Yayan Ungkap Bedanya Syuting Film Dalam dan Luar Negeri

Beyond Skyline
Sumber :
  • VIVA.co.id/Shintaloka Pradita Sicca

VIVA – Beyond Skyline menjadi film ketiga bagi Yayan Ruhian di kancah internasional. Setiap film yang dimainkannya, baik dalam maupun luar negeri, memiliki kesan masing-masing, tapi menurutnya ada perbedaan mencolok di tingkat profesionalisme dan tanggung jawab koordinasinya.

Saat tiba di lokasi syuting, setiap kru sudah menyadari tugas dan perannya dalam set film tersebut.

"Tidak terdengar lagi kata perintah, 'Eh ambilkan ini.' Semua sudah tahu apa yang harus mereka lakukan," ujar Yayan saat ditemui dalam screening Beyond Skyline di Epicentrum XXI Jakarta pada Jumat malam, 27 Oktober 2017.

Selain itu, para kru produksi asing sangat menerapkan aturan dengan kesadaran penuh. Contoh, larangan merokok di sekitar lokasi produksi, sepanjang syuting.

"Dan pasti lagi dalam beberapa proyek dengan orang luar, saya enggak pernah melihat ada kru ngerokok saat istirahat. Di kita meski ada larangan tetep aja ada yang ngerokok. Terlepas saya enggak ngerokok," ungkapnya.

Ia menaruh harapan besar melalui film ini, perkembangan perfilman Indonesia semakin baik. Dalam film ini, Yayan bersama dengan Iko Uwais terlibat bermain sekaligus sebagai koreografer pertarungan.

Film ini juga menggunakan latar lokasi di Indonesia, yaitu Candi Prambanan, Yogyakarta, dan wilayah Batam.

"Ini suatu kebanggaan pribadi dan sebagai praktisi film di Indonesia. Semoga perfilman asing bisa semakin menjalin kerja sama dengan perfilman Indonesia," ucapnya.

Bukan tanpa tantangan bermain dalam film internasional yang sudah ketiga kalinya, tapi berkat kerja sama tim yang solid, Yayan yakin dapat teratasi.

"Kesulitan, saya lebih suka menyebutnya tantangan dan tantangan itu tidak saja ada dengan orang luar, dengan orang sendiri pun pasti ada. Sebuah film itu tentang tim work-nya. Enggak cuma bintangnya, dan tim work itu super power dari kualitas yang dibuat," ungkapnya.

Orang Laos

Meski film ini mengambil set di wilayah Indonesia, Yayan dan Iko diceritakan sebagai orang Laos. Sebab, latar Laos telah direncanakan jauh hari oleh penulis sekaligus sutradara film Liam O'Donnell sebelum survei lokasi.

"Memilih Laos awalnya karena istri dan anak saya lahir di Laos, tapi saat survei lokasi ternyata enggak sesuai. Sempat pindah ke Malaysia juga sama. Akhirnya menemukan lokasi di Indonesia, Candi Prambanan yang sangat cocok," jelas Liam.

Liam mengaku sangat kagum saat melihat Candi Prambanan dan hasilnya pun sesuai harapan. Dia bahkan berencana ingin membuat proyek film yang digarap sepenuhnya di Indonesia, melibatkan para kru dan pemain lokal.

"Kalau reaksinya ini bagus banget, saya next time akan full membuat proyek film di Indonesia. Apalagi kru Indonesia sangat terbuka, seperti Iko dan Yayan. Mungkin 100 persen orang Indonesia, kecuali sutradara dan produsernya. Ini dukungan untuk film Indonesia," ungkapnya. (ren)