Peradaban Islam akan Tumbang Seperti Prediksi Sarjana Barat?
- republika
REPUBLIKA.CO.ID, Sejumlah pemikir Barat memprediksikan Islam akan tenggelam layaknya peradaban lain. Francis Fukuyama, Bernad Lewis, Samuel P Huntington dan para pemikir Barat lainnya yang paranoid terhadap Islam mengajukan deretan argumentasi tentang peradaban Islam yang akan melemah.
Tetapi, justru jika merujuk sejumlah dalil agama, prediksi tersebut tidaklah benar. Setidaknya ada tiga alasan yang membantah pendapat para pemikir Barat itu. Pertama, pesan Rabbani, "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan di antara manusia " (QS 3:140).
Sepanjang sejarah, telah banyak yang berkuasa dan tidak satupun yang kekal. Sekarang, di mana peradaban Romawi? Tak ada bekasnya selain bangunan-bangunan kuno dan arsitek-arsitek material. Di mana peradaban Yunani? Musnah, tak mewariskan apapun selain filsafat nonesensial dan budaya paganisme. Di mana Peradaban Persia? Mati, Tak meninggalkan apa-apa selain cerita-cerita kuno. Dimana Uni Soviet dan komunisnya? Runtuh dan luluh. Semuanya mati dan hancur kecuali satu, umat Islam.
Kedua, pesan Nabawi. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Qubail, Abdullah Ibnu "Ash berkata, "Ketika kami duduk bersama Rasullah SAW, apabila ia ditanya kota manakah yang akan pertama kali dibuka, Konstantinopel atau Roma? Rasulullah SAW menjawab, Konstantinopel yang akan pertama kali dibuka, kemudian Roma." Hadits ini menerangkan kepada kita bahwa para sahabat sebenarnya sudah mengetahui bahwa Konstantinopel dan Roma akan dibuka, tapi mereka ingin mengetahui mana yang akan pertama kali dibuka.
Ini adalah kabar gembira dari Rasulullah SAW yang pasti benar adanya. Sehingga pada tahun 1453 M Konstantinopel dapat dibuka oleh Sultan Muhammad Alfaatih. Tinggal satu imperium lagi yaitu Roma. Dan sebenarnya seketika itu juga Al Faatih telah menyiapkan pasukan untuk menyambut dan menyempurnakan kabar gembira dari Nabi SAW membuka Roma, tapi itu belum tercapai. Ini adalah kehendak Allah SWT agar tersisa amal/tugas bagi kita untuk membukanya.
Ada sebgian ulama yang berpendapat bahwa arti dari kata Rumiyyah di sana bukan Roma ibu kota Italia sekarang, tapi yang diingikan adalah makna majazinya yaitu imperium Barat khususnya Amerika.
Ketiga, adanya sinyal-sinyal keruntuhan peradaban barat. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal seperti terjadinya krisis moral dan kehampaan spiritual masyarakat Barat. Selain itu juga muncul paradok peradaban Barat dalam menetapkan kebijakan luar negerinya dengan menggunakan politik double standar. Inilah yang menyebabkan mereka kehilangan legitimasi dari dunia international. Barat juga sudah tidak pantas lagi memimpin umat manusia, karena mereka sudah lalai untuk bersikap persuasif, akomodatif, adil dan menjadi problem slover.
Barat terlalu angkuh dan sombong dengan kemajuan yang mereka capai baik dalam bidang ilmu dan teknologi, ekonomi, militer dan sebagainya, sehingga mereka merasa kuat dan tidak ada satupun yang mampu menandingi kekuatan mereka. "Adapun kaum "Aad mereka menyombongkan diri di muka bumi tampa (mengindahkan) kebenaran dan mereka berkata sipakah yang lebih hebat kekuatannya dari kami. Tidakkah mereka memperhatikan Allah yang menciptakan mereka. Dia lebih hebat kekuaatan-Nya dari mereka." (QS 41:15).
Dari ketiga alasan tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kini peradaban Barat sedang menggelinding ke tepi jurang kehancuran sebagai akibat dari kelalaian, kesombongan dan kerusakan yang mereka jalankan.
Munawar AM mengibaratkanya seperti menara gading atau bangunan kokoh yang perlahan tapi pasti, rayap-rayap sedang berkerumun menggerogoti tiang-tiang penyangganya. Begitu juga Bernard Shaw pernah mengatakan, "Romawi runtuh, Babylon runtuh, kini tiba giliran Amerika."