, dikutip Kamis 20 April 2023. 

Rilis info pembatalan acara FAN CON TOUR Moonbin dan Sanha

Photo :
  • IG @luminaent
 

Di tahun 2020 lalu, meninggalnya aktris dan penyanyi Sulli di usia ke-25 tahun juga membuat banyak penggemar sedih. Beberapa kemarahan ditujukan pada agensi hiburan K-Pop karena sikap mereka yang diduga tidak bertanggung jawab terhadap kesehatan mental para penyanyi.

Kim Dong Wan, anggota boy band K-Pop generasi pertama Shinhwa, menulis di media sosial bahwa ketenaran dan uang banyak idola K-Pop muncul seiring dengan mengorbankan kesehatan mental mereka.

"Selebriti bekerja di bawah tekanan ekstrem dan tingkat stres yang mereka hadapi meningkat karena persaingan semakin ketat. Idola K-Pop muda khususnya tidak makan atau tidur dengan baik karena jadwal mereka yang padat, namun mereka diminta untuk menyembunyikan emosi dan senyuman mereka," tulis Kim, dikutip laman Korean Times.

Memang, banyak idola yang debut setelah bertahun-tahun bekerja keras sebagai trainee. Namun, setelah debut mereka dihadapkan pada jadwal yang tidak manusiawi yang memaksa mereka untuk bekerja berjam-jam. 

"Mereka harus menunjukkan sikap positif kepada penggemarnya di depan umum. Mereka harus seksi tapi tidak boleh berhubungan seks, dan tangguh tapi tidak boleh berkelahi untuk apapun," tambah Kim.

Kim mengklaim bahwa mereka tidak memiliki privasi dan terus-menerus menerima komentar jahat dari pengguna internet yang menggunakan anonimitas untuk melecehkan bintang. Akibatnya, beberapa bintang berakhir dengan depresi atau gangguan kecemasan.

Sulli.

Photo :
  • Soompi

Mina, anggota girl grup K-Pop TWICE, harus menghentikan sementara karier musiknya karena stres dan kecemasan psikologis yang ekstrem. Dia tidak dapat berpartisipasi dalam album terbaru grup karena dia didiagnosis dengan gangguan kecemasan.

Tae Min dari boy band SHINee juga mengaku berada di bawah tekanan untuk memenuhi ekspektasi yang meningkat dari para penggemarnya.

"Saya harus mengatur diri sendiri karena tidak ada privasi dalam hidup saya dan saya selalu harus berhati-hati agar tidak mendapat masalah, itu sulit," katanya.

Banyak bintang K-Pop memulai karier musik mereka ketika mereka masih sangat muda. Mereka seharusnya menunjukkan kepatuhan mutlak kepada agensi. Mereka tidak punya waktu luang untuk merenungkan hidup masing-masing. Mereka stres tapi tidak punya waktu untuk menjalani pengobatan karena takut pergi ke rumah sakit bisa menimbulkan gosip.

Sulli pun menderita masalah yang sama. Pada tahun 2005 dia memulai karier di industri hiburan sebagai aktor cilik pada usia 11 tahun. Dia kemudian lulus audisi untuk menjadi trainee K-pop untuk SM Entertainment, selama itu dia tinggal di asrama dengan trainee yang lebih tua. 

Pada tahun 2009 ia bergabung dengan grup wanita f(x) pada usia 15 tahun, tetap bersama grup tersebut hingga Juli 2014 ketika ia mengumumkan jeda sementara dalam kariernya karena komentar jahat dan rumor tak berdasar. Istirahatnya dari band kemudian menjadi permanen, dan dia mengalihkan fokusnya ke akting, serta memulai karier musik solo. Ditariknya ia dari f(x) mungkin merupakan 'teriakan' minta tolong.

"Banyak selebriti yang memulai debutnya di usia muda menderita depresi dan kecemasan karena harus hidup di depan publik. Mereka bisa rentan jika mendapat terlalu banyak perhatian," kata Park Jong-seok, kepala dokter di Yonsei Bom Psychiatry di Seoul.

"Mereka melewati masa remaja tanpa mengalami persahabatan sejati dan stabilitas dengan kelompok sebaya,” sambungnya.

Menurut Park, hidup di depan publik dapat menyebabkan para selebriti kurang percaya diri, mengalami ketidakstabilan emosi, perilaku obsesif dan ketidakmampuan untuk beradaptasi.

"Mereka dapat merasakan kekurangan karena mereka tidak memiliki cukup waktu dengan keluarga dan teman-teman mereka. Obsesi untuk berhasil dan bertahan dalam persaingan yang ekstrem juga dapat menyebabkan rasa rendah diri," kata Park.

Sama halnya saat Jonghyun, mantan anggota sesama grup SM Entertainment SHINee, bunuh diri pada Desember 2017. Kritik pun muncul terhadap sistem manajemen agensi untuk kesehatan mental trainee idola.

“SM Entertainment adalah agensi yang memperkenalkan budaya idola ke Korea pada 1990-an dan kemudian sistem ini menjadi standar industri K-Pop secara keseluruhan,” kata Kang Moon, seorang kritikus musik.

Jonghyun SHINee

Photo :
  • SM Entertainment

"Karena jumlah penyanyi yang melakukan bunuh diri meningkat, sudah waktunya bagi agensi untuk memeriksa sistem pelatihan untuk melihat bagaimana mereka dapat membantu mencegah bunuh diri dan lebih memerhatikan kesehatan mental penyanyi mereka," sambungnya.

Dokter Park menambahkan bahwa program kesehatan mental memang dimiliki oleh agensi sebagai program kesejahteraannya. Namun, jadwal yang sibuk membuat program tersebut akhirnya terbengkalai.

"Agensi-agensi besar memang memiliki program kesehatan mental dengan rumah sakit universitas, tapi itu tidak praktis karena jadwal sibuk selebriti," kata dokter tersebut.

"Lebih penting untuk mengedukasi orang-orang di sekitar pasien. Depresi sebagian besar berasal dari kelelahan yang ekstrem dan penting untuk mendiagnosisnya pada tahap awal sebelum menjadi lebih buruk," tandasnya.

Pemberitaan ini tidak untuk menginspirasi dan diimbau Anda tak menirunya. Jika Anda merasakan gejala depresi, permasalahan psikologi yang berujung pemikiran untuk melakukan bunuh diri segera konsultasikan ke pihak-pihak yang dapat membantu Anda seperti psikolog, psikiater atau klinik kesehatan mental.