Minim Infrastruktur Pendidikan, Produksi Film Indonesia Khawatir Asal

Movie Industry
Sumber :
  • VIVA/ Sherly/ Tangerang

VIVA – Industri perfilman Indonesia saat ini mengalami kondisi yang terbilang cukup baik dan sukses. Hal itu terlihat dari beberapa film yang meraup banyak antusiasme penonton hingga masuk dalam Box Office. Namun nyatanya, kondisi itu tidak didukung dengan kecukupan sumber daya manusia ataupun infrastruktur pendidikan film.

"Ada tantangan besar yang kita hadapi saat ini, dimana kita masih sulit mendapatkan sumber daya manusia untuk menggenjot produksi film. Ditambah, infrastruktur pendidikan yang masih sangat kurang," kata Produser Dilan 1991, Ody Mulya Hidayat di Tangerang, Minggu, 28 Juli 2019.

Ia memaparkan, Indonesia hanya memiliki enam sekolah perfilman yang tersebar di Pulau Jawa. Padahal, seharusnya sekolah perfilman itu harus ada di setiap wilayah Indonesia. Alhasil, dengan keterbatasan itu, produksi film di Indonesia tidak bisa didasari dengan teknis dan mekanisme film yang seharusnya.

"Kurangnya infrastruktur itu berpengaruh sama SDM nya, membuat kita harus menghilangkan kaidah teknis atau mekanisme film seperti yang dilakukan di Amerika. Dimana, produser hanya memikirkan bagaimana film ini bisa bagus, enggak harus memikirkan trailer atau posternya seperti apa. Nah kalau di sini (Indonesia) dengan segala keterbatasan yang ada, ya kita sebagai produser harus menerapkan sistem keimanan yakni, yakin dengan mengerjakan itu semua," ujarnya.

Dikhawatirkan, saat permintaan atau industri film tengah naik, sementara SDM-nya kurang, membuat produser memaksa sutradara merekrut sumber daya manusia seadanya dan memulai produksi secara asal-asalan. Jika tidak diantisipasi, ia khawatir kondisi ini akan berpengaruh terhadap kualitas film nasional.

Kondisi tersebut seharusnya, membuat seluruh pihak sadar untuk meningkatkan sumber daya manusia industri perfilman, baik itu dari rumah produksi sampai pemerintah. Seperti, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dapat menggandeng para pemangku kepentingan untuk membangun sekolah film dan menyelenggarakan kursus-kursus perfilman.

Salah satunya adanya pelatihan industri kreatif yakni, Creative Nest Indonesia yang berkejasama dengan Bekraf serta, pihak swasta Sinar Mas Land dalam hal memenuhi sumber daya manusia di industri film.

"Di sini (Tangerang) sudah ada pelatihan untuk memenuhi sumber dayanya, tapi kami tentu merasa masih kurang, karena tidak menyeluruh di setiap daerah dan harusnya itu ada, mengingat potensi SDM di daerah juga cukup besar untuk dapat bersama-sama dengan kami meningkatkan kualitas perfilman Indonesia," ungkapnya.