Cerita Thea Bernice Jadi Influencer Sukses, Berani Tolak Brand Bila Tak Sesuai
- ist
VIVA Showbiz – Beberapa tahun terakhir ini, penggunaan jasa influencer telah menjadi salah satu strategi marketing yang dilakukan banyak bisnis. Berbagai bisnis menginvestasikan banyak waktu dan biaya untuk meraih lebih banyak konsumen melalui jasa influencer ini.
Berbeda dengan iklan biasa yang promosinya dilakukan oleh pihak bisnis, strategi marketing melalui influencer dinilai lebih personal sehingga lebih efektif untuk meyakinkan konsumen. Ini memiliki dampak besar karena para influencer tersebut dapat mengubah cara pandang banyak orang terhadap tren dan brand.
“Banyak followers di media sosial mengandalkan review produk oleh influencer yang mereka percaya sebelum membeli produk tersebut. Jadi, para influencer harus jujur dalam melakukan review atau endorsement produk yang mereka promosikan,” kata Thea Bernice, salah seorang fashion & beauty influencer di media sosial.
Menurutnya, popularitas merupakan salah satu kekuatan yang sangat berpengaruh terhadap konsumen. Akan ada banyak konsumen yang dirugikan akibat review tidak jujur, terutama jika produk tidak sesuai ekspektasi konsumen. Hal ini pun juga dapat menghilangkan kepercayaan konsumen terhadap influencer sehingga berakibat menurunnya kredibilitas influencer tersebut.
“Jangan sampai hanya demi keuntungan semata, para influencer jadi merugikan banyak konsumen yang sudah menaruh kepercayaan pada mereka. Lagi pula kalau review-nya jujur dan produknya memang berkualitas, justru akan semakin meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap influencer,” tutur Thea.
Thea Bernice sendiri merupakan salah seorang influencer yang berfokus di bidang fashion & beauty. Sejak 2016, namanya mulai besar di media sosial Instagram dan kini telah berhasil memiliki lebih dari 682 ribu pengikut. Sekarang ini dia pun sudah memasuki berbagai platform media sosial lainnya seperti TikTok dan YouTube.
Ketika ditanya bagaimana caranya mencegah review tidak jujur, Thea mengungkapkan bahwa dia selalu mengutamakan kualitas produk. Baginya, kepuasan konsumen terhadap produk lebih penting daripada keuntungan semata.
“Kualitas produk itu nomor satu, jadi aku akan mencoba atau mengonsumsi produknya terlebih dahulu. Apabila berhasil dan sudah dipastikan kualitasnya sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh pihak brand, maka endorsement akan berjalan. Namun apabila gagal maka uang akan dikembalikan 100 persen kepada brand tersebut,” katanya.
Dia mengakui bahwa setiap harinya ada puluhan brand yang menawarkan kerja sama. Dan dia biasanya menolak lebih dari 50 persen brand yang masuk tersebut karena tidak sesuai dengan personal branding-nya yang mengutamakan kualitas produk.
Thea mengatakan, “Saat ini, sudah ada ratusan brand yang bekerja sama, dari brand lokal hingga internasional. Puji Tuhan, tidak sedikit brand yang berterima kasih karena penjualannya naik drastis setelah kami bekerja sama. Banyak luxury brand kini juga mulai berdatangan untuk mengajak kolaborasi.”
Untuk ke depannya, Thea berharap para influencer di media sosial bisa tetap amanah dalam memanfaatkan popularitasnya. Yakni dengan mengutamakan kualitas produk dan review yang jujur agar tidak ada pihak yang dirugikan pada akhirnya.