Konsep Fighting, Senjata, dan Calon Aktor Film Si Buta dari Gua Hantu
- VIVA/Aiz Budhi
VIVA – Rumah produksi Screenplay Films bersama Bumilangit Studios akhirnya mengumumkan akan mengangkat cerita pendekar legendaris, Si Buta, menjadi sebuah film dengan judul Si Buta dari Gua Hantu.
Timo Tjahjanto didapuk sebagai sutradara sekaligus penulis skenario film ini. Seperti diketahui, Timo merupakan sutradara yang dikenal lihai dalam menggarap film bergenre action, sebut saja yang terbaru adalah TNCFU (The Night Comes For Us).
Namun, Timo tidak akan menyamakan adegan fighting di film ini dengan film-film action sebelumnya, karena sisi filosofi cerita juga akan kuat ditampilkan.
“Sekarang gue lebih mencari balance, jadi kalau TNCFU itu kan bisa dibilang pesta action, violence lah, karena semua diselesaikan dengan violence. Kali ini, lebih ada filosofinya di belakangnya. Dalam arti kata, karakter yang terpuruk (Barda) dan mencoba bangkit lagi,” ucap Timo kepada VIVA, beberapa waktu lalu di JCC Senayan, Jakarta Pusat.
Elemen senjata, menurut Timo, juga menjadi peranan penting dalam filmnya tersebut, karena dua tokoh sentralnya, yakni Si Buta dan Mata Malaikat sama-sama memegang senjata yang menjadi ciri khas mereka. Si Buta dengan tongkatnya dan Mata Malaikat dengan tombaknya.
Sutradara Sebelum Iblis Menjemput itu pun mengatakan bahwa film Si Buta dari Gua Hantu ini berbeda dengan film pendekar sebelumnya yang sudah rilis, yakni Wiro Sableng.
“Wiro kan konsepnya itu family movie ya, karena ceritanya itu dapat dinikmati oleh para penonton yang kecil. Ada keringanan dalam ceritanya. Kamu bisa ketawa dan nyengir-nyengir ya, sedangkan gue kenapa gue ngambil Si Buta ini, gue suka banget, karena pada saat itu Indonesia sedang ada dalam keputusasaan (penjajahan),” Timo menjelaskan.
Untuk pemilihan karakter pemeran sendiri, Timo tidak mau sembarangan dan main-main. Harus memahami kondisi dan cerita Si Buta adalah kriteria penting bagi Timo untuk sosok pemeran Si Buta Nanti.
“(Pemerannya nanti) Harus benar-benar mengerti dengan enemy-nya apalagi sekarang kamu harus masukin ke dalam psikologi seseorang yang memilih membutakan matanya itu dalam banget dan enggak bisa sembarangan ya (milih pemerannya),” kata sutradara kelahiran Jakarta tersebut.