Industri Film Indonesia Tumbuh Signifikan Tapi Dua Tantangan Ini Masih Terus Dihadapi, Apa Itu?

Ilustrasi bioskop/menonton film.
Sumber :
  • Freepik/freepik

Jakarta, VIVA – Industri film Indonesia, meskipun mengalami pertumbuhan signifikan dalam satu dekade terakhir, masih menghadapi kendala dalam akses pendanaan dan distribusi yang merata.

Daniel Yorick, penggagas Cinevix, menilai bahwa teknologi blockchain dapat menjadi jalan keluar untuk mengatasi hambatan ini. Melalui ekosistem yang sedang dirancang, startup ini berharap dapat menghubungkan kreator dengan audiens secara lebih langsung. Scroll untuk informasi selengkapnya!

“Industri film kita memiliki potensi besar, tetapi seringkali terhambat oleh akses pendanaan yang terbatas dan kurangnya transparansi dalam distribusi hasil karya. Melalui Cinevix, kami ingin membuka jalan baru yang lebih adil dan inklusif,” ujar Daniel Yorick dalam keterangannya, dikutip Jumat 24 Januari 2025.

Platform ini akan mencakup beberapa fitur utama, termasuk CineFi, platform crowdfunding berbasis blockchain yang memungkinkan kreator mengajukan proyek dan mendapatkan dukungan dana langsung dari komunitas.

Salah satu pendekatan baru yang digunakan startup ini adalah mengintegrasikan tren Real-World Asset (RWA) ke dalam sistem mereka. Teknologi ini memungkinkan digitalisasi aset dunia nyata, seperti hak cipta film, untuk mempermudah transaksi dan meningkatkan nilai investasi.

RWA saat ini dipandang sebagai tren utama dalam ekosistem blockchain, menawarkan peluang besar bagi sektor kreatif untuk menarik minat investor global. Penerapan teknologi ini dirancang oleh tim yang terdiri dari berbagai ahli, termasuk Farhan Aziz Ath Thariq, seorang programmer yang terlibat langsung dalam pengembangan ekosistem Cinevix. 

“Kami percaya bahwa blockchain bukan hanya alat teknologi, tetapi juga solusi untuk menciptakan keadilan dalam industri kreatif,” ujar Farhan, menyoroti potensi teknologi ini dalam membawa transparansi bagi kreator dan investor.

Dengan mengadopsi pendekatan ini, diharapkan dapat memberikan cara baru bagi investor untuk mendukung proyek-proyek kreatif, sekaligus menjamin transparansi dan keamanan aset. Meskipun rencana peluncurannya belum diumumkan secara pasti, startup ini memastikan bahwa mereka akan mengambil pendekatan bertahap untuk mengembangkan platform tersebut.

 “Kami ingin memastikan bahwa setiap langkah yang diambil didasari pada riset mendalam dan analisis yang matang,” jelas Daniel.

Menurut data yang dirilis Cinevix, pendanaan dan distribusi menjadi dua tantangan utama bagi kreator film lokal, terutama mereka yang berada di luar jaringan rumah produksi besar. Dengan memanfaatkan blockchain, mereka berharap dapat membawa transparansi dan efisiensi dalam proses tersebut.

Platform ini juga disebut-sebut sebagai bagian dari upaya memperkenalkan budaya Indonesia ke tingkat global melalui media film. Dalam beberapa tahun terakhir, promosi budaya Indonesia melalui seni visual dinilai menjadi salah satu cara efektif untuk meningkatkan visibilitas Indonesia di dunia internasional.

Namun, seperti startup lainnya, Cinevix masih menghadapi tantangan, termasuk penerimaan teknologi blockchain di pasar lokal yang masih berkembang. Pengamat industri menilai bahwa keberhasilan proyek ini akan sangat bergantung pada bagaimana mereka menjembatani teknologi baru ini dengan kebutuhan praktis pelaku industri.