Putar Satelit Mati ATM

Satelit Telkom 1 atau A2100 buatan Lockheed Martin.
Sumber :
  • www.lockheedmartin.co.uk

VIVA.co.id – Akhir pekan lalu, ribuan Anjungan Tunai Mandiri, atau ATM sejumlah perbankan nasional mengalami gangguan. Nasabah tak bisa menarik uang dari ATM. Banyak nasabah yang bingung atas gangguan serentak tersebut. Gangguan terjadi yang khususnya pada ATM yang menggunakan jaringan Very Small Aperture Terminal, atau VSAT.

Setidaknya dua ribuan dari total 17.695 ATM PT Bank Mandiri Tbk, mengalami gangguan. 1.500 ATM dari 16 ribu ATM PT Bank Negara Indonesia Tbk, juga bernasib sama. Sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, hanya 300 ATM yang terganggu. PT Bank Central Asia Tbk, menjadi korban paling banyak, sepertiga jaringan ATM-nya, atau 5.700 ATM dari total 17.210 ATM mengalami gangguan. 

Korban lainnya, PT Bank Tabungan Negara Tbk. Setidaknya, sekitar 100-an unit ATM, atau hanya sekitar delapan persen dari sekitar 1.900-an ATM milik BTN yang mengalami gangguan sejak Jumat lalu.

Belakangan, musababnya offline ribuan ATM itu adalah gangguan, atau anomali pada satelit Telkom 1. Gangguan mengakibatkan pergeseran pointing antena satelit Telkom 1 dan pada gilirannya berdampak pada semua layanan transponder satelit tersebut terganggu.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, atau Telkom memohon maaf atas gangguan layanan tersebut dan bergerak cepat, berkoordinasi dengan pabrikan satelit Telkom 1, Lockheed Martin, memulihkan kondisi tersebut. Awalnya, gangguan diprediksi bisa diatasi dengan cepat, tetapi sampai Senin petang, kondisi belum kembali ke normal. 

BUMN telekomunikasi itu kemudian memigrasi pelanggan satelit Telkom 1 ke satelit Telkom 2, satelit Telkom 3S lainnya, dan satelit Hong Kong, China, yang punya jangkauan ke area Indonesia. Langkah migrasi ini dilakukan mulai Sabtu 26 Agustus 2017. 

Data Telkom mengungkapkan, jumlah pelanggan satelit Telkom 1 ada 63 klien. Delapan di antaranya merupakan provider VSAT yang punya 12.030 site, lembaga pemerintahan dan perusahaan swasta. Total ada 15 ribu site pada satelit tersebut.

Telkom berupaya mempercepat proses migrasi tersebut. Direktur Utama PT Telkom, Alex J. Sinaga mengatakan, penyediaan dan pengalihan transponder pelanggan satelit Telkom 1 ke satelit lainnya bakal rampung 30 Agustus 2017. 

"Proses repointing antena ground segment akan dilakukan bertahap secara bersamaan, baik dengan pelanggan maupun dengan operator penyedia layanan VSAT hingga 10 September 2017," ucapnya dalam konferensi pers di Graha Merah Putih Telkomsel, Jakarta, Senin 28 Agustus 2017.

Alex menuturkan, prioritas migrasi itu diberikan ke pelanggan lembaga pemerintah dengan pertimbangan terkait dengan pelayanan masyarakat dan memastikan penyelenggara pemerintah tidak terganggu. Prioritas pemulihan selanjutnya, yakni pelanggan perbankan, lembaga penyiaran, dan kemudian baru perusahaan swasta. Telkom menargetkan migrasi sampai ke pelanggan swasta bisa rampung 30 Agustus 2017. 

Langkah cepat berbuah hasil. Sampai Senin siang, data menunjukkan 77 persen dari jumlah pelanggan sudah bisa dimigrasikan ke satelit Telkom 3S dan satelit Telkom 2. Sementara sisanya, 23 persen jumlah pelanggan, Telkom memigrasikan ke satelit asing, yaitu satelit milik Hong Kong dan China. 

Menurut Alex, sampai Senin siang, total ground segment ada sekitar 15 ribu site dan pembaharuan pemulihan sejak 26 Agustus sudah 17 persen. Proses repointing ground segment yang ditargetkan Telkom, yakni 15 ribu site, yang diperkirakan pemulihan seluruhnya selesai pada 10 September 2017.

Kalangan pelanggan perbankan melakukan penyesuaian atas gangguan satelit Telkom yang diluncurkan pada 4 Agustus 1999 itu. 

Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk, Rohan Hafas mengatakan, sambil menunggu langkah dari Telkom, BUMN perbankan mengambil antisipasi memindahkan jaringan ATM berbasis VSAT ke fixed line atau GSM. 

Sedagkan BRI, mengambil langkah mempercepat migrasi jaringan ATM nya di 500 titik ke satelitnya BRISat. Di samping itu, perusahaan pelat merah itu akan mengaktifkan jaringan back up di lokasi yang memungkinkan.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan, perusahaan memindahkan, atau kembali me-route sekitar dua ribuan ATM mereka ke jaringan satelit Apstar 5. Lalu, sisanya, ada sebanyak 3.000-an jaringan yang akan dipindahkan ke satelit Telkom 3S.

Sedangkan BNI, berupaya meminta nasabah tetap tenang, karena jauh lebih banyak ATM BNI yang tetap berfungsi normal. Selain itu, nasabah bisa menggunakan fasilitas e-channel BNI lainnya untuk bertransaksi.  

Sementara itu, langkah yang dilakukan BTN, yakni mengganti jaringan ATM dengan modem 4G. Langkah ini diambil karena solusi ini relatif lebih cepat dibandingkan dengan cara lain.

Selanjutnya, biang gangguan>>>

***

Biang gangguan

Soal penyebab gangguan satelitnya, PT Telkom masih menyelidiki bersama dengan pabrikan satelit tersebut. Telkom membantah satelit Telkom terkena aksi peretasan. 

Berdasarkan pengecekan rutin ‘kesehatan’ satelit, Telkom 1 terpantau tidak mengalami masalah teknis. Dari pemeriksaan rutin tersebut, Telkom menempatkan analisis khususnya pada 2014 dan 2016. Hasilnya, pada 2014, satelit Telkom 1 dinyatakan sehat dan bahan bakar satelit masih berpotensi digunakan untuk beberapa tahun ke depan melewati umur desain satelit, yaitu sampai 2014. 

Hasil yang sama diperoleh dalam pengecekan pada 2016, sehingga satelit Telkom 1 diyakini bisa berumur sampai 2019. Namun prediksi itu tak terjadi, seiring pekan lalu terjadi gangguan. 

Secara intensif, kini Telkom bersama Lockheed Martin, selaku pabrikan satelit Telkom 1, masih terus menyelidiki penyebab lebih lanjut.

Alex menuturkan, stasiun pengendali Telkom di Cibinong yang mengoperasikan dan mengendalikan satelit Telkom akan terus memantau perkembangan, termasuk Telkom 1. Namun, pabrikan satelit Telkom 1 juga turut memantaunya.

“Tetapi, kita punya kontrak dengan pabrikan Lockheed Martin selama beroperasinya satelit ini, atau biasa kita sebut kontraknya sebagai technical assistant. Mereka ikut memonitor dan apabila ada hal-hal yang menurut kita anomali, maka otomatis kita bisa langsung share persoalan. Lalu, mereka analisa dan memberikan masukan-masukan apa yang harus kita lakukan," kata Alex.

Untuk mengawal proses pemulihan berjalan maksimal, Telkom Group membentuk posko pusat krisis yang beroperasi 7x24 jam.

"Crisis center ini sekarang sedang mengurusi Telkom 1. Kami mengawal langsung proses recovery, di mana seluruh progres ter-update. Kami melakukan recovery layanan sejak 26 Agustus," ucap Alex.

Crisis center merupakan pusat informasi semua proses pemulihan layanan pelanggan sekaligus sebagai pusat komando untuk merencanakan dan mengeksekusi setiap langkah-langkah yang dianggap perlu bagi percepatan penyelesaian gangguan layanan.  


 
Mengantisipasi kemungkinan terburuk satelit Telkom 1, yang tidak bisa pulih normal lagi, Telkom sudah menyiapkan penggantinya, satelit Telkom 4 yang bakal diluncurkan pertengahan 2018.

Soal keamanan data seluruh pelanggannya, Alex menegaskan, satelit Telkom 1 tidak memiliki kaitannya dengan itu, lantaran fungsi dari satelit ini hanyalah sebagai alat penghubung semata.

"Mengenai keamanan data, satelit Telkom 1 fungsinya hanya connectivity, hanya menghubungkan saja. Sehingga, keamanan data terletak di sisi data base. Jadi ibaratnya, (apabila) kami mengambil data dari transponder, ya enggak bisa," tuturnya.

Untuk itu, Alex yakin para pelanggan satelit Telkom 1, sudah memiliki fire wall untuk pelindung saat terjadi gangguan atau masalah pada satelit.  

“Satelit ini, sebenarnya enggak ada bedanya dengan jaringan kabel, tugasnya ya hanya connectivity saja," kata Alex.

Berikutnya, kerugian dan kompensasi>>>

***

Kerugian dan kompensasi

Dampak dari gangguan satelit Telkom 1, BCA turun tangan menolong nasabah. Bank tersebut menanggung biaya ATM nasabah yang transaksi tarik tunai ATM di bank lain. Untuk kompensasi pada nasabah ini, BCA menyediakan anggaran hingga Rp70 miliar. Biaya kompensasi itu akan dibayarkan BCA ke nasabah pada akhir September 2017. 

"Untuk itu, kita berikan kebebasan, tetapi tidak dibebaskan langsung. Secara sistem untuk yang sudah didebet itu akan dikredit kembali akhir bulan. Itu hanya untuk tarik tunai. Biayanya yang kita sediakan antara Rp50 miliar sampai Rp70 miliar. Semakin cepat diperbaiki, tentu biayanya akan semakin murah," kata Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja. 

Jahja mengatakan, tidak ada kerugian langsung akibat adanya kerusakan. Hanya saja, pengoperasian ATM di beberapa tempat yang biasanya mampu melayani masyarakat, kini tidak dapat diakses untuk sementara waktu.

Dia menjelaskan, gangguan satelit tersebut tidak lantas akan mengganti fisik dari ATM tersebut.

"Kalau untuk jaringan online tidak terkena seperti EDC, internet banking dan lainnya," ujarnya di Menara BCA, Jakarta.

Bos BCA itu mengatakan, proses pengalihan jaringan akan memakan waktu selama dua hingga tiga pekan. Dalam sepekan ke depan perusahaan optimistis dapat memperbaiki jaringan satelit pada 1.500 ATM milik perusahaan.

Ia mengakui ada sedikit penambahan biaya untuk perjalanan para tim teknis dalam rangka perbaikan ATM di sejumlah tempat, terutama di daerah terpencil.

"Nanti ada enam satelit yang digunakan. Akan kita re-route lagi. Tapi sekali lagi, bukan ATM-nya yang diganti. Hanya sinyal parabola diarahkan ke satelit baru. Nanti bisa 200 lokasi per hari diselesaikan. Kita coba jalan paralel," ujarnya. 

Beda dengan BCA, Bank Mandiri tak akan menanggung biaya transaksi tarik tunai bagi nasabah yang menarik dana di ATM bank lain.

Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk, Rohan Hafas mengungkapkan, sampai Senin petang, jaringan ATM offline atau yang terkena dampak tinggal 496 unit ATM di berbagai daerah, atau hanya 3 persen dari total seluruh ATM yang dimiliki. Sebelumnya, ATM Bank Mandiri yang terdampak gangguan satelit mencapai 2 ribu ATM. 

Pentingnya backup

Menanggapi dampak gangguan satelit itu, Executive Director dan Chief of Communication Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi menilai hal ini harus menjadi pelajaran bagi Indonesia. 

Menurutnya, dengan kejadian ini bank harus memiliki jaringan backup. Ini untuk mengantisipasi saat satelit yang dipakai mengalami gangguan.  

"Tentunya harus ada SOP bagaimana mitigasi dilakukan," ujarnya kepada VIVA.co.id

Dalam hal absennya SOP mitigasi kejadian gangguan, biasanya bank akan kelimpungan saat terjadi satelit rusak. Apalagi terbatasnya transponder maka sering dialihkan ke satelit asing.

Pengajar Universitas Multimedia Nusantara itu mengatakan memang untuk menyiapkan backup jaringan, yang tersedia beberapa opsi. Bisa backup berupa satelit, seluler, atau pun kabel. 

Heru mengakui, memang biayanya sama mahalnya dengan jaringan utama yang dipakai perbankan. Tapi langkah ini, menurutnya, perlu ditempuh untuk menekan dampak yang terjadi saat satelit mengalami kendala. Minimal, kata dia, sistem ATM tetap berfungsi. 

Soal solusi penanganan masalah satelit Telkom 1, Heru menilai berdasarkan keterangan Telkom, dia yakin satelit tersebut masih dalam orbit. 

"Tinggal tilting antena secara remote saja. Hanya worst case perbaikan pointing tidak bisa dilakukan remote sehingga arah antena tetap salah dan komunikasi tidak bisa dilakukan," katanya.

Kepada Telkom, Heru menyarankan, BUMN telekomunikasi itu segera menyiapkan pengganti satelit Telkom 1 yang sudah melewati usia produktif sejak diluncurkan pada 1999. 

"Usia satelit rata-rata 15 tahun. Tetapi, kalau sewaktu peluncuran tidak ada kendala dan selama operasional aman, bisa nambah beberapa tahun. Tetapi, kalau misal di awal ada kendala, dan saat operasional ada kendala maka akan berkurang pula umurnya," jelasnya. (asp)