Meyakinkan Pariwisata Bali Tetap Aman

Erupsi Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali.
Sumber :
  • Bobby Andalan (Bali)

VIVA – Suasana Pulau Dewata, Bali seolah mendadak hening. Destinasi wisata yang dianggap sebagai surga dunia itu tak seramai biasanya. Aktivitas wisatawan tak lagi sibuk, lalu lintas udara dan darat di Bali yang biasanya padat, kini terlihat mulai lengang.

Sejak Gunung Agung ditetapkan dengan status Awas, pada September 2017, sebagian besar warga yang tinggal di dekat lereng gunung seperti Buleleng harus meninggalkan rumahnya ke tempat pengungsian. Perlahan, para pendatang dan juga wisatawan, sebagian memilih meninggalkan Bali.  

Meski warga yang tinggal di tengah kota seperti Badung hingga Canggu masih bisa melakukan aktivitas normalnya, Bali terlihat seolah lumpuh.

Kawasan pantai Jimbaran bahkan ikut terkena imbas. Bukan hanya itu, suara sirine seringkali berbunyi, jadi tanda peringatan agar wisatawan ataupun warga sekitar tak mendekati area tersebut karena ombak yang mendadak besar.

"Tempat makan yang biasanya ramai di pinggir pantai, sekarang sepi," kata Tari warga yang tinggal dekat Jimbaran kepada VIVA.

Belum pulih kewaspadaan warga Bali, Senin, 27 November 2017 Gunung Agung kembali membawa kabar 'buruk'. Semburat api di puncak gunung semakin sering terlihat.

Aliran lumpur dingin dari perut gunung mulai meluncur ke bawah. Sementara itu, di langit, kepulan asap pekat mulai membuat kelabu. Sejumlah aktivitas penerbangan terganggu. Bandara Ngurah Rai sempat ditutup demi keselamatan penumpang dan aktivitas penerbangan.

Kamis 30 November 2017, kewaspadaan kembali menyelimuti Bali. Gunung Agung dikabarkan kian rapuh, hanya butuh gempa berkekuatan 2 Skala Richter (SR) untuk meletus.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi memastikan Gunung Agung di Bali tidak perlu membutuhkan guncangan gempa bermagnitude tinggi untuk meletus. Itu karena kondisi gunung berapi tersebut sudah rapuh, demikian ungkap Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur dari PVMBG, Devy Kami Syahbana.

"Dengan magnitude 2 saja sudah bisa memicu letusan. Magnitudo 2 pada Skala Richter (SR) itu sudah bisa meletus. Kemarin begitu, gempa 2 SR sudah terjadi letusan," kata Devy di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Kamis 30 November 2017.

Kondisi kawah letusan yang tercipta akibat letusan tahun 1963 sudah sangat terbuka, tak ada lagi sumbatan. Saat ini, sudah ada celah bagi magma di perut gunung untuk menciptakan letusan.

***

Berjuang Yakinkan Bali Aman

Erupsi Gunung Agung berdampak luas. Pastinya, sektor pariwisata kena imbas. Dua destinasi wisata terbesar di Tanah Air, Bali dan Lombok, terancam kehilangan pemasukan besar di saat musim liburan.

Industri pariwisata Bali saat ini sedang berjuang keras. Di tengah erupsi Gunung Agung yang saat ini belum mencapai klimaks, perjuangan pebisnis di Bali adalah bagaimana meyakinkan wisatawan bahwa daerah tersebut masih aman dikunjungi.

Aura kepanikan para pemilik toko yang terus berusaha meyakinkan wisatawan bahwa keadaan aman, sangat menyelimuti. Namun, erupsi Gunung Agung pun mengungkapkan cerita lain.

"Kami masih buka, jaraknya 18 kilometer dari gunung berapi. Gunung lain melindungi kami, angin dan abu tak sampai ke Amed," kata Nyoman Miskin Aryana dikutip dari South China Morning Post, Kamis 30 November 2017.

Aryana adalah pengelola sebuah rumah singgah berisi tiga kamar di Amed, sebuah desa pesisir Bali yang populer dengan wisata baharinya. Sebelum letusan ini, bisnis pariwisata di Amed yang terletak di pantai timur Bali memang lambat perkembangannya.

Saat ini, sekitar 100 ribu orang tinggal di dalam zona bahaya. Amed dan sebagian desa yang melapisi garis pantai distrik Karangasem berada di luar zona bahaya resmi.

Namun, kondisi itu pun tidak menguntungkan bagi desa itu. Lokasinya yang diapit oleh gunung dan laut sejak Gunung Agung bergolak pada September lalu, sepi pengunjung.

"Penduduk setempat yang mengelola rumah singgah, restoran, atau penyewaan motor sedang berjuang," kata seorang Prancis yang mengelola penyewaan alat selam di Amed, Arnaud Billon.  

Arnaud menceritakan, kala itu tempatnya sedang melakukan lokakarya instruktur selam pada saat Gunung Agung pertama kali bergetar sepanjang hari pada September lalu. Wisatawan panik tempat usahanya akhirnya ditutup sementara.

Situasi mulai membaik, menurutnya, pada November, sejumlah wisatawan pun datang. Namun, hal itu tak berlangsung lama, hingga kini muntahan abu vulkanik Gunung Agung membuat bisnisnya kembali terganggu.

Saat ini, dia melanjutkan, warga Amed merasa aman, bahkan jika gunung itu meletus. Tapi, mereka frustrasi karena kekurangan pendapatan, karena banyak mata pencahariannya yang bergantung pada pariwisata.

Tak hanya itu, perjuangan dilakukan untuk meyakinkan Bali aman. Terkait antisipasi dampak erupsi Gunung Agung pada Rabu 29 November 2017, menurut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, salah satu permasalahan yang ada di lapangan saat ini adalah jumlah pengungsi yang sangat fluktuatif.

Jumlah pengungsi per 28 November 2017 sebanyak 29.673 jiwa tersebar di 217 tempat, tetapi kemungkinan jumlah tersebut bisa berubah karena mobilitas pengungsi sangat tinggi. Saat ini, penanganan pengungsi sudah dilakukan dengan memadai. Baik dari sisi penyediaan logistik, air bersih, sanitasi, dan pelayanan kesehatan.

Kabupaten Karangasem menjadi wilayah yang paling parah terpapar erupsi Gunung Agung. Dalam derajat yang lebih ringan dampak erupsi ini juga terasa di kabupaten/kota lainnya di Bali, di antaranya, Klungkung, Bangli, dan Buleleng.

Meski kondisi Gunung Agung kian mengkhawatirkan, tetap, pemerintah, secara umum memastikan, suasana kehidupan di Bali normal dan sejumlah destinasi wisata seperti di Tabanan, Denpasar, dan Jembrana tidak terganggu.

Selain itu, untuk meminimalisasi dampak psikologis masyarakat yang terkena erupsi Gunung Agung, pemerintah pusat melalui kementerian dan lembaga akan melaksanakan berbagai program atau kegiatan yang meringankan beban ekonomi serta sosial.

Menko PMK meminta agar kementerian dan lembaga lebih fokus menggiatkan programnya di kabupaten dan kota di Bali dan juga mengharapkan agar lebih ditingkatkan lagi aktivitas-aktivitas posko penanganan darurat bencana erupsi Gunung Agung, mengaktifkan dan memperkuat peran posko pendamping di Provinsi Bali serta memaksimalkan fungsi service center untuk sosialisasi dan penyebarluasan informasi tentang perkembangan aktivitas Gunung Agung maupun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah.

Masyarakat dilarang melakukan aktivitas apa pun di zona perkiraan bahaya yaitu di dalam area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius 8 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung dan ditambah perluasan sektoral ke arah utara-timur laut serta tenggara-selatan-barat daya sejauh 10 kilometer.

Secara umum menurut Puan Maharani, kehidupan di Bali relatif normal, tidak seperti yang digambarkan oleh media-media, yang terganggu hanya jadwal penerbangan. Turis asing dapat memperoleh perpanjangan visa yang lebih mudah, apabila visa kunjungannya sudah habis akibat terganggunya jadwal penerbangan. Perpanjangan visa tersebut terdapat di bandara dan kantor imigrasi.

Kementerian Pariwisata diminta untuk menyosialisasikan kepada para turis asing agar tidak perlu khawatir, karena masih banyak destinasi wisata di Bali yang masih bisa dikunjungi.

***

Bandara Tutup

Meski pemerintah dan para penggiat bisnis di Bali berjuang meyakinkan kondisi aman, tapi tetap saja, masyarakat dunia takut. Setelah sebelumnya Bandara Ngurah Rai sempat ditutup, 28 November 2017, kini giliran Bandara di Lombok tidak beroperasi sementara.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mengeluarkan Notice for Airmen (Notam) Nomor B8909/17 terkait penutupan Bandara Internasional Lombok Kamis, 30 November 2017. Bandara tersebut ditutup pada pukul 10.37 Wita hingga pukul 00.00 Wita, karena terkena dampak langsung abu vulkanik Gunung Agung di Bali.

Sekretaris Perusahaan Angkasa Pura I, Israwadi, mengatakan, keputusan tersebut ditetapkan setelah dilaksanakannya rapat koordinasi dengan Otoritas Bandara Wilayah IV, maskapai, ground handling, Airnav Indonesia serta BMKG, Kamis pagi 30 November 2017.

Mengacu data terkait pada pukul 08.00 WIB, menunjukkan sebaran abu vulkanik Gunung Agung mengarah ke arah selatan dan tenggara. Debu vulkanik tersebut memiliki kecepatan 10 knots dengan tinggi menutupi ruang udara bandara tersebut.

"Kami pastinya sudah siap mengantisipasi atas penutupan kembali Bandara Lombok International Airport sesuai dengan standard operating procedure," ujar Israwadi dikutip dari keterangan resminya, Kamis, 30 November 2017.

Dia mengatakan, Angkasa Pura I juga telah menyiapkan Bandara Internasional Juanda Surabaya dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali yang saat ini sudah beroperasi, sebagai bandara alternatif untuk pengalihan penerbangan menuju Lombok.

Penutupan Bandara Lombok International Airport pun dipastikan merugikan dunia bisnis pariwisata. Bahkan saat Bandara Ngurah Rai, Bali ditutup, 26 November 2017 hingga 29 November 2017 akibat dampak sebaran abu vulkanik Gunung Agung telah membuat pendapatan sejumlah maskapai dunia hilang per harinya.

Dikutip dari Reuters, pada Kamis 30 November 2017, penutupan bandara tersebut membuat sejumlah maskapai penerbangan dunia membatalkan penerbangan hingga mengalihkan sejumlah penerbangannya ke tujuan lain.

Bahkan, jika kondisi Gunung Agung kembali meningkat, para ahli penerbangan menyatakan, maskapai sebaiknya mempertimbangkan untuk mengurangi frekuensi penerbangan ke Bali dalam jangka panjang untuk kurangi risiko.

Chief Executive AirAsia, Tony Fernandes dalam tweet-nya mengatakan, untuk mengatasi situasi tak pasti akibat letusan Gunung Agung, pihaknya akan mempertimbangkan untuk memindahkan penerbangannya ke tujuan lain.

Selain itu, maskapai penerbangan dunia lainnya menyatakan akan menawarkan beberapa pilihan untuk meminimalkan dampak jangka pendek dan mengajak pelanggannya mengantisipasi gangguan setidaknya hingga 4 Desember 2017.

"Jika situasi ini berkepanjangan selama dua sampai tiga bulan, maskapai mungkin saja mengurangi penerbangan mereka di Bali hingga musim panas yang akan datang yaitu hingga akhir Maret 2018," kata Chief Executive perusahaan riset transportasi Crucial Perspective, Corrine Png.  

Corrine mengungkapkan, dalam satu hari jika Bandara Ngurah Rai Bali ditutup, maka total pendapatan sekitar 47 maskapai yang terbang ke Pulau Dewata akan hilang sekitar US$5 juta atau setara Rp67,5 miliar (kurs Rp13.500 per dolar)

"Ini akan semakin buruk bagi maskapai penerbangan terlebih saat ini berada dalam puncak musim perjalanan liburan dan rute Bali sangat menguntungkan," katanya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya saat kunjungan ke Sabang pun memperkirakan, kerugian akibat erupsi Gunung Agung mencapai Rp9 triliun. "Hitungnya per hari saja Rp250 miliar devisa kita hilang untuk Bali," terangnya.

Erupsi Gunung Agung di Bali memang mulai mengganggu denyut nadi ekonomi setempat dan akhirnya berdampak negatif secara nasional. Sebab, industri pariwisata di Bali merupakan salah satu andalan penerimaan negara.

Menurut data Badan Pusat Statistik, produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi Bali saat ini di atas rata-rata nasional. Pada semester I-2017 tercatat ekonomi Bali tumbuh 5,8 persen di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,01 persen.

Pemerintah, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, terus memantau dengan intensif seberapa besar dampak dari erupsi ini menghantam perekonomian di daerah tersebut.

"Tentu pariwisata sudah cukup terganggu, di Bali terutama. Nanti bisa memengaruhi kegiatan ekonomi nelayan, petani di desa-desa," ujar Darmin.  

Namun, dia mengatakan saat ini pihaknya belum bisa memastikan berapa besar total kerugian yang dialami. Sejauh mana dampaknya akan mengganggu ekonomi secara nasional pun saat ini masih belum bisa diprediksi.

"Persoalannya kita belum tahu berapa lama (erupsi Gunung Agung). Ada ahli bilang ini masih bisa terjadi letusan yang besar," lanjut Darmin.

***

Wisatawan Alihkan Destinasi

Meski erupsi Gunung Agung mulai mengganggu ekonomi di Bali dan berdampak pada perekonomian nasional, sejumlah destinasi wisata lain justru menjadi ramai.

Apalagi sebentar lagi, liburan Natal dan Tahun Baru yang juga berbarengan dengan libur anak sekolah, membuat masyarakat mengalihkan pilihan tempat berlibur dari Bali dan Lombok, menuju destinasi lain yang jauh dari dampak erupsi Gunung Agung. Yogyakarta, menjadi salah satu liburan alternatif pilihan masyarakat yang ingin menghabiskan waktu liburannya akhir tahun ini.

Vice President Brand and Communications Development Panorama Tours, AB Sadewa saat berbincang dengan VIVA mengatakan, saat Bali dan Lombok terkena dampak erupsi, penerbangan ke Yogyakarta, Bandung hingga Malang kini banyak dipesan.

"Sekarang wisatawan sasar Yogya, kalau rute singkat seperti Bandung juga di long weekend seperti ini akan penuh. Ada juga sekarang mengarah ke Malang, mereka juga bisa langsung ke Bromo," terangnya.

Tak hanya itu, destinasi wisata di Sumatera juga mulai dilirik, seperti Danau Toba. "Terus juga dengan dibukanya Silangit mereka sekarang sasar Danau Toba."

Sama halnya dengan Panorama Tours, agen travel Dwidaya Tour juga mengungkapkan bahwa saat erupsi Gunung Agung terjadi, Yogyakarta dan Bandung kini jadi pilihan destinasi wisata akhir tahun.

"Alternatif berlibur sesuai dengan minat wisatawan, misalnya Jakarta dan sekitarnya seperti kawasan Puncak, Bogor. Lalu Bandung dan Yogyakarta," kata Fransiscus X Siahaan, public relations Dwidaya Tour.

Meski begitu, Fransiscus yakin, dunia pariwisata di Bali akan kembali pulih. Kunjungan wisata ke Bali akan kembali ramai. "Kami tetap optimis, jumlah kunjungan atau paket wisata ke Bali akan stabil. Sebab banyak destinasi di Bali yang aman karena jaraknya jauh dari erupsi Gunung Agung seperti Ubud, Seminyak, Nusa Dua, Kuta,” tuturnya. (art)