Tradisi Ramadan Unik di Masjid Agung Sang Cipta Cirebon

Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Sumber :
  • VIVA/Erfan Septyawan

VIVA – Salah satu masjid yang sering dikunjungi saat Ramadan adalah Masjid Agung Sang Cipta Rasa di komplek Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon. Di masjid ini, pihak DKM masjid sering mengadakan tradisi Ramadan. Di antaranya, menyediakan takjil gratis dan pembacaan Alquran dari hafiz tiap tanggal 27 Ramadan.

"Di sini memang terbiasa melakukan tradisi Ramadan yang artinya bisa ditemui saat Ramadan saja. Selain mengadakan buka puasa bersama dengan membagikan takjil gratis juga ada tradisi lainnya seperti hafiz Alquran yang membaca hingga subuh," ujar Muazin Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Zaenal Abidin, Selasa, 7 Mei 2019.

Tak hanya itu, saat siang hari di Bulan Ramadan, masjid ini juga ramai dikunjungi oleh warga dari berbagai daerah. Mereka sengaja melaksanakan salat Zuhur, berisitirahat, dan membaca Alquran di masjid ini.

"Dari siang sampai malam selalu ramai. Kita pun ada sahur bareng yang kita gelar tiap malam 27 Ramadan, tadarusan dengan target 2 juz per malam, serta ada menabuh bedug telu tiap jam 11 malam. Bedug telu ini ditabuh oleh kami para pengurus dengan tiga kali ambalan atau nada, makanya disebut bedug telu," tuturnya.

Sementara itu, Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan PRA Arief Natadiningrat mengatakan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan masjid kedua yang dibangun di Cirebon setelah Masjid Pejaglarahan yang juga berada dekat dengan Keraton Kasepuhan.

"Ada banyak tradisi di sini, seiring dengan usianya yang sudah ratusan tahun. Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun pada tahun 1.500 dengan arsiteknya adalah Raden Sepat dari Kerajaan Majapahit. Pimpinan pembangunannya adalah Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati bersama Wali Songo lainnya, yaitu Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang," tuturnya.

Ia menambahkan, masjid ini dibangun untuk syiar Islam. Di masjid ini, menurutnya, tak hanya untuk ibadah salat saja, tapi juga untuk kegiatan lainnya seperti zakat fitrah, pengetahuan hukum Islam, juga kegiatan sosial.

"Dari sejak Sultan pertama hingga saat ini, masjid tersebut ada perkembangan, namun bangunan aslinya tetap dipertahankan yaitu bangunan yang berada di tengah," ujarnya. 

Laporan: Erfan Septyawan (Cirebon)