Melawan Teror di Barcelona
- REUTERS/Sergio Perez TPX
VIVA.co.id – Raja Spanyol, Felipe, bersama rakyatnya terhenyak dengan serangan teror yang terjadi di Barcelona. Kota yang selama ini cerah ceria dengan ramainya turis dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat saat itu berubah jadi mencekam saat segerombolan orang melancarkan aksi teror dengan merenggut nyawa-nyawa tak bersalah.
Namun, rakyat Spanyol – terutama penduduk di Barcelona – menyatakan tidak gentar atas serangan itu. Buktinya, pada Jumat pagi waktu setempat, 18 Agustus 2017, situasi di Kota Barcelona dilaporkan sudah kondusif. Siangnya, ribuan orang sudah meramaikan lagi Las Ramblas – distrik yang menjadi lokasi serangan. Ini bentuk perlawanan mereka atas para teroris, yang selalu berupaya menebar ketakutan dengan serangan nekat mereka.
“Kami tidak takut,” seru sejumlah orang di sana, seperti yang diberitakan Reuters. Meski demikian, aparat melakukan pengetatan keamanan di berbagai objek vital. Polisi berseliweran memeriksa setiap ransel dan tas jinjing milik pelintas sebagai tindakan berjaga-jaga.
Raja Felipe dan Perdana Menteri Mariano Rajoy pun mengunjungi alun-alun utama di Barcelona, untuk memimpin hening cipta secara massal dalam rangka mengenang para korban. Banyak orang juga menaruh karangan bunga dan lilin di sepanjang jalan di Las Ramblas. Sejak Jumat kemarin, Spanyol pun menerapkan masa berkabung nasional selama tiga hari.
Memang tak dinyana, terorisme kembali mengusik Spanyol setelah 13 tahun silam. Serangan teror yang diklaim ISIS itu kali ini menewaskan 13 orang dan lebih dari 100 lainnya menderita luka-luka.
Rentang aksi teror yang mencekam sejak Kamis sore hingga Jumat dini hari waktu setempat itu membuat Spanyol bersiaga. Meski demikian, aparat melakukan pengetatan keamanan di berbagai objek vital di negara tersebut.
Pada Kamis petang sekitar pukul 17.00 waktu setempat, sebuah mobil van Fiat putih sengaja menabraki kerumunan orang di kawasan Plaza de Catalunya. Aksi teror itu menghilangkan 13 nyawa dan sekitar 100 orang menjadi korban cedera. Ternyata, mobil van terus melaju kencang ke jalur pejalan kaki di Las Ramblas yang terkenal sebagai area turis. Van itu lalu ditinggalkan oleh pengemudi di kaki karya seni Mosaic, buatan artis Joan Miro, sebagaimana dilansir laman The Guardian.
Lebih satu jam setelah kejadian, Kepolisian Catalan memberlakukan protokol antiteroris untuk Barcelona. Melalui akun Twitter resminya, polisi menyatakan bahwa yang sedang mereka hadapi adalah teroris. Sekitar pukul 19.30 pada Kamis, seorang terduga teroris ditembak mati oleh polisi karena disebutkan mencoba menerobos blokade polisi di kota kecil, Just Desvern.
Insiden belum berhenti tatkala lima orang mencoba melakukan aksi tabrak random yang juga menggunakan van di wilayah Cambrils yang berjarak sekitar 120 Kilometer dari Barcelona. Aksi baku tembak berujung dilumpuhkannya para pelaku. Empat orang langsung tewas di tempat. Sementara satu orang teroris sempat hidup usai ditembus timah panas. Namun kemudian dilaporkan akhirnya tewas.
Disebutkan bahwa para teroris juga menggunakan ikat pinggang yang menyandang bahan peledak dan diduga berencana meledakkan diri. Untungnya mereka cepat dilumpuhkan aparat setempat. Insiden ganda serangan van itu tak lama dirilis masih berhubungan dengan adanya ledakan di sebuah rumah pada Rabu malam, 16 Agustus 2017 di Alcanar yang berjarak 200 Kilometer dari Barcelona.
Pada peristiwa itu, satu orang disebutkan tewas dan 16 orang korban lainnya terluka. Awalnya, ledakan di rumah itu disebut karena adanya kebocoran gas. Namun polisi mengakui patut diduga, ledakan di rumah itu bagian dari rangkaian serangan teror Barcelona.
“Saya sempat melihat ada orang-orang yang terlempar dan lainnya berteriak dan lari berhamburan ke dalam toko-toko mencoba selamatkan diri,” kata salah satu saksi di lokasi teror Barcelona bernama Ali Shirzainia sebagaimana dilansir laman CNN Amerika.
Dia mengatakan, sangat jelas terlihat bahwa van itu sengaja dikemudikan untuk menabrak kerumunan orang dan siapa pun yang bisa disasar. Mobil van putih juga bergerak dengan zig-zag mencoba menghantam orang-orang yang kebanyakan adalah para pelancong.
Media ISIS, Amaq setelah kejadian langsung mengumumkan bahwa aksi teror di Spanyol didalangi oleh para anggotanya. Amaq menyebutkan para prajurit ISIS sedang menunaikan tugasnya sebagaimana adanya mandat dari petinggi ISIS agar para anggota dan simpatisan kelompok radikal itu melakukan serangan di negara-negara Eropa.
Selanjutnya...Korban dari Beragam Negara
Korban dari Beragam Negara
Pada Jumat pagi, otoritas berbagai negara yang sudah mendapatkan informasi resmi mengumumkan adanya korban yang merupakan warga negaranya. Ada 24 negara yang warganya menjadi korban kebengisan aksi teror tersebut. Sementara satu orang perempuan warga Belgia bahkan adalah salah satu dari 13 korban tewas di Barcelona. Hal itu dikonfirmasi melalui pernyataan Juru Bicara Menteri Luar Negeri Belgia.
Korban yang mengalami luka-luka berasal dari Spanyol dan 24 negara lain yaitu Prancis, Jerman, Belanda, Argentina, Venezuela, Belgia, Peru,Rumania, Irlandia, Kuba, Yunani, Makedonia, Inggris, Austria, Pakistan, Taiwan, Kanada, Ekuador, Amerika Serikat, Filipina, Kuwait, Turki dan China.
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian dalam pernyataan resminya menyatakan ada 26 orang warga Prancis yang menjadi korban luka atas insiden tersebut. Dari jumlah itu, 11 orang mengalami luka serius. Sementara Menlu Australia, Julie Bishop mengumumkan ada empat orang warganya yang mengalami luka-luka. Satu orang warga Australia lainnya belum ditemukan.
Para pemimpin negara-negara Eropa yang diketahui menjadi target para teroris juga menunjukkan simpati dan kebersamaan dalam semangat tidak takut akan aksi teroris. Wali Kota London, Sadiq Khan, mengungkapkan belasungkawa dan mengecam teroris. Diketahui bahwa London dalam tahun ini juga menjadi lokasi serangan teroris.
“London akan selalu berdiri bersama Barcelona untuk melawan terorisme,” kata Sadiq Khan sebagaimana dituliskan dalam akun Twitter resminya @SadiqKhan.
Kanselir Jerman, Angela Markel tak berlama-lama juga menanggapi insiden Barcelona. Melalui juru bicaranya,”Kami turut berduka atas korban yang jatuh di serangan menjijikkan yang terjadi di Barcelona. Kami bersama Spanyol atas nama solidaritas dan persahabatan,” katanya.
Belum berselang sehari, polisi Spanyol disebutkan sudah menahan dua orang terkait aksi bengis tersebut. Meskipun hingga saat ini, sopir van yang melakukan serangan pertama masih diburu aparat. Dua orang yang menjadi tersangka merupakan warga keturunan imigran. Yang pertama, Driss Oukabir, pria berdarah Maroko yang berkewarganegaraan Spanyol. Pria berusia 28 tahun itu diduga menjadi penyewa mobil van yang digunakan dalam aksi teror.
Oukabir sebelumnya pernah menjalani hukuman di Penjara Figueres di Catalan dan baru dibebaskan pada tahun 2012. Sementara satu orang tersangka lainnya yang tidak disebutkan namanya juga warga keturunan imigran yang lahir di wilayah teritori Spanyol di Afrika Utara.
Setelah nama Oukabir dipublikasikan, akun Facebook-nya tak lama dibanjiri kecaman dan komentar negatif dari warganet di berbagai belahan dunia. Oukabir diketahui menggunakan nama Facebook Driss Oukabir Soprano. Yang menarik, Oukabir ternyata figur yang cukup eksis di media sosial. Dia termasuk getol mengunggah foto-foto pribadi di akun tersebut. Hasil-hasil swafotonya termasuk saat berada di depan cermin juga dipublikasikan. Hal ini menimbulkan kesan bahwa pelaku teror tersebut cenderung sebagai pribadi yang narsis.
Namun belum lama ini, dia memang mengunggah pernyataan dan foto yang terkait dengan konflik Palestina dan kecaman terhadap kekerasan yang disebut dilakukan oleh pihak Israel. Sempat disebutkan bahwa Oukabir membantah dia terlibat atas serangan tersebut dan mengatakan bahwa nama dan identitasnya dicuri untuk menyewa mobil van maut. Meski demikian, dia tetap menjadi tersangka.
Pada bulan Agustus 2017, Oukabir diketahui sempat bertolak dari Maroko, tanah kelahirannya sebelum masuk ke Barcelona beberapa hari sebelum tanggal serangan.
Selanjutnya...Mengincar Turis
Mengincar Turis
Spanyol dalam beberapa tahun terakhir, terbilang menjadi negara yang cukup punya posisi aman dari serangan teroris. Aksi teror besar yang menimpa negara itu sebelumnya terjadi pada tahun 2004, sekitar 13 tahun silam saat teroris mengebom commuterline di Madrid. Tak tanggung-tanggung, insiden besar itu menewaskan 197 orang dan ribuan orang luka-luka. Pada tahun 2004, Al Qaida mengaku sebagai pihak yang bertanggung jawab atass erangan di Madrid.
Dilansir dari laman CNN, Direktur Program Penanggulangan Teroris Global di Elcano Royal Institute, Fernando Reinares menyebutkan bahwa Barcelona sebenarnya bisa dianggap sebagai kantung teroris di Spanyol. Meskipun diakuinya, sejak 2004, Spanyol termasuk aman.
Barcelona bahkan menurutnya sejak lama masuk dalam skenario sasaran utama jihadis yang ada di negara tersebut. Dia menyebutkan, sejumlah orang yang ditangkap terkait kasus teroris besar, bermukim di Barcelona.
“Kota ini adalah kantung utama kelompok jihadis di Spanyol. Barcelona adalah pelabuhan besar yang dekat dengan Prancis dan memiliki sejarah panjang jihadis. Pelaku atau jihadi pertama yang ditangkap di Spanyol ya di Barcelona pada tahun 1995,” kata Reinares.
Sementara analisis yang dimuat di beberapa media termasuk laman The Guardian menilai bahwa saat ini, sasaran teroris mulai bergeser dan spesifik, tak hanya pusat publik dan objek vital. Adanya aksi-aksi teroris dua tahun belakangan di sejumlah area wisata menunjukkan bahwa teroris ingin mengusik zona turis yang biasanya dikunjungi para wisatawan mancanegara.
Selain Las Ramblas, Barcelona, lokasi turis yang sempat menjadi sasaran teror antara lain serangan di kerumunan perayaan Bastille Day pada 14 Juni 2016 di Nice, Prancis. Pada saat itu diketahui bahwa truk seberat 19 ton membunuh 6 orang dan menyebabkan 434 orang mengalami luka-luka. Pada 19 Desember 2016, mobil kembali menabraki kerumunan di Berlin dan menyebabkan 12 orang tewas.
Tanggal 22 Maret 2017, kembali terjadi serangan dengan menggunakan mobil yang ditabrakkan ke kerumunan di jembatan Westminster, London, Inggris. Atas insiden tersebut, tiga orang tewas. Belum sebulan, serangan menggunakan kendaraan terjadi di Stockholm, Swedia pada tanggal 7 April 2017 yang menyebabkan 4 orang tewas dan 15 orang cedera.
Pada tanggal 3 Juni 2017, sebuah van kembali menyerang para pejalan kaki di London Bridge hingga ke area Borough Market. Delapan orang menjadi korban tewas di aksi teror ini. Dua pekan kemudian, sebuah van ditabrakkan ke kumpulan kaum muslim di Masjid Finsbury Park yang melukai 11 orang. Pada hari yang sama yaitu 19 Juni 2017, seorang warga muslim menabrakkan mobilnya ke van polisi di kawasan turis Champs-Élysées, Paris, Prancis. Tidak ada korban jiwa namun pelaku tewas ditembak di tempat.
Pada tanggal 9 Agustus 2017, sebuah mobil menabrak sebuah barak di Paris dan menyebabkan 6 orang luka-luka. Pengemudi mobil maut itu lalu ditembak mati di lokasi kejadian.
Dari kejadian teror dua tahun terakhir di Eropa tersebut, ada dua hal yang patut dicatat. Hal pertama, kendaraan baik mobil, van maupun truk menjadi pilihan teroris melakukan serangan. Kendaraan dianggap lebih mudah dibawa dan bisa luput dari perhatian otoritas dan aparat untuk dijadikan sebagai alat mematikan.
Hal kedua, turis kini menjadi salah satu target teror, terbukti dari lokasi-lokasi serangan teror belakangan ini yang berada di seputar lokasi wisata. Zona turis karena itu dinilai perlu meningkatkan sistem keamanan dan penjagaan untuk mencegah adanya insiden berikutnya. (ren)