Ngatawi Al- Zastrow: Orang Jadi Intoleran Karena Hatinya Beku
- Istimewa
VIVA – Hati manusia disebut anugerah Tuhan yang luar biasa. Hati mengajarkan orang untuk bertindak baik dalam kehidupan. Menurut budayawan, Ngatawi Al-Zastrow, hati pun dapat mengarahkan kehidupan ini untuk menciptakan suasana yang harmonis sebagai makhluk sosial.
Hati disebut olehnya, bagaikan seputih embun yang memberi kesejukan dan menundukkan amarah di kala manusia menggunakan akal pikiran dalam menjawab kegelisahan hidup.
"Saat ini menata hati bukan masalah yang mudah. Jika mensyukuri apa yang dianugerahkan Allah SWT, pekerjaan dijalankan dengan ikhlas, maka hidup akan tenang. Hati disini, substansinya adalah sebagai motor, penggerak, dinamisator, evaluator, itu adalah hati kita," ungkap Zastrow pada acara ngabuburit bersama Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan dengan tema "Dakwah Sunan Bonang; Menata Hati Menata Kehidupan, Minggu 9 Mei 2021.
Baca juga: Ramadhan Sehat, Menko Muhadjir Jalan Kaki ke Kantornya
Oleh karena pentingnya hati, tutur Zatrow, semua generasi bangsa diminta agar pandai menata hati sehingga hidupnya menjadi tenang. Menata hati bukan perkara yang mudah. Jika berhasil maka hidupnya akan menjadi tenang, bekerja menjadi ikhlas, dan hidupnya barokah.
Lantaran hati berfungsi sebagai sebuah sistem yang akan menentukan baik buruknya kehidupan. Zastrow menuturkan, bahwa dakwah yang penting adalah dakwah yang mampu mengajak para pendengarnya untuk sama-sama menata hati, sebagaimana halnya dakwah yang dilakukan Sunan Bonang.
"Strategi yang dipakai oleh Sunan Bonang dalam berdakwah adalah melalui lagu riyadhoh, lagu spiritual dengan pendekatan tasawuf. Maka buku-buku yang di tulis oleh Sunan Bonang intinya banyak yang berbicara tentang tasawuf, tentang menata hati,” tutur Zastrow yang juga pernah menjabat Ketua Lesbumi, organisasi seni kebudayaan Nahdhatul Ulama.
Sebagaimana diketahui saat ini banyak sekali tarekat-tarekat yang membantu manusia dalam membersihkan dan menata hati. Begitu juga dengan Sunan Bonang. Pendekatan spiritual dikemas lewat seni dan budaya sudah banyak terabadikan dalam karya Sunan Bonang.
Salah satunua adalah buku yang ditulis oleh Sunan Bonang terkait upaya dirinya menata hati masyarakat, yaitu buku Suluk Wuragil. Suluk Wuragil sendiri adalah suluk guidance untuk menghidupkan hati manusia agar bisa tertata dengan baik.
Lewat buku itu pula, Zastrow menjabarkan, empat poin ajaran Sunan Bonang dalam hal menata hati. Yakni; Manusia itu harus sering bermuhasabah. Kemudian, kalau manusia ingin melakukan pembaharuan, harus bertanya kepada ahlinya.
Yang ketiga, harus melatih diri untuk husnudzan kepada Allah serta berbaik sangka kepada Allah dalam segala kondisi. Dan terakhir, manusia harus selalu menjadikan kejujuran sebagai pemandu dalam setiap langkah kita.
Menurut Zastrow, bahwa hal yang paling penting lagi adalah harus melakukan segala usaha di dalam upaya menghidupkan dan menata hati kita. Misalnya dengan cara berdzikir, membaca Qur'an, dan salat malam.
"Semangat yang bisa kita tarik adalah semangat menata hati, kuncinya adalah menata hati. Makanya orang itu bisa radikal karena hatinya mati, orang bisa menjadi intoleran karena hatinya beku. Jadi kalau hatinya hidup, maka hati ini bisa menangkap nur ilahi," ucap Zastrow