Menyingkap Tirai Pameran Otomotif GIIAS 2017
- VIVA.co.id/M. Ali. Wafa
VIVA.co.id – Salah satu cara untuk mempromosikan sebuah produk kepada konsumen adalah melalui gelaran pameran.
Jika waktunya tepat, para peserta pameran bisa meraup untung besar. Lebih dari cukup untuk menutup biaya promosi yang mereka keluarkan guna menyewa tempat dan membuat dekorasi.
Namun, tidak semua pameran yang digelar saat ini melulu soal penjualan. Contohnya pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS, yang tahun ini digelar 10-20 Agustus di ICE BSD, Tangerang Selatan.
Menurut data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, total penjualan mobil pada 2016 sebanyak 1.061.000 unit. Dari angka itu, penjualan per bulan rata-rata adalah 88 ribu unit.
Jumlah tersebut jauh lebih besar dari angka penjualan mobil selama pameran GIIAS 2016, yang tercatat sebanyak 20 ribuan unit.
Jika dikalkulasi dari angka penjualan mobil pada waktu penyelenggaraan GIIAS tahun itu (Agustus 2016) yang sebanyak 96 ribuan unit, maka kenaikan penjualan dengan adanya pameran yakni 96.000 dikurangi 88.000, menjadi kurang lebih 8.000 unit saja.
Hal yang sama juga terjadi pada 2015, di mana penjualan mobil secara total pada tahun tersebut mencapai angka 1.013.000 unit, dengan rata-rata 84 ribu unit per bulan.
Pada gelaran GIIAS pertama yang berlangsung pada Agustus 2015, jumlah penjualan mobil tercatat sebanyak 17 ribuan unit. Jika dikurangi dari angka penjualan pada Agustus 2015 yang sebesar 90.000 unit, maka pameran hanya membantu penjualan sebanyak 6.000 unit.
Masih menurut data Gaikindo, penjualan tertinggi pada 2016 terjadi justru bukan saat pameran digelar, melainkan pada November, yakni sebanyak 99 ribuan unit.
Begitu pula pada tahun sebelumnya, penjualan terbanyak justru terjadi pada Maret 2015. Angkanya juga sama seperti 2016, yakni 99 ribuan unit.
Selanjutnya...mengapa pameran terus digelar?
***
Jika pameran digelar bukan untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak, lantas mengapa GIIAS tetap diadakan setiap tahunnya?
Menurut Ketua Umum Gaikindo, Yohanes Nangoi, perkembangan teknologi otomotif di dunia saat ini sangat pesat, jauh lebih cepat dari yang terjadi di Indonesia. Contohnya adalah kendaraan yang digerakkan dengan energi alternatif dan kemampuan kendaraan untuk bergerak secara mandiri atau otonom.
“Perkembangan yang terjadi di industri otomotif Indonesia memang belum sampai ke titik itu. Namun, pelaku industri otomotif Indonesia mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti industri dunia otomotif global,” jelasnya melalui siaran pers yang diterima VIVA.co.id.
Isu energi alternatif sudah diangkat saat pameran GIIAS pertama, dua tahun lalu. Dan dampaknya, saat ini beberapa produsen mobil sudah mulai berani menawarkan produk yang dibekali dengan mesin hibrida atau listrik.
Demikian pula dengan teknologi otonom. Meski saat ini teknologi tersebut belum 100 persen cocok untuk kondisi jalanan di Indonesia, namun beberapa produsen mobil sudah mulai menawarkannya.
Contohnya Mercedes-Benz dan BMW. Dua pabrikan mobil mewah asal Jerman itu melengkapi beberapa seri mobil mereka dengan fitur parkir otomatis.
Fitur ini memungkinkan pengemudi untuk duduk santai, sementara komputer akan memandu mobil untuk masuk ke ruang parkir yang tersedia.
Sayangnya, penerapan kendaraan dengan energi alternatif masih belum sepenuhnya didukung oleh pemerintah. Hingga saat ini, belum ada aturan khusus terkait mobil hibrida dan mobil listrik, terutama soal harga jualnya.
Harga mobil listrik dan hibrida yang dijual di Indonesia masih dikenakan pajak yang sama seperti mobil bermesin bensin dan solar.
Padahal, mobil hibrida dan mobil listrik bisa mengurangi polusi serta ketergantungan pada bahan bakar yang terbuat dari fosil.
Selanjutnya...ada mobil murah di GIIAS 2017?
***
Guna bisa memikat hati konsumen yang berkunjung ke pameran, pabrikan mobil berlomba-lomba menghadirkan kendaraan dengan fitur yang dibutuhkan oleh pembelinya. Hal itu berdampak pada naiknya harga jual.
Dan karena mereka seringnya fokus pada hal tersebut, hanya sedikit yang berani menghadirkan model baru dengan harga lebih terjangkau.
Saat ini, pasar kendaraan terbesar ada di kelas mobil keluarga paling bawah, atau biasa disebut dengan istilah low multi purpose vehicle (MPV). Ada dua produsen mobil yang terjun meramaikan pasar ini pada GIIAS 2017.
Yang pertama adalah Mitsubishi, dengan produk baru mereka Xpander. Mobil ini dihadirkan untuk mengisi pasar low MPV yang saat ini diisi oleh Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Honda Mobilio, dan Suzuki Ertiga.
Harga Xpander tidak jauh berbeda dari pesaingnya, yakni di kisaran Rp180-240 jutaan. Namun, desain serta fitur yang dihadirkan lebih lengkap.
Produsen kedua yang meramaikan pasar mobil keluarga adalah pendatang baru asal China, yakni Wuling. Dengan investasi pabrik di Cikarang, Jawa Barat, Wuling datang menawarkan mobil dengan banderol mulai dari Rp120 jutaan.
Mobil yang dimaksud adalah Confero. Mampu diisi hingga delapan orang, mobil ini akan bersaing ketat dengan mobil-mobil LCGC berkapasitas tujuh penumpang, seperti Toyota Calya, Daihatsu Sigra dan Datsun GO+.
Sementara itu, Datsun juga dikabarkan akan menghadirkan mobil baru dengan harga yang cukup menarik. Versi produksi dari Datsun GO Cross disebut-sebut akan meluncur di GIIAS nanti. Layaknya GO dan GO+, harga jual GO Cross diprediksi ada di kisaran Rp100 jutaan.
Selain tiga merek di atas, produsen mobil lainnya juga memboyong mobil terbaru mereka ke arena pameran. Seperti Suzuki dengan Baleno Hatchback dan jip Jimny 4x4, Volvo dengan beberapa model baru serta Toyota dengan Voxy dan C-HR. (one)